Keputusan

"Hehehe.. kalian memang jodoh, kaget aja bisa bersamaan." Kekeh Hutama lalu menghapus air matanya yang hampir keluar.

Alika diam seribu bahasa. Semua yang terjadi di luar rencananya. Baru kali ini dia gagal dalam misi. Misi untuk menyelamatkan hidupnya sendiri telah gagal karena ulah Zein. Dan sekarang, Ia harus menuruti permintaan Hutama.

"Ini semua gara-gara Si Kaku." Batin Alika kesal.

"Kek, menurutku ini terlalu cepat." Zein berusaha menolak.

"Itu sudah keputusan Kakek. Kakek mau kekamar istirahat. Jangan terlalu lama berdua dalam satu ruangan, nanti ada setannya." Hutama langsung berdiri dan keluar dari ruang kerja Zein.

"Sekarang baru nolak..! kemana aja dari tadi? sudah terlambat!" Batin Alika.

Netra hitam Zein menatap tajam Alika. Selama mereka bersama Kakek, Alika hanya menurut tanpa protes.

"Alika! kenapa kamu diam saja?" Kesal Zein.

"Aku harus ngomong apa? ini semua gara-gara kamu! Coba kamu tolak saat Kakek bertanya padamu. Semuanya akan selesai. Tapi kamu mengubah semuanya, Aku harus terjebak dengan pernikahan yang kau ciptakan." Alika balik kesal.

"Kenapa jadi menyalahkan Aku? Ini permintaan Kakek, bukan Aku." Elak Zein.

"Siapa lagi yang harus aku salahkan? Jacky? Dia nggak tahu apa-apa." Geram Alika.

"Apa hubungannya dengan Jacky? Kenapa bukan kamu saja yang menolak permintaan Kakek?" Kesal Zein.

"Loh, kamu kan sudah tau alasannya. Tadi itu Kakek sudah memberimu kesempatan untuk menolak, kenapa kamu malah setuju?" Tanya Alika balik.

"Aku terpaksa, Aku tidak tega melihat Kakek bertanya penuh harap." Jawab Zein.

Alika langsung beranjak, Zein benar-benar membuat perasaannya kacau.

"Mau kemana kamu!" Bentak Zein.

"Mau keluar lah! Kamu nggak denger apa kata Kakek? Aku takut jika setan tiba-tiba datang menerkam." Alika bergidik ngeri melirik keseluruh sisi ruangan lalu segera keluar menutup pintu.

"Dia selalu saja membuatku kesal! bagaimana mungkin aku menikah dengannya? bisa mati berdiri aku karena serangan jantung." Zein mengusap dadanya dengan satu tangan. Alika selalu membuatnya jantungnya berpacu dengan kencang. Bukan karena ia sedang jatuh cinta, tapi karena emosinya selalu meledak saat berhadapan dengan Alika.

....

Kabar pesta ulang tahun Zein telah diketahui seluruh anggota keluarga. Semuanya berkumpul di ruang keluarga untuk membahas masalah ulang tahun dan pertunangan Zein dan Alika.

"Kek sebenarnya aku nggak mau ngerayain ulang tahun dalam keadaan seperti ini. Aku malu, bagaimana jika mereka menertawakan keadaanku yang lumpuh?" Bujuk Zein. Ia sudah menemukan alasan untuk menolak pertunangannya.

Sejenak Kakek berpikir, suasana menjadi hening menunggu jawaban Hutama. "Baiklah, Kakek tidak akan merayakan ulang tahunmu." Ujar Kakek.

Zein menghela napas panjang, hatinya sangat senang karena dengan tidak merayakan ulang tahunnya, maka pertunangannya juga pasti akan batal.

"Terimakasih Kek." Ujar Zein berbinar.

Zein dan Alika saling melirik, mereka bernapas lega, setidaknya untuk sementara waktu mereka dapat menunda acara pertunangannya.

"Tapi acara pertunangan tetap akan berlangsung." Lanjut Kakek kembali.

"Hah!?"

Serentak Alika dan Zein.

Perkataan Hutama sontak membuat Alika dan Zein syok. Tubuh mereka lemas seketika tidak berdaya. Baru saja mereka bernapas dengan lega, sekarang Hutama kembali membuat napasnya sesak.

"Ppmmhh..."

Prayoga, Feronica, dan Zaskia menahan tawa melihat ekspresi wajah Alika dan Zein yang menurut mereka sangat lucu.

"Aku setuju Pah. Lebih cepat mereka bertunangan, itu lebih baik." Sela Prayoga.

"Mama juga setuju, Mama akan mengurus semuanya, Kia kamu bantuin Mama ya?" Ujar Feronica.

"Iya Mah." Sahut Zaskia.

"Acaranya di hotel Luxury aja. Pilih ballroom utama." Semangat Hutama.

"Iya Pah." Jawab Feronica.

"Kenapa kalian diam aja? Ayo sekarang bersiap, kalian harus cari cincin tunangan di Mall. Nggak mungkin kan, kalian tunangan tanpa cincin?" Tanya Feronica pada Zein dan Alika.

"Alika aja yang pergi Mah, aku ada meeting dengan para pemilik saham." Tolak Zein.

"Aku juga ada janji dengan temen." Jawab Alika.

"Zein, kamu undur meetingnya nanti sore. Dan kamu Alika, batalkan janjimu untuk hari ini." Tegas Prayoga.

Zein dan Alika diam, tidak ada yang dapat mereka lakukan selain pasrah dan menurut.

Zein menghubungi Ramon untuk menunda meeting lalu menyuruhnya datang ke Mansion.

Setelah Ramon datang Alika dan Zein menuju Mall. Mereka turun dari mobil di depan lobi utama Mall. Ramon mendorong kursi roda Zein masuk ke dalam Mall bersama Alika di samping Zein.

Mereka langsung menuju toko berlian. Di dalam toko mereka disambut dengan ramah oleh pemilik toko. Siapa yang tidak mengenal Zein di Mall, dia juga salah satu pemilik saham di Mall itu.

"Selamat datang Tuan Zein. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa manager toko. Kali ini, manager toko yang langsung turun tangan untuk melayani Zein dan Alika.

"Berikan cincin pertunangan yang paling bagus yang di toko ini." Tegas Zein dengan wajah datar dan dingin.

Manager toko langsung mengambilkan cincin yang cocok untuk pertunangan Zein. Beberapa pasang cincin dengan berlian yang bernilai tinggi menjadi pilihan mereka.

"Alika, cepatlah pilih! aku tidak punya banyak waktu." Tegas Zein sambil melihat jam tangan mewah di pergelangan tangannya.

"Dasar batu karang! tidak ada manis-manisnya, pura-pura romantis kenapa? beda banget dengan yayang Dirga ku." Batin Alika.

"Kamu aja yang pilih, aku ikut pilihan kamu aja." Tolak Alika.

"Yang mau pakai kan kamu."

"Kamu juga akan memakainya kan?"

Mereka kembali berdebat. Ramon hanya diam menjadi penonton setia mereka. Sedangkan manager toko dan karyawan yang lain juga ikut diam tidak berani berkomentar.

"Khemm" Dehaman Ramon membuat keduanya salah tingkah. Mereka sudah menjadi pusat perhatian beberapa orang.

Alika mengalah lalu mencoba satu persatu yang menurutnya bagus.

"Yang ini?" Alika memperlihatkan cincin di jarinya.

Zein menggeleng.

Alika menggantinya dengan yang lain lalu memperlihatkannya kembali pada Zein.

"Kalo yang ini?"

Zein masih menggeleng lalu Alika kembali menggantinya.

"Ini?"

"Ganti."

"Ini."

"Tidak."

"Ini."

"Nggak"

Zein memutuskan mencari sendiri yang menurutnya paling cocok di jari Alika. Saat menemukan yang manarik perhatiannya, Zein mengambilnya lalu menarik tangan Alika.

"Coba yang ini." Zein langsung memakaikan cincin itu ke jari manis Alika. "Yang ini saja." Putus Zein karena cincin itu pas di jari manis Alika.

"Kenapa menyuruhku memilih, jika kamu sendiri yang putuskan?" Kesal Alika dengan mata yang melotot.

"Pilihanmu jelek." Ejek Zein.

"Kamu bener-bener mengesalkan!" Geram Alika menggerakkan jarinya seolah ingin mencakar wajah tampan Zein.

Ramon tidak menyangka ternyata Alika seberani itu pada Zein. Sedangkan Zein hanya cuek menghadapi kekesalan Alika.

Zein menyerahkan kartu black cardnya ke manager toko lalu mengarahkan pandangannya keluar.

"Ramon, bukankah itu Monika?" Tunjuk Zein kearah luar yang hanya terhalang kaca jendela.

Ramon menoleh mengikuti arah yang di tunjuk Zein. Ia juga melihat Monika sedang jalan berdua dengan seorang pria yang postur tubuhnya hampir sama dengan Zein. Pria itu merangkul Monika yang sedang tersenyum, sesekali mengecup kening Monika. Mereka bagaikan sepasang kekasih yang saling mencintai satu sama lain.

Zein mengepalkan kedua tangannya, Ia tidak menyangka Monika akan menghianatinya dan memilih pria lain karena dia lumpuh.

"Kenapa kamu tidak mau menungguku Monika. Lumpuhku hanya sementara dan kamu juga tahu itu. Aku disini selalu menunggu kedatanganmu ternyata kamu memiliki pria lain di sana." Batin Zein.

.

.

.

Bersambung....

Sahabat Author yang baik ❤️

Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Eemlaspanohan Ohan

Eemlaspanohan Ohan

jangan jangan. si monik sama diga ya

2024-05-20

0

Renireni Reni

Renireni Reni

kayaknya monika sm dirga

2022-10-04

0

Dewi Kijang

Dewi Kijang

semangat ya

2022-09-24

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan
2 Surat Perjanjian
3 Calon Kakak Ipar
4 Tidak Terima
5 Masakan
6 Berkuda
7 Khawatir
8 Nasihat Papa
9 Mengajak Kerjasama
10 Permintaan Kakek
11 Keputusan
12 Mall
13 Cantik
14 Biola
15 Rencana Gagal
16 Tunangan
17 Selingkuh
18 Menyakitkan
19 Demam
20 Cemas
21 Patah Hati
22 Pindah
23 Apartemen
24 Restoran
25 Meeting
26 Bermain Hati
27 Marah
28 Menghubungi
29 Ingin Kembali
30 Laporan Ramon
31 Gadis kecil
32 Curhat
33 Sahabatku Alan
34 Perjalanan
35 Tempat Curhat
36 Pergi Untuk Kembali
37 Flashdisk
38 Teka-teki
39 Pasword
40 Menghubungi
41 Memutuskan
42 PDKT
43 Calon Pacar
44 Pengakuan Sander
45 Kunci Cadangan
46 Menahan Amarah
47 Meminta Penjelasan
48 Khawatir
49 Kedatangan Ramon
50 Nasihat
51 Keras Kepala
52 Rumah Sakit
53 Kesedihan Papa
54 Harapan Hidup
55 Cafe
56 Pengakuan Monika
57 Berita Pertunangan
58 Tidak Merasa Takut
59 Luka
60 Luka Kecil
61 Mimpi
62 Kedatangan Mama
63 Sandera
64 Menjaga Jarak
65 Canggung
66 Kedai
67 Perkebunan
68 Lebih Jahil
69 Nasihat Mama
70 Pemandangan yang Indah
71 Pencarian
72 Pencarian 2
73 Menemukan
74 Ruang Icu
75 Keputusan Sepihak
76 Merindukan
77 Mengungkapkan Perasaan
78 Sudah kuduga
79 Rela Mati
80 Kangen
81 Melepas Rindu.
82 Sembunyi
83 Siapa Takut
84 Calon Baru
85 Kesempatan
86 Alika Menghilang
87 Mencari Jejak
88 Mencari jejak 2
89 Villa
90 Malam yang Indah
91 Tidur
92 Kekesalan
93 Kerja Sama
94 Memecat Karyawan
95 Penjahat
96 Bebaskan Mama
97 Menghancurkan Perusahaan
98 Kembali
99 Rencana Papa
100 Menjenguk Kakek
101 Berita Mengejutkan
102 Melepas Rindu
103 Menjemput Meriska
104 Hotel
105 Sudah Biasa
106 Pernikahan Alika dan Zein
107 Extra Part
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Pertemuan
2
Surat Perjanjian
3
Calon Kakak Ipar
4
Tidak Terima
5
Masakan
6
Berkuda
7
Khawatir
8
Nasihat Papa
9
Mengajak Kerjasama
10
Permintaan Kakek
11
Keputusan
12
Mall
13
Cantik
14
Biola
15
Rencana Gagal
16
Tunangan
17
Selingkuh
18
Menyakitkan
19
Demam
20
Cemas
21
Patah Hati
22
Pindah
23
Apartemen
24
Restoran
25
Meeting
26
Bermain Hati
27
Marah
28
Menghubungi
29
Ingin Kembali
30
Laporan Ramon
31
Gadis kecil
32
Curhat
33
Sahabatku Alan
34
Perjalanan
35
Tempat Curhat
36
Pergi Untuk Kembali
37
Flashdisk
38
Teka-teki
39
Pasword
40
Menghubungi
41
Memutuskan
42
PDKT
43
Calon Pacar
44
Pengakuan Sander
45
Kunci Cadangan
46
Menahan Amarah
47
Meminta Penjelasan
48
Khawatir
49
Kedatangan Ramon
50
Nasihat
51
Keras Kepala
52
Rumah Sakit
53
Kesedihan Papa
54
Harapan Hidup
55
Cafe
56
Pengakuan Monika
57
Berita Pertunangan
58
Tidak Merasa Takut
59
Luka
60
Luka Kecil
61
Mimpi
62
Kedatangan Mama
63
Sandera
64
Menjaga Jarak
65
Canggung
66
Kedai
67
Perkebunan
68
Lebih Jahil
69
Nasihat Mama
70
Pemandangan yang Indah
71
Pencarian
72
Pencarian 2
73
Menemukan
74
Ruang Icu
75
Keputusan Sepihak
76
Merindukan
77
Mengungkapkan Perasaan
78
Sudah kuduga
79
Rela Mati
80
Kangen
81
Melepas Rindu.
82
Sembunyi
83
Siapa Takut
84
Calon Baru
85
Kesempatan
86
Alika Menghilang
87
Mencari Jejak
88
Mencari jejak 2
89
Villa
90
Malam yang Indah
91
Tidur
92
Kekesalan
93
Kerja Sama
94
Memecat Karyawan
95
Penjahat
96
Bebaskan Mama
97
Menghancurkan Perusahaan
98
Kembali
99
Rencana Papa
100
Menjenguk Kakek
101
Berita Mengejutkan
102
Melepas Rindu
103
Menjemput Meriska
104
Hotel
105
Sudah Biasa
106
Pernikahan Alika dan Zein
107
Extra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!