Nasihat Papa

Saat sampai di Mansion, Alika turun dari punggung Jacky dengan senyum puas. Ia sangat bahagia hari ini karena Jacky membawanya jalan-jalan ke rumah pohon. Seketika raut wajahnya berubah menjadi datar saat melihat di dekat pintu masuk Mansion, Zein menatapnya dengan wajah dingin dan kaku.

"Ah, aku harus siapkan fisik dan mental menghadapinya. Dasar pria kaku seperti kayu!" Lirih Alika.

Dimitri langsung menghampiri Alika lalu mengambil alih Jacky.

"Makasih Dimitri, Jacky sangat baik, aku suka dengannya." Ujar Alika tersenyum manis melepaskan Jacky.

"Ayolah Nona, jangan tersenyum seperti itu padaku, Tuan Zein melihatnya." Batin Dimitri.

"Dimitri!?" Panggil Alika karena Dimitri tidak menjawabnya.

"Ii..iya Nona, Permisi." Dimitri membawa Jacky ke kandang sedangkan Alika melangkah menuju pintu Mansion.

Dengan santai Alika menghampiri Zein, tidak mungkin ia masuk ke dalam rumah tanpa menyapa Zein yang sedang manatapnya dengan wajah tanpa expresi.

"Dari mana saja kamu? kenapa baru pulang? sudah jam berapa ini? apa kamu tidak tau kami semua sedang mengkhawatirkanmu? mencemaskan keadaanmu?" Cecar Zein.

Alika mendelik kesal, terlalu banyak pertanyaan Zein yang menurutnya tidak perlu di jawab. "Kenapa menghawatirkanku? bukankah aku sudah ijin pergi berkuda? sikap kamu berlebihan! aku sudah besar dan mampu menjaga diri sendiri. Tidak usah lebay deh!" Kesal Alika.

"Kamu!" Geram Zein.

"Aku capek, lapar dan mau mandi, apa kamu sudah selesai marahnya? kalo sudah aku mau masuk. Permisi Tuan Zein yang terhormat!" Seru Alika lalu masuk ke dalam Mansion meninggalkan Zein dengan wajah memerah menahan amarah.

"Dasar gadis bar-bar tidak tahu diri! seharusnya aku tidak perduli dengannya." Kesal Zein.

Zein masuk ke dalam Mansion menuju ruang kerjanya. Pikirannya kacau setiap kali berbicara dengan Alika. Alika selalu membuat emosinya meledak. Ia menekan pelipisnya berkali-kali, dia butuh teman ngobrol tapi siapa? Ia tidak mau mengganggu Ramon jika tidak terlalu penting.

Tok.. tok.. tok..

"Zein, boleh Papa masuk?" Tanya Prayoga.

"Tentu saja Dad." Jawab Zein melihat Prayoga membuka pintu.

Prayoga masuk ke dalam lalu duduk bersandar di Sofa.

"Bagaimana hubungan kalian?" Tanya Prayoga.

"Maksudnya Aku dan Alika?" Tanya Zein mengernyitkan keningnya.

"Iya siapa lagi? Papa yakin Alika gadis yang baik dan cocok untukmu. Kakek tidak mungkin menjodohkan kamu dengannya jika dia bukan gadis yang baik. Buatlah dia betah dan mau menerima perjodohan ini. Kakek akan datang besok, Papa harap kalian tidak mengecewakan Kakek." Ujar Prayoga.

"Kakek akan datang? secepat itu? Aku dan Alika masih belum cocok, dan kami sama-sama tidak menginginkan pernikahan ini Pah! Aku harus bagaimana menghadapi kakek?" Tanya Zein.

"Kenapa Tanya Papa? itu urusan kamu Zein." Jawab Prayoga.

"Bagaimana dengan Mama? apa dia sudah setuju?" Tanya Zein.

"Mama sudah nggak masalah, Dia akan mencoba menerima kehadiran Alika di rumah ini meskipun sebenernya ia sangat menyukai Calista, tapi setelah mengetahui apa yang dilakukan Calista pada Alika hari ini, dia sangat kecewa padanya." Ujar Prayoga.

"Emang apa yang di lakukan Calista?" Tanya Zein.

"Kamu nggak tau, kalau Calista lah yang menyebabkan Jacky berlari kencang seperti kuda gila? Dia ingin mencelakai Alika karena tidak mau kamu menikah dengannya. Itulah sebabnya Papa dari dulu tidak suka jika dia mendekatimu, dia gadis licik yang akan melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang dia inginkan." Ungkap Prayoga.

"Jadi, dia berbohong padaku Pah? dia bilang Alika hanya jalan-jalan dengan Jacky." Ujar Zein.

"Zazkia yang cerita ke Mama bagaimana Calista berusaha mencelakai Alika. Zaskia takut takut bicara denganmu makanya dia kekamar Mama." Ujar Prayoga.

"Kurang ajar, Dimana Calista? aku tidak akan memaafkannya Pah! Calista sudah melewati batas." Geram Zein karena Calista berani membohonginya.

"Dia sudah pulang! Sudahlah, perempuan seperti itu tidak layak kamu pikirkan. Dia mendekati keluarga kita karena ada maksud dan tujuan yang lain. Berbeda dengan Alika, dia apa adanya. Dia tidak suka denganmu tapi mau menerima perjodohan ini karena menghargai keputusan kakeknya. Dia bersedia datang ke Mansion ini dengan suka rela karena itu sudah menjadi keputusan Papa dan Hendrik untuk mendekatkan kalian. Dia anak yang penurut dan rela mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi keluarga. Mencari calon istri yang baik, kamu harus lihat bagaimana bersikap dengan kedua orangtuanya. Jika dia sayang, perhatian, dan lembut, pasti dia juga akan seperti itu pada suami dan anaknya kelak." Ungkap Prayoga.

"Tapi tidak mungkin kami menikah Pah, Aku masih mencintai Monika. Aku dan Alika seperti Tom and Jerry yang tidak akan pernah akur. Dia wanita bar-bar yang suka seenaknya. Aku juga tidak tahu bagaimana kehidupan yang ia jalani di luar sana. Bisa saja dia juga memiliki kekasih." Kesal Zein.

"Hahaha... benci dan cinta beda tipis Zein. Kamu tau? Mama dan Papa juga seperti itu sebelum kami menikah. Kami saling membenci satu sama lain, tapi jika tidak bertemu dalam sehari, Papa jadi gelisah dan terus memikirkannya. Apa itu juga yang kamu rasakan?" Tanya Prayoga.

Zein hanya diam. Ia mengingat bagaimana sangat gelisahnya dirinya saat Alika belum kembali seharian.

"Masalah Monika, lupakan wanita itu, dia sudah meninggalkanmu saat kamu membutuhkannya. Dia juga bukan wanita yang tepat untukmu Zein. Cintanya juga palsu. Jika dia mencintaimu dengan tulus, dia akan bersamamu apapun keadaanmu, entah itu kamu sakit atau miskin dia akan tetap berdiri di sampingmu. Sekarang lihat apa yang dilakukannya, dia pergi saat tahu kamu lumpuh dan tidak bisa menemaninya bersenang-senang. Apa menurutmu wanita seperti itu layak mendapatkan cintamu? Apa wanita seperti itu pantas kami pikirkan? sementara dia bersenang-senang di luar sana entah dengan siapa kamu juga tidak tahu." Ungkap Prayoga.

Zein tetap diam mencerna setiap perkataan Prayoga yang menurutnya semuanya benar.

"Pikirkanlah Zein! Kesempatan datang hanya sekali. Cobalah membuka hati untuk Alika dan berdamailah dengannya. Satu lagi, dia bersedia menikah denganmu meskipun kamu dalam keadaan lumpuh, tidak mudah mencari gadis seperti itu Zein. Jika Alika pergi dari rumah ini, Papa yakin kamu akan menyesal suatu hari nanti." Nasihat Prayoga.

Prayoga menepuk pundak Zein yang sedang berpikir. Ia segera pergi meninggalkan Zein sambil tersenyum karena merasa Zein sedang menerima dan mendengar setiap ucapannya.

Setelah kepergian Prayoga, Zein merasa dilema. Antara ingin menunggu Monika atau melanjutkan perjodohan dengan Alika.

Zein mengambil ponselnya lalu menghubungi Monika. Sudah berkali-kali ia mencoba namun operatorlah yang selalu menjawabnya.

"Apa kamu terlalu sibuk hingga mengangkat telponku saja kamu tidak memiliki waktu?" Geram Zein.

Selama setahun, Monika tidak pernah mengangkat telponnya, Monika juga tidak mengganti nomor ponselnya dan tidak pernah menghubungi Zein kembali.

"Sepertinya aku harus bicara dengan gadis bar-bar itu. Tapi bagaimana? dia selalu seenaknya dan tidak mau menurut denganku." Monolog Zein dengan kesal.

.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Hasan

Hasan

ditinggal lama setelah tau lumpuh dan tidak pernah menghubungi wanita seperti itu yg mau ditungguin sama elu zein??? kl itu mah lbh bagus lu sama calista saja dah🤣🤣🤣

2023-06-14

2

Della Novilia

Della Novilia

seharusnya Zein itu nyuruh seseorang untuk menyelidiki Monika diluar negeri apakah dia seorang gadis baik2 atau bukan.zein kan seorang milyarder tentu tidak sulit kan hanya untuk menyelidiki Monika .jangan bodoh Zein udah jelas2 di tinggal waktu dia mengalami kelumpuhan berarti dia itu tidak tulus mencuntaimu

2023-01-31

1

HARTIN MARLIN

HARTIN MARLIN

apa yang di katakan papa mu benar Zein,kamu akan menyesal tidak menerima perjodohan ini

2022-10-13

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan
2 Surat Perjanjian
3 Calon Kakak Ipar
4 Tidak Terima
5 Masakan
6 Berkuda
7 Khawatir
8 Nasihat Papa
9 Mengajak Kerjasama
10 Permintaan Kakek
11 Keputusan
12 Mall
13 Cantik
14 Biola
15 Rencana Gagal
16 Tunangan
17 Selingkuh
18 Menyakitkan
19 Demam
20 Cemas
21 Patah Hati
22 Pindah
23 Apartemen
24 Restoran
25 Meeting
26 Bermain Hati
27 Marah
28 Menghubungi
29 Ingin Kembali
30 Laporan Ramon
31 Gadis kecil
32 Curhat
33 Sahabatku Alan
34 Perjalanan
35 Tempat Curhat
36 Pergi Untuk Kembali
37 Flashdisk
38 Teka-teki
39 Pasword
40 Menghubungi
41 Memutuskan
42 PDKT
43 Calon Pacar
44 Pengakuan Sander
45 Kunci Cadangan
46 Menahan Amarah
47 Meminta Penjelasan
48 Khawatir
49 Kedatangan Ramon
50 Nasihat
51 Keras Kepala
52 Rumah Sakit
53 Kesedihan Papa
54 Harapan Hidup
55 Cafe
56 Pengakuan Monika
57 Berita Pertunangan
58 Tidak Merasa Takut
59 Luka
60 Luka Kecil
61 Mimpi
62 Kedatangan Mama
63 Sandera
64 Menjaga Jarak
65 Canggung
66 Kedai
67 Perkebunan
68 Lebih Jahil
69 Nasihat Mama
70 Pemandangan yang Indah
71 Pencarian
72 Pencarian 2
73 Menemukan
74 Ruang Icu
75 Keputusan Sepihak
76 Merindukan
77 Mengungkapkan Perasaan
78 Sudah kuduga
79 Rela Mati
80 Kangen
81 Melepas Rindu.
82 Sembunyi
83 Siapa Takut
84 Calon Baru
85 Kesempatan
86 Alika Menghilang
87 Mencari Jejak
88 Mencari jejak 2
89 Villa
90 Malam yang Indah
91 Tidur
92 Kekesalan
93 Kerja Sama
94 Memecat Karyawan
95 Penjahat
96 Bebaskan Mama
97 Menghancurkan Perusahaan
98 Kembali
99 Rencana Papa
100 Menjenguk Kakek
101 Berita Mengejutkan
102 Melepas Rindu
103 Menjemput Meriska
104 Hotel
105 Sudah Biasa
106 Pernikahan Alika dan Zein
107 Extra Part
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Pertemuan
2
Surat Perjanjian
3
Calon Kakak Ipar
4
Tidak Terima
5
Masakan
6
Berkuda
7
Khawatir
8
Nasihat Papa
9
Mengajak Kerjasama
10
Permintaan Kakek
11
Keputusan
12
Mall
13
Cantik
14
Biola
15
Rencana Gagal
16
Tunangan
17
Selingkuh
18
Menyakitkan
19
Demam
20
Cemas
21
Patah Hati
22
Pindah
23
Apartemen
24
Restoran
25
Meeting
26
Bermain Hati
27
Marah
28
Menghubungi
29
Ingin Kembali
30
Laporan Ramon
31
Gadis kecil
32
Curhat
33
Sahabatku Alan
34
Perjalanan
35
Tempat Curhat
36
Pergi Untuk Kembali
37
Flashdisk
38
Teka-teki
39
Pasword
40
Menghubungi
41
Memutuskan
42
PDKT
43
Calon Pacar
44
Pengakuan Sander
45
Kunci Cadangan
46
Menahan Amarah
47
Meminta Penjelasan
48
Khawatir
49
Kedatangan Ramon
50
Nasihat
51
Keras Kepala
52
Rumah Sakit
53
Kesedihan Papa
54
Harapan Hidup
55
Cafe
56
Pengakuan Monika
57
Berita Pertunangan
58
Tidak Merasa Takut
59
Luka
60
Luka Kecil
61
Mimpi
62
Kedatangan Mama
63
Sandera
64
Menjaga Jarak
65
Canggung
66
Kedai
67
Perkebunan
68
Lebih Jahil
69
Nasihat Mama
70
Pemandangan yang Indah
71
Pencarian
72
Pencarian 2
73
Menemukan
74
Ruang Icu
75
Keputusan Sepihak
76
Merindukan
77
Mengungkapkan Perasaan
78
Sudah kuduga
79
Rela Mati
80
Kangen
81
Melepas Rindu.
82
Sembunyi
83
Siapa Takut
84
Calon Baru
85
Kesempatan
86
Alika Menghilang
87
Mencari Jejak
88
Mencari jejak 2
89
Villa
90
Malam yang Indah
91
Tidur
92
Kekesalan
93
Kerja Sama
94
Memecat Karyawan
95
Penjahat
96
Bebaskan Mama
97
Menghancurkan Perusahaan
98
Kembali
99
Rencana Papa
100
Menjenguk Kakek
101
Berita Mengejutkan
102
Melepas Rindu
103
Menjemput Meriska
104
Hotel
105
Sudah Biasa
106
Pernikahan Alika dan Zein
107
Extra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!