Calon Kakak Ipar

"Cinta dan kasih sayang, kelembutan dan kemandiriannya. Itu yang belum gw temukan pada wanita lain." Jawab Zein.

"Kamu sudah gila Zein! Itu Monika yang dulu, Monika yang sekarang sudah tidak sama. Sudahlah, lebih baik kamu membersihkan diri lalu kita turun. Aku sudah tidak sabar melihat calon kakak iparku yang mampu membuat junior bangun dari mimpi buruknya."

Richard membantu Zein duduk kembali di kursi rodanya lalu mendorongnya masuk ke dalam kamar mandi.

"Lo yakin bisa mandi sendiri? nggak butuh bantuan Gw?" Tanya Richard saat mereka di dalam kamar mandi.

"Tentu saja bisa, sana Lo keluar dari sini. Gw nggak mau keperjakaan gw hilang gara-gara Lo ngeliat gw mandi. Lebih baik Lo ambilkan pakaian gw di lemari." Usir Zein mendorong tubuh Richard keluar dari pintu kamar mandi.

Richard mengambil baju kaos serta celana pendek dan pakaian dalam lalu memberinya pada Zein di kamar mandi.

Dua puluh menit waktu yang di butuhkan Zein untuk membersihkan diri karena ia tidak beranjak dari kursi roda. Bahkan ia mandi di bawah shower sambil duduk di kursi rodanya. Setelah selesai ia memakai pakaiannya kemudian keluar dari kamar mandi dengan penampilan segar.

"Lo tampak lebih segar." Puji Richard melihat Zein.

"Nggak usah puji gw! Hari ini Lo nggak ada pasien di rumah sakit?" Tanya Zein.

"Lo tenang aja, hari ini gw free khusus untuk berkenalan dengan calon kakak ipar gw." Jawab Richard denga santai.

....

Dikamar lain, Alika telah beristirahat dan mandi. Ia mengambil ponselnya lalu menghubungi Belinda.

Belinda Mama Alika, wanita paruh baya yang sangat menyayangi putrinya, ia memberikan kebebasan pada putrinya untuk menentukan pilihan hidupnya, termasuk pekerjaan, dan pendidikan.

Drrtt.. drrtt.. drrtt..

"[Halo]" Jawab Belinda di seberang telpon.

"[Mah, Alika sudah di rumah Zein. Aku pikir mereka akan menyambut kehadiranku dengan sangat baik, tapi ternyata mengecewakan. Hanya Om Prayoga yang bersikap baik padaku.]" Lapor Alika sambil mengerucutkan bibirnya.

"[Mengecewakan bagaimana?]" Tanya Belinda melihat wajah Alika dilayar ponselnya.

"[Mereka hanya melotot dan diam melihat kedatanganku.]" Ujar Alika.

"[Hahaha... sudah Mama katakan, jangan memakai pakaian terbuka seperti itu. Masih aja ngotot, Zein pasti mengira kamu wanita jadi-jadian dari Club.]" Ejek Belinda.

"[Mama nggak asik ah! ini fashion Mah. Apa Mama tau kalau Zein itu cacat atau lumpuh?]" Tanya Alika.

"[Cacat? setahuku tidak sayang, karena beberapa tahun yang lalu kami bertemu di salah satu acara, dia sehat.]" Ungkap Belinda sambil mengingat beberapa tahun yang lalu. Ia sangat kagum dengan sosok Zein, Semua ibu-ibu yang ada di pesta menginginkan Zein menjadi menantunya. Bahkan saat itu, Ia juga berpikir untuk memperkenalkan Alika dengan Zein. Namun Alika masih berada di Amerika untuk kuliah dan mengambil gelar masternya.

"[Apa dia hanya pura-pura ya Mah? biar aku ngebatalin perjodohan ini?]" Tanya Alika.

"[Mana Mama tau sayang, kamu cari tau sendiri aja, kamu kan jagonya.]" Jawab Belinda.

"Hehehe.. Mama bisa aja." Kekeh Alika.

Tok.. tok.. tok..

Suara ketukan pintu mengalihkan pandangan Alika kearah pintu kamar.

"Sudah dulu ya Mah, Ada yang mengetuk pintu kamar. Bye-bye.." Pamit Alika.

Setelah menutup sambungan telepon. Alika beranjak dari tempat tidur lalu membuka pintu kamar.

"Nona sudah di tunggu di meja makan." Ujar Atin setelah pintu terbuka.

"Baik Atin, aku akan menyusul." Ujar Alika.

Alika segera masuk ke dalam memperhatikan penampilannya di depan cermin lalu turun menuju meja makan.

Saat di meja makan, semuanya sudah duduk di kursi masing-masing menunggu kehadirannya.

Zein menatap penampilan Alika, rambut di gulung keatas memperlihatkan lehernya yang putih mulus, memakai kaos oblong kebesaran dan celana hot-pants. Pakaian sehari-hari yang biasa ia gunakan saat bersantai di rumah. Namun mampu menarik perhatian Zein.

"Sial, kenapa dia bangun hanya dengan melihat penampilan Alika? apa aja yang di pakai gadis ini mampu menariknya untuk bangun." Batin Zein.

"Wow.. calon kakak iparku sungguh menggoda, aku yakin! sekarang junior bangun lagi." Ejek Richard sambil berbisik di telinga Zein.

"Maaf membuat kalian menunggu, tadi aku telpon Mama." Jelas Alika sambil menarik kursi lalu duduk.

"Dasar anak Mama." Gumam Zein tapi masih bisa di dengar Alika.

Alika mendelik, "Kamu ngomong apa?" Tanya Alika.

"Aku ngomong dengan Richard." Jawab Zein mengelak.

"Sudah! jangan ribut, lebih baik kita makan." Sela Prayoga.

Tidak lama kemudian, seorang gadis cantik datang dan langsung menyapa mereka di meja makan.

"Hai semua, aku nggak telat kan?" Sapa Calista. Calista anak dari sahabat Feronica yang sudah lama mengejar cinta Zein. Tapi Zein tidak pernah menganggapnya ada karena di hatinya hanya ada satu nama yaitu Monika.

"Duduk sayang, kita makan bareng." Sahut Feronica.

Prayoga tidak suka dengan kehadiran Calista. Menurutnya Calista wanita yang tidak punya harga diri. Calista sering mendatangi Zein meski Zein sudah berkali-kali menolaknya.

"Alika, mulai sekarang kamu yang melayani Zein mengambilkan makanan untuknya." Tegas Prayoga.

"Hah!?" Serentak Zein dan Alika.

"Kenapa? apa kalian tidak setuju?"

"Iya Pah."

"Iya Om."

Alika dan Zein saling bertatapan dengan mata tajam mengibarkan bendera perang.

"Kenapa kalian hanya diam? Alika, ambilkan makanan untuk Zein." Perintah Prayoga kembali.

Zein menyodorkan piringnya ke arah Alika. Alika lalu mengambilnya dan mengisi dengan nasi dan lauk.

"Kamu mau makan apa?" Tanya Alika dengan ketus.

"Terserah kamu." Jawab Zein pasrah.

Alika tersenyum licik, ia mengambil makanan beserta lauknya dan sambel yang banyak.

"Ini." Alika tersenyum meletakkan piring di depan Zein. Zein mengernyitkan keningnya melihat sambel di piringnya.

"Atin, ganti piringnya." Zein memberikan Atin piringnya lalu mengambil piring kosong, "Ini isi kembali tidak pakai sambel." Tegas Zein.

Dengan kesal Alika kembali mengisi piringnya tanpa sambel. Niatnya ingin mengerjai Zein dengan sambel, tapi ternyata Zein malah memintanya mengisi ulang piringnya.

Semua yang duduk di meja makan jadi penonton melihat perang dingin antara keduanya.

"Tante, dia siapa?" Tanya Calista sambil menunjuk ke arah Alika.

"Nanti Tante jelaskan sekarang ayo kita makan." Jawab Feronika.

Mereka menikmati makanan tanpa ada yang berbicara. Hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu diatas meja makan. Sesekali mereka menatap Alika penuh tanda tanya. Merasa diperhatikan, Alika tetap cuek dan menyelesaikan makanannya.

Setelah beberapa menit mereka selesai makan.

"Tante belum Jawab pertanyaan Calis." Ujar Calista setelah mereka selesai makan.

"Dia Alika, calon istri Zein." Jawab Feronica.

"Calon Istri?" Pekik Calista tidak percaya.

"Zein, apa itu benar?" Tanya Calista menatap Zein, matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis.

"Iya." Singkat Zein.

Sementara Alika memperhatikan Calista. "Apa dia kekasih Zein? ah, bodo amat lah! yang penting perjodohan ini harus Zein batalkan, aku nggak perduli caranya bagaimana asal aku tidak jadi menikah dengannya. Baru sehari aja tinggal serumah dengannya sudah membuatku darah tinggi. Bagaimana jika kami tinggal bersama seumur hidup? ihh... serem!" Batin Alika, ia menggeleng-gelengkan kepalanya karena tidak mau membayangkannya.

"Zein kita perlu bicara berdua." Ujar Calista.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Ida Wati

Ida Wati

suka sama karakter alika

2024-05-18

1

Renireni Reni

Renireni Reni

kayaknya alika gadis tangguh

2022-10-04

1

yuli

yuli

cemungut thoor

2022-04-05

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan
2 Surat Perjanjian
3 Calon Kakak Ipar
4 Tidak Terima
5 Masakan
6 Berkuda
7 Khawatir
8 Nasihat Papa
9 Mengajak Kerjasama
10 Permintaan Kakek
11 Keputusan
12 Mall
13 Cantik
14 Biola
15 Rencana Gagal
16 Tunangan
17 Selingkuh
18 Menyakitkan
19 Demam
20 Cemas
21 Patah Hati
22 Pindah
23 Apartemen
24 Restoran
25 Meeting
26 Bermain Hati
27 Marah
28 Menghubungi
29 Ingin Kembali
30 Laporan Ramon
31 Gadis kecil
32 Curhat
33 Sahabatku Alan
34 Perjalanan
35 Tempat Curhat
36 Pergi Untuk Kembali
37 Flashdisk
38 Teka-teki
39 Pasword
40 Menghubungi
41 Memutuskan
42 PDKT
43 Calon Pacar
44 Pengakuan Sander
45 Kunci Cadangan
46 Menahan Amarah
47 Meminta Penjelasan
48 Khawatir
49 Kedatangan Ramon
50 Nasihat
51 Keras Kepala
52 Rumah Sakit
53 Kesedihan Papa
54 Harapan Hidup
55 Cafe
56 Pengakuan Monika
57 Berita Pertunangan
58 Tidak Merasa Takut
59 Luka
60 Luka Kecil
61 Mimpi
62 Kedatangan Mama
63 Sandera
64 Menjaga Jarak
65 Canggung
66 Kedai
67 Perkebunan
68 Lebih Jahil
69 Nasihat Mama
70 Pemandangan yang Indah
71 Pencarian
72 Pencarian 2
73 Menemukan
74 Ruang Icu
75 Keputusan Sepihak
76 Merindukan
77 Mengungkapkan Perasaan
78 Sudah kuduga
79 Rela Mati
80 Kangen
81 Melepas Rindu.
82 Sembunyi
83 Siapa Takut
84 Calon Baru
85 Kesempatan
86 Alika Menghilang
87 Mencari Jejak
88 Mencari jejak 2
89 Villa
90 Malam yang Indah
91 Tidur
92 Kekesalan
93 Kerja Sama
94 Memecat Karyawan
95 Penjahat
96 Bebaskan Mama
97 Menghancurkan Perusahaan
98 Kembali
99 Rencana Papa
100 Menjenguk Kakek
101 Berita Mengejutkan
102 Melepas Rindu
103 Menjemput Meriska
104 Hotel
105 Sudah Biasa
106 Pernikahan Alika dan Zein
107 Extra Part
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Pertemuan
2
Surat Perjanjian
3
Calon Kakak Ipar
4
Tidak Terima
5
Masakan
6
Berkuda
7
Khawatir
8
Nasihat Papa
9
Mengajak Kerjasama
10
Permintaan Kakek
11
Keputusan
12
Mall
13
Cantik
14
Biola
15
Rencana Gagal
16
Tunangan
17
Selingkuh
18
Menyakitkan
19
Demam
20
Cemas
21
Patah Hati
22
Pindah
23
Apartemen
24
Restoran
25
Meeting
26
Bermain Hati
27
Marah
28
Menghubungi
29
Ingin Kembali
30
Laporan Ramon
31
Gadis kecil
32
Curhat
33
Sahabatku Alan
34
Perjalanan
35
Tempat Curhat
36
Pergi Untuk Kembali
37
Flashdisk
38
Teka-teki
39
Pasword
40
Menghubungi
41
Memutuskan
42
PDKT
43
Calon Pacar
44
Pengakuan Sander
45
Kunci Cadangan
46
Menahan Amarah
47
Meminta Penjelasan
48
Khawatir
49
Kedatangan Ramon
50
Nasihat
51
Keras Kepala
52
Rumah Sakit
53
Kesedihan Papa
54
Harapan Hidup
55
Cafe
56
Pengakuan Monika
57
Berita Pertunangan
58
Tidak Merasa Takut
59
Luka
60
Luka Kecil
61
Mimpi
62
Kedatangan Mama
63
Sandera
64
Menjaga Jarak
65
Canggung
66
Kedai
67
Perkebunan
68
Lebih Jahil
69
Nasihat Mama
70
Pemandangan yang Indah
71
Pencarian
72
Pencarian 2
73
Menemukan
74
Ruang Icu
75
Keputusan Sepihak
76
Merindukan
77
Mengungkapkan Perasaan
78
Sudah kuduga
79
Rela Mati
80
Kangen
81
Melepas Rindu.
82
Sembunyi
83
Siapa Takut
84
Calon Baru
85
Kesempatan
86
Alika Menghilang
87
Mencari Jejak
88
Mencari jejak 2
89
Villa
90
Malam yang Indah
91
Tidur
92
Kekesalan
93
Kerja Sama
94
Memecat Karyawan
95
Penjahat
96
Bebaskan Mama
97
Menghancurkan Perusahaan
98
Kembali
99
Rencana Papa
100
Menjenguk Kakek
101
Berita Mengejutkan
102
Melepas Rindu
103
Menjemput Meriska
104
Hotel
105
Sudah Biasa
106
Pernikahan Alika dan Zein
107
Extra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!