Menyakitkan

Ramon turun dari mobil, Ia segera mengangkat tubuh Alika ala bridal style menuju mobil.

Zein membuka pintu mobil lalu bergeser ke sisi lain.

"Lepaskan aku!" Berontak Alika memukul dada Ramon.

Ramon tidak perduli, Ia tetap mengangkat Alika dengan wajah datar dan tatapan ke depan. Ia tidak berani melihat wajah Alika dari jarak dekat. Takut Zein akan murka dan menghukumnya.

"Jalan Ramon." Perintah Zein setelah Ramon duduk di kursi kemudi dan memasang seat belt.

"Kenapa kamu di sini? turunkan Aku! aku tidak mau pulang, Aku ingin sendiri." Kesal Alika menyadari Zein duduk di sampingnya.

"Apa kamu sudah gila? Aku tidak mungkin pulang sendiri tanpamu. Apa kata Kakek nantinya? Kamu bahkan meninggalkan aku sendiri dan menunggu di lobi hampir satu jam dan kamu tidak minta maaf? Kamu pikir kamu siapa?" Zein ikut kesal.

"Mulai deh! perang dunia ke empatnya." Batin Ramon sambil melirik sekilas lewat spion atas dalam mobil.

"Kalau kamu tidak mau menunggu, kenapa nggak pulang aja? Aku bukan anak kecil yang akan hilang jika kamu tinggalkan. Aku bisa pulang sendiri." Kesal Alika.

"Hehehe.. lihat diri kamu, apa seperti ini yang kamu bilang bisa pulang sendiri? kamu berjalan di pinggir jalan sambil berteriak seperti orang gila." Ejek Zein.

"Stop! jangan bicara lagi. Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu." Alika menutup telinga dengan kedua tangannya.

Zein langsung diam. Dia juga tidak ingin berdebat dengan Alika. Ia menutup mata untuk menenangkan diri. Begitupun dengan Alika, Ia juga memejamkan mata tapi air matanya terus menetes.

"Perangnya mulai reda." Batin Ramon.

Suara tangis Alika terdengar oleh Zein membuat Zein menoleh dan penasaran apa yang membuat gadis bar-bar itu menangis. Zein mengernyitkan keningnya, Alika sedang menangis sambil tertidur.

"Apa dia sedang mimpi buruk?" Lirih Zein. Ia mengambil tissue lalu menghapus air mata Alika.

"Hikss, hikss, Jangan menghapus air mataku. Biarkan aku menangis untuk hari ini saja. Kenapa rasanya begitu menyakitkan? kenapa ada kebahagiaan jika nantinya kecewa? Kenapa ada rasa cinta jika nantinya akan membenci? Kenapa dia memilih orang lain dari pada Aku? Kenapa ada pertemuan jika akhirnya harus berpisah?" Pertanyaan Alika membuat hati Zein ikut merasakan apa yang dirasakan Alika. Itulah yang dirasakan Zein sejak beberapa hari yang lalu.

"Kamu lagi patah hati ya?" Tanya Zein.

"Ssstt, jangan bicara, aku tidak ingin berdebat." Lirih Alika dengan bibir bergetar dan masih memejamkan mata. Alika menggil wajahnya mulai memucat seolah tidak ada lagi aliran darah di sana.

"Ramon, kecilkan AC-nya! sepertinya Alika masuk angin, dia menggigil." Perintah Zein mulai khawatir.

Ramon mengecilkan AC kemudian fokus menyetir. "Bos, genggam tangannya atau peluk untuk memberi kehangatan." Ide Ramon.

"Masa sih?" Tanya Zein tidak percaya.

"Bener bos, bahkan ada yang memberi ciuman, biar bibirnya juga hangat. Kasihan Nona Alika, bisa mati kedinginan jika dibiarkan. Perjalanan kita sepertinya masih lama, di depan macet, mungkin ada pohon yang tumbang." Ide jahil Ramon.

"Jangan membuatku bertambah khawatir Ramon." Panik Zein.

"Cepat lakukan bos! sebelum terlambat." Desak Ramon.

Zein membuka jasnya lalu membalut tubuh Alika. Ia menggenggam tangan Alika kemudian memeluknya dengan erat.

Alika masih menggigil karena gaunnya masih basah.

"Alika, kamu masih mendengar Aku kan?" Panik Zein. Ia memeriksa denyut nadi Alika yang mulai melemah.

Alika tidak menjawab, kesadarannya sudah mulai hilang.

"Ramon, ini gimana? apa tidak ada rumah sakit terdekat?" Tanya Zein.

"Rumah sakit jauh bos! lebih deket Mansion, tapi di depan masih macet." Jelas Ramon.

Zein frustasi, Ia bisa di salahkan oleh keluarganya jika terjadi apa-apa dengan Alika.

"Ramon, jangan menoleh, atau melihat spion, aku akan memecatmu jika kamu berani melakukannya." Ancam Zein.

"Iya Bos." Ujar Ramon, Ia menyunggingkan senyum tipis. Sudah bisa Dia tebak apa yang akan dilakukan Zein pada Alika.

Zein menarik tengkuk Alika lalu mencium bibir mungil Alika yang dingin. Awalnya ciuman yang biasa dan lembut, tapi lama kelamaan Zein memejamkan mata menikmati dan tidak ingin menghentikannya, Ia bahkan mengekspose isi di dalamnya ketika Alika memberi sedikit celah.

Ramon geleng-geleng kepala, Ia menyesal melirik sekilas melihat Zein dengan rakus mencium Alika penuh gairah.

"Sepertinya, akan terjadi perdamaian dari kedua negara nih." Batin Ramon.

Zein berhenti sejenak, menatap wajah Alika dan membiarkan Alika bernapas. Merasa cukup, Zein kembali menciumnya dengan rakus dan dalam, entah sudah berapa lama Ia melakukannya dan mengulang beberapa kali. Bibir Alika seolah menjadi candu yang tidak ingin ia lepaskan. Ia bahkan tidak menyadari jika mobil telah berhenti dan mereka sudah sampai di Mansion.

"Khemm.., kita sudah sampai di Mansion bos." Dehaman Ramon seketika membuat mata Zein terbuka.

Zein jadi salah tingkah, Ia menghapus bekas ciuman di bibir Alika dengan jempolnya dan memperbaiki kembali posisinya.

"Angkat Alika masuk ke kamarnya, ingat! jangan menatapnya." Ancam Zein kembali.

"Aku akan membantumu lebih dulu." Ramon turun dari mobil. Ia mengeluarkan kursi roda Zein lalu membantunya pindah.

Setelah Zein duduk di kursi roda, Ramon mengangkat Alika ala bridal stile menuju kamar Alika di ikuti Zein di belakangnya.

Semua sudah tertidur kecuali Atin. Atin juga ikut masuk ke dalam kamar Alika karena khawatir.

"Nona Alika kenapa Tuan?" Tanya Atin.

"Dia kedinginan, ganti pakaiannya dan gosok seluruh tubuhnya dengan minyak angin. Aku akan menelpon Ricard sekarang," Jawab Zein. "Ramon ayo keluar." Ajak Zein.

Zein dan Ramon keluar kamar, Ia menelpon Richard untuk segera datang dan memeriksa keadaan Alika.

Atin mematikan AC lalu mengganti pakaian Alika, Ia menggosok tubuh Alika dengan minyak angin sesuai dengan perintah Zein lalu menyelimuti tubuh Alika.

Atin keluar dan memberi tahu bahwa Alika sudah selesai.

Tidak lama kemudian, Dokter Richard datang. "Kenapa bisa seperti ini? bukankah di pesta dia baik-baik saja?" Tanya Richard heran, Ia baru saja ingin istirahat dari pesta pertunangan Zein, tapi Zein malah menelponnya.

"Dia kehujanan." Jawab Zein.

Richard mengernyitkan keningnya lalu memeriksa keadaan Alika.

"Kamu sadar nggak sih, ini sudah hampir tengah malam, kenapa kamu membiarkannya kehujanan?" Kesal Richard.

"Kamu ini Dokter apa Detektif?" Kesal Zein.

"Dokterlah apa perlu aku perlihatkan ijazah kedokteran ku?" Balas Richard.

"Kalau kamu Dokter, nggak usah banyak nanya, sembuhkan saja Dia itukan pekerjaan kamu." Kesal Zein.

Richard menyimpan alat-alat kedokterannya setelah memeriksa keadaan Alika. Ia membuat resep obat lalu memberinya pada Zein.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Zein.

"Dia demam, ini resep obat yang kamu harus tebus." Jawab Richard lalu memberi resep obat untuk Alika.

"Pasti gara-gara Si Bos nih! ngasih kehangatan di bibir berlebihan, jadi demam kan?" Batin Ramon.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Renireni Reni

Renireni Reni

kelebihan dosis kata ramon🤣🤣🤣

2022-10-04

3

Diyah Pamungkas Sari

Diyah Pamungkas Sari

lama2 ramon pengen ku ulek jg ya saking gemesnya hiiiihhh

2022-09-08

0

Z A M

Z A M

emang bisa kayak gitu ya Ramon 🤔🤔😁

2022-04-02

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan
2 Surat Perjanjian
3 Calon Kakak Ipar
4 Tidak Terima
5 Masakan
6 Berkuda
7 Khawatir
8 Nasihat Papa
9 Mengajak Kerjasama
10 Permintaan Kakek
11 Keputusan
12 Mall
13 Cantik
14 Biola
15 Rencana Gagal
16 Tunangan
17 Selingkuh
18 Menyakitkan
19 Demam
20 Cemas
21 Patah Hati
22 Pindah
23 Apartemen
24 Restoran
25 Meeting
26 Bermain Hati
27 Marah
28 Menghubungi
29 Ingin Kembali
30 Laporan Ramon
31 Gadis kecil
32 Curhat
33 Sahabatku Alan
34 Perjalanan
35 Tempat Curhat
36 Pergi Untuk Kembali
37 Flashdisk
38 Teka-teki
39 Pasword
40 Menghubungi
41 Memutuskan
42 PDKT
43 Calon Pacar
44 Pengakuan Sander
45 Kunci Cadangan
46 Menahan Amarah
47 Meminta Penjelasan
48 Khawatir
49 Kedatangan Ramon
50 Nasihat
51 Keras Kepala
52 Rumah Sakit
53 Kesedihan Papa
54 Harapan Hidup
55 Cafe
56 Pengakuan Monika
57 Berita Pertunangan
58 Tidak Merasa Takut
59 Luka
60 Luka Kecil
61 Mimpi
62 Kedatangan Mama
63 Sandera
64 Menjaga Jarak
65 Canggung
66 Kedai
67 Perkebunan
68 Lebih Jahil
69 Nasihat Mama
70 Pemandangan yang Indah
71 Pencarian
72 Pencarian 2
73 Menemukan
74 Ruang Icu
75 Keputusan Sepihak
76 Merindukan
77 Mengungkapkan Perasaan
78 Sudah kuduga
79 Rela Mati
80 Kangen
81 Melepas Rindu.
82 Sembunyi
83 Siapa Takut
84 Calon Baru
85 Kesempatan
86 Alika Menghilang
87 Mencari Jejak
88 Mencari jejak 2
89 Villa
90 Malam yang Indah
91 Tidur
92 Kekesalan
93 Kerja Sama
94 Memecat Karyawan
95 Penjahat
96 Bebaskan Mama
97 Menghancurkan Perusahaan
98 Kembali
99 Rencana Papa
100 Menjenguk Kakek
101 Berita Mengejutkan
102 Melepas Rindu
103 Menjemput Meriska
104 Hotel
105 Sudah Biasa
106 Pernikahan Alika dan Zein
107 Extra Part
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Pertemuan
2
Surat Perjanjian
3
Calon Kakak Ipar
4
Tidak Terima
5
Masakan
6
Berkuda
7
Khawatir
8
Nasihat Papa
9
Mengajak Kerjasama
10
Permintaan Kakek
11
Keputusan
12
Mall
13
Cantik
14
Biola
15
Rencana Gagal
16
Tunangan
17
Selingkuh
18
Menyakitkan
19
Demam
20
Cemas
21
Patah Hati
22
Pindah
23
Apartemen
24
Restoran
25
Meeting
26
Bermain Hati
27
Marah
28
Menghubungi
29
Ingin Kembali
30
Laporan Ramon
31
Gadis kecil
32
Curhat
33
Sahabatku Alan
34
Perjalanan
35
Tempat Curhat
36
Pergi Untuk Kembali
37
Flashdisk
38
Teka-teki
39
Pasword
40
Menghubungi
41
Memutuskan
42
PDKT
43
Calon Pacar
44
Pengakuan Sander
45
Kunci Cadangan
46
Menahan Amarah
47
Meminta Penjelasan
48
Khawatir
49
Kedatangan Ramon
50
Nasihat
51
Keras Kepala
52
Rumah Sakit
53
Kesedihan Papa
54
Harapan Hidup
55
Cafe
56
Pengakuan Monika
57
Berita Pertunangan
58
Tidak Merasa Takut
59
Luka
60
Luka Kecil
61
Mimpi
62
Kedatangan Mama
63
Sandera
64
Menjaga Jarak
65
Canggung
66
Kedai
67
Perkebunan
68
Lebih Jahil
69
Nasihat Mama
70
Pemandangan yang Indah
71
Pencarian
72
Pencarian 2
73
Menemukan
74
Ruang Icu
75
Keputusan Sepihak
76
Merindukan
77
Mengungkapkan Perasaan
78
Sudah kuduga
79
Rela Mati
80
Kangen
81
Melepas Rindu.
82
Sembunyi
83
Siapa Takut
84
Calon Baru
85
Kesempatan
86
Alika Menghilang
87
Mencari Jejak
88
Mencari jejak 2
89
Villa
90
Malam yang Indah
91
Tidur
92
Kekesalan
93
Kerja Sama
94
Memecat Karyawan
95
Penjahat
96
Bebaskan Mama
97
Menghancurkan Perusahaan
98
Kembali
99
Rencana Papa
100
Menjenguk Kakek
101
Berita Mengejutkan
102
Melepas Rindu
103
Menjemput Meriska
104
Hotel
105
Sudah Biasa
106
Pernikahan Alika dan Zein
107
Extra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!