"Aku bahagia melihat kamu bertunangan dengan Tuan Zein. Meskipun dia lumpuh, dia tetap tampan dan menawan. Kamu beruntung mendapatkan Dia. Semoga kamu bahagia Lika." Jawab Meriska.
Meriska memeluk sahabatnya, hanya Alika yang ia miliki di kota itu. Seluruh keluarganya berada di kota lain dan semuanya membenci Meriska. Meriska di usir dari rumahnya sendiri oleh Tante dan Pamannya setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Sebenarnya Meriska anak dari keluarga yang kaya, Setelah di usir dari rumahnya, Ia pindah ke Milan dengan sisa tabungan yang Ia miliki. Dia melanjutkan kuliahnya di kampus yang sama dengan Alika. Mereka sama-sama gadis kutu buku hingga keduanya dekat dan bersahabat.
Semenjak mengenal Alika di bangku kuliah, hidupnya berubah, Alika selalu memenuhi kebutuhannya hingga Meriska lulus kuliah. Sejak saat itu Ia menganggap Alika saudara, Ia berjanji akan melakukan apapun untuk Alika.
Saat Alika ingin membuat perusahaan, Ia juga mendukungnya. Meriska selalu berada di samping Alika dalam suka dan duka. Kedua orang tua Alika juga menganggap Meriska sebagai anak mereka. Alika pernah mengajak Meriska tinggal bersama di rumahnya, tapi ia menolak. Ia lebih memilih tinggal sendiri di Apartemen milik Alika dari pada di rumahnya dengan alasan ingin lebih mandiri.
"Eh, yang tadi ngaku-ngaku itu siapanya Zein? pacarnya?" Tanya Meriska.
"Bukan, anggap aja penggemar berat Zein. Gila aja tuh cewek! udah di tolak masih juga ngotot, nggak punya harga diri banget. Emang cowok cuma Zein doang? Seandainya bisa tukeran posisi. Aku malah milih tidak mengenal Zein yang menyebalkan dan ngeselin itu dari pada tunangan dengannya." Kesal Alika lalu menunjuk Zein dengan dagunya.
"Huss, nggak boleh ngomong seperti itu, harusnya kamu bersyukur karena kamu masih laku, nggak kayak aku yang jomblo akut." Canda Meriska.
"Laku, laku, emangnya aku barang sale, hehehe..." Kekeh Alika.
"Iya, kalo nggak percaya, tuh di jidat kamu ada tulisan sold out." Canda Meriska.
"Hahaha.." Kamu bisa menghibur hatiku yang galau.
"Jangan galau lagi, mending kamu deketin tuh calon suami kamu. Kamu nggak mau kan Dia direbut wanita lain. Lihat saja mata gadis-gadis di pesta ini, semuanya menatap wajah Zein. Dirga nggak ada apa-apanya dibanding dengan Zein." Ujar Meriska.
"Tentu saja mereka beda. Dirga itu pria yang lembut dan romantis, sedangkan Zein pria kaku, dingin, dan arogan. Ah, aku nggak bisa ngebayangin jika kami sudah menikah." Ujar Alika.
"Justru menurut aku tipe cowok yang seperti itu yang setia pada pasangannya. Karena dia kaku, makanya nggak gampang di goda wanita lain dan mengumbar cinta dimana-mana dengan keromantisannya." Sindir Meriska.
"Kamu nyindir Dirga? ayolah Meriska, kamu itu salah paham dengannya. Hubungan Dirga dan Priska hanya sebatas pekerjaan, nggak lebih seperti yang kamu pikirkan." Bujuk Alika agar Meriska tidak marah lagi pada Dirga.
"Aku percaya dengan apa yang aku lihat. Aku tidak buta Alika, mata aku masih normal dan masih bisa membedakan mana kekasih dan mana partner kerja." Kesal Meriska, Alika selalu saja membela Dirga.
"Sudahlah jangan bicarakan Dirga terus. Ayo, ikut gabung dengan Mama." Ajak Alika.
"Nggak ah, Aku di sini aja." Tolak Meriska. Ia sudah nyaman duduk sendiri menikmati makanan diatas meja.
"Alika, kenapa kamu di sini sayang, acara belum berakhir kamu dan Zein sudah saling menjauh. Lihat! Zein ada di sana, kamunya malah di sini." Ujar Belinda.
"Bener tuh Tante..! harus dimepetin nih anak, biar nggak jauh-jauh dari calon suaminya." Tambah Meriska dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Alika.
"Kamu juga, ngapain kamu duduk sendiri di sini? sana gabung di meja Tante." Belinda berbalik kesal dengan Meriska karena lebih memilih duduk sendiri.
"Tante sayang..! Meris lagi makan, entar aja ya?" Melas Meriska, membujuk Belinda sambil memegang tangannya agar tidak marah padanya.
"Baiklah, habiskan makanan kamu lalu bergabung dengan Tante." Ujar Belinda.
"Iya Tante." Pasrah Meriska.
"Alika Ayo." Belinda menarik tangan Alika.
Dari arah lain ternyata tangan Zein juga ditarik oleh Feronica menuju salah satu meja kosong. Saat bertemu, Alika dan Zein hanya diam saling menatap.
"Kalian benar-benar mau bikin kami malu ya? Ingat Zein, Alika, Ini masih di pesta kenapa kalian saling menjauh? sekarang duduk di sini dan nikmati makan malam kalian." Geram Feronica.
Alika dan Zein pasrah, mereka duduk lalu menikmati makanannya tanpa berbicara.
"Suasana seperti ini sangat jauh berbeda dengan pesta pertunangan yang aku inginkan. Aku ingin di suapi, diperhatikan, dipuji. Ah, sungguh terlalu! Masa Ia tunangan aku pria kaku ini? tidak ada romantis-romantisnya sama sekali." Batin Alika.
Feronica mengajak Belinda pergi dan membiarkan mereka berdua makan satu meja.
"Bel, kamu ada ide nggak untuk mendekatkan mereka? Selama Alika di Mansion, mereka tidak pernah akur dan sama-sama menjaga jarak. Aku juga jadi bingung menghadapi mereka berdua. Jika Kakek pulang, Aku yakin mereka pasti akan semakin jauh." Tanya Feronica.
"Kamu benar, mereka sama-sama keras kepala dan susah diatur. Aku jadi khawatir dengan perjodohan ini." Jawab Belinda lemas.
"Kamu ada ide nggak? mereka nggak akan mungkin saling mendekati jika bukan kita yang mendekatkan mereka." Tanya Feronica kembali.
Belinda berpikir sejenak. Ia memutar otaknya dengan keras mencari ide.
"Sini, aku bisikin." Belinda segera berbisik di telinga Feronica.
Feronica tersenyum puas dengan ide Belinda. "Ide kamu sangat brilian. Pantes Alika cerdas ternyata turunan dari Mamanya." Puji Feronica.
"Emangnya otak ada turunan juga? Sudah jangan memujiku terus, kamu bicarakan dengan Kakek, biar Kakek yang bereskan mereka berdua." Ujar Belinda.
Feronica dan Belinda menuju meja Hutama, Hendrik, dan Prayoga. Mereka duduk lalu ikut menikmati makanan diatas meja.
"Kalian dari mana? Tanya Prayoga.
"Urus Zein dan Alika. Tuh mereka lagi makan berdua. Mereka pasangan yang serasi jika seperti itu." Jawab Feronica menatap ke arah Zein dan Alika.
"Mereka itu sudah besar, bukan anak kecil lagi, bahkan mereka sudah tunangan. Sebentar lagi menikah dan memiliki anak. Ngapain di urusin?" Jelas Prayoga.
"Zein jika dibiarkan, Dia akan melakukan apapun yang Dia inginkan Pah. Termasuk membatalkan pernikahannya. Kita nggak tau sekarang ini apa yang ada di otak liciknya itu. Bisa saja Dia pura-pura menerima pertunangan ini tapi Dia memiliki rencana lain. Maka dari itu, kita harus awasi Zein." Ungkap Feronica.
"Kamu bilang Zein licik tapi kenapa menatapku seperti itu sayang..?" Tanya Prayoga.
"Kalian kan sebelas dua belas. Wajah dan sifat hampir sama. Sama-sama licik, selalu saja memiliki rencana cadangan untuk menyelesaikan masalah." Jawab Feronica.
Prayoga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hehehe.." Kekeh Hutama, "Kalian sudah tua masih tetap sama kayak dulu." Ejek Hutama.
"Ternyata Prayoga sama dengan kamu ya sayang..! sama-sama licik." Bisik Belinda mengejek.
"Jika aku tidak licik, kita tidak akan bersama. Harusnya kamu bangga dengan itu." Ujar Hendrik dengan santai.
"Licik dibanggain!?" Kesal Belinda.
"Hehehe... bukan licik sih sebenarnya, tapi pintar menggunakan otak cerdas dengan ide-ide yang cemerlang. Dan hasilnya harus sesuai dengan keinginan. Sebagai pebisnis memang harus memiliki rencana cadangan. Itu yang membuat bisnis berkembang dan berdiri kokoh sayang..! Ia nggak Yoga?" Tanya Hendrik.
"Bener banget Hend, Sudah keturunan mungkin pria di keluarga kita memiliki otak cerdas. Bener kan Pah?" Tanya Prayoga pada Hutama.
"Kalian benar, Sudahlah! Apa rencana kalian selanjutnya untuk Zein dan Alika? Kakek harus menyelesaikan urusan mereka sebelum Kakek pulang." Tanya Hutama.
"Kami punya ide sih Pah. Tapi Papa yang harus bicara dengan Zein dan Alika. Jika kami yang bicara, mereka bisa saja protes dan tidak setuju." Ungkap Feronica.
"Apa ide kalian? bukan ide licik kan?" Tanya Prayoga dan Hendrik penasaran.
"Hehehe, licik demi kebaikan boleh kan?" Kekeh Feronica.
"Tetap aja licik." Ujar Prayoga.
"Baiklah, apa idenya." Tanya Hutama.
.
.
.
Bersambung....
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
licik berjamaah🤣🤔
2023-01-10
1
Renireni Reni
apa ya idenya??
2022-10-04
0