Demam

"Kenapa Alika malah jadi demam?" Bisik Zein di telinga Ramon.

"Bos ngasih vitamin B nya berlebihan kali?" Jawab Ramon balik berbisik.

"Vitamin B apaan?" Tanya Zein heran.

"Itu bos! vitamin bibir yang bos barusan lakukan." Sindir Ramon berbisik.

Zein diam mengingat apa yang baru saja Ia lakukan pada Alika. Ciuman panas yang membuatnya tidak ingin berhenti walau hanya sejenak. "Apa Iya Aku berlebihan? kenapa aku begitu menikmatinya? ah, Aku sudah gila! jangan berpikir macam-macam Zein, kamu hanya membantu Alika kan? nggak lebih!" Batin Zein lalu mengusap wajahnya dengan kasar.

"Malah bengong lagi, Ngapain kalian bisik-bisik? apa ada yang kalian sembunyikan tentang Alika?" Selidik Richard.

"Tidak ada." Elak Zein dengan wajah datarnya.

"Ah, Bos memang paling pandai mengelak." Batin Ramon.

"Ramon! ini, tebus di apotek sekarang." Perintah Zein lalu menyerahkan resep obat kepada Ramon.

"I..Iya Bos." Ramon mengambilnya lalu segera pergi ke apotek terdekat.

"Dia tidak apa-apa kan?" Tanya Zein pada Dokter Richard.

"Nggak apa-apa, Dia hanya tertidur. Jika Dia bangun, berikan Dia makan lalu minum obat. Lain kali jangan membiarkannya kehujanan apalagi tengah malam. Sebagai calon suami seharusnya kamu lebih memperhatikan Dia, bukan membiarkannya melakukan apapun yang Dia mau. Lihat hasilnya, kamu sendiri yang repot kan?" Jelas Richard.

"Aku tau apa yang harus aku lakukan. Pulanglah, aku juga mau istirahat." Ujar Zein.

"Dasar sahabat nggak ada akhlak! Tanpa kamu usir, Aku juga mau pulang. Kamu sudah mengganggu waktu istirahatku." Kesal Richard sambil berjalan menuju pintu kamar.

"Hehehe, Aku akan bayar waktu istirahatmu." Kekeh Zein.

"Jam istirahatku mahal. Transfer sebelum mataku terpejam. Jangan lupa obat Alika. Aku akan ke sini besok pagi untuk memeriksanya sebelum ke rumah sakit." Ujar Richard sebelum menghilang di balik pintu.

Zein mendekati Alika berbaring di tempat tidur kemudian mentap wajahnya dengan lekat. "Apa yang telah terjadi denganmu? bukannya kamu kuat dan mampu melakukan apapun? kenapa tiba-tiba kamu jadi lemah?" Tanya Zein.

Tanpa sadar Ia mengelus kepala Alika lalu mencium keningnya. "Astaga..! apa yang barusan aku lakukan? Sadar Zein Dia ada yang punya." Monolog Zein.

Tok.. tok.. tok..

Atin mengetuk pintu lalu masuk.

"Permisi Tuan, Saya bawakan teh jahe dan sup untuk Nona Alika." Ujar Atin.

"Simpan di situ aja, Dia belum bangun." Ujar Zein.

"Sebaiknya di makan selagi hangat Tuan. Permisi." Pamit Atin segera keluar dari kamar.

"Alika, bangun! makan dulu baru minum obat." Panggil Zein sambil menepuk lengan Alika.

Alika membuka mata dengan perlahan, Ia melihat langit-langit kamar. Kepalanya begitu berat dan suhu tubuhnya tersa panas. Ia kemudian melihat Zein sedang mengambil teh jahe di atas meja nakas.

"Kamu sudah bangun?" Tanya Zein.

"Apa yang kamu lakukan di sini? dan ini siapa yang mengganti pakaianku? jangan bilang kamu yang melakukannya." Tanya Alika kesal.

"Kalau ia kenapa? sebentar lagi kita juga jadi suami-istri jadi nggak masalah dong! jika aku melihatnya lebih dulu, kenapa kamu marah? santai aja." Jahil Zein melihat wajah panik Alika.

"Kamu." Geram Alika, ingin sekali rasanya mengacak-acak rambut Zein saat itu juga.

"Jangan suka marah-marah! ini, minum dulu biar tubuhku lebih baik." Ujar Zein.

Alisa berusaha bangun dan bersandar di kepala tempat tidur. Ia mengambil segelas teh jahe yang di berikan Zein lalu meminumnya.

"Makan ya, baru minum obat." Bujuk Zein.

"Kenapa dia berubah jadi manis? apa dia salah minum obat?" Batin Alika.

"Aku tidak lapar." Tolak Alika.

"Aku tidak bertanya kamu mau makan atau tidak, Aku memintamu makan lalu minum obat." Zein menyimpan gelas lalu mengambil sup untuk Alika.

"Aku tidak mau makan." Tolak Alika kembali.

Zein menghela napas panjang, Alika benar-benar keras kepala dan tidak bisa diatur.

"Mau disuapin atau makan sendiri?" Tanya Zein.

Alika menggeleng, lidahnya terasa pahit dan tidak memiliki nafsu makan.

"Buka mulut kamu, kalau tidak maka..." Ancam Zein dengan menatap bibir tipis Alika.

"Maka apa? jangan mengajakku berdebat Zein, aku masih lemas dan tidak memiliki tenaga." Kesal Alika.

"Aku akan menciummu jika kamu tidak mau makan." Ungkap Zein.

"Hah? kamu gila ya? kamu pikir aku cewek apaan? sini sup-nya! aku bisa makan sendiri." Kesal Alika.

Alika mengambil mangkuk sup dari tangan Zein tapi dia tidak bisa mengangkatnya karena kurang bertenaga.

"Biar aku suapin, kamu diam aja, jangan bicara dan habiskan sup-nya." Tegas Zein.

Alika menyerah dan membiarkan Zein menyupinya dengan perlahan. Tanpa terasa air matanya kembali berlinang. Hatinya masih sakit mengingat Dirga yang tega menghianati cintanya.

Tok.. tok.. tok..

Ramon masuk membawa beberapa obat di dalam kantong plastik lalu kembali keluar setelah menyimpannya diatas nakas.

"Pulanglah Ram, berikan laporan yang aku minta besok." Perintah Zein.

"Baik bos, Permisi." Pamit Ramon, Ia sempat melirik Alika yang sedang menangis sambil makan diatas tempat tidur lalu berbalik keluar dari kamar Alika.

"Diapain lagi tuh anak orang? Bos..! Bos..! dapat calon istri cantik dan baik kok diajak perang melulu. Hehehe... aneh!" Batin Ramon lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Setelah Ramon menghilang di balik pintu. Zein kembali menyuapi Alika.

"Kenapa kamu menangis? apa sup-nya pedas? tapi sepertinya nggak ada cabenya." Tanya Zein lalu memperhatikan isi sup sambil mengaduknya.

Alika hanya diam sambil mengunyah makanan dalam mulutnya.

"Apa ada yang menyakitimu? Kamu boleh cerita padaku." Tanya Zein terus menyuapi Alika.

Alika hanya menggeleng, tapi air matanya terus mengalir.

"Berhentilah menangis Alika, aku paling tidak suka melihat wanita menangis di hadapanku. Jika ada yang menyakitimu, katakanlah! biar aku yang membereskannya." Kesal Zein.

Alika tetap diam hingga sup-nya habis dan selesai meminum obat.

"Tidurlah, jangan menangis lagi. Aku akan menemani di sini." Ujar Zein. Ia memperbaiki selimut Alika lalu menuju berjalan dengan kursi rodanya menuju sofa.

Zein bergerak pelan dari kursi rodanya berpindah ke sofa untuk berbaring.

Alika berbaring membelakangi Zein. Ia terus menangisi kisah cintanya yang berakhir dengan tragis. Sakit ditubuhnya yang ia rasakan tidak seberapa dibanding sakit hatinya yang hancur. Sesekali tangannya menghapus air mata yang terus mengalir seperti aliran air sungai. Bantal kepala yang ia pakaipun sudah basah dan ia tidak perduli.

Zein melihat tubuh Alika bergetar menandakan belum tidur. Ia mulai berpikir apa yang menyebabkan Alika terus menangis. Sekilas terlintas di ingatannya saat di ballroom Alika masih baik-baik saja, tapi setelah Alika memintanya menunggu di lobi, Alika keluar dari lift dengan wajah sendu dan penuh air mata, mulai saat itu Alika terus menangis dan tidak mau mengatakan apa penyebabnya.

"Kemana Alika saat itu? Dasar keras kepala! Dia juga tidak mau aku membantunya. Ah, sepertinya aku mencari tahu sendiri." Gumam Zein.

Zein tertidur di sofa lebih dulu sedangkan Alika masih belum bisa tidur.

Alika mengambil ponselnya lalu mengirim pesan pada Meriska. Urusannya dengan Dirga harus ia selesaikan secepatnya. Ia tidak mau perusahaannya masih berhubungan dengan perusahaan Dirga. Dirga pasti akan memanfaatkan kesempatan itu untuk selalu bertemu dengannya.

.

.

.

Bersambung...

Sahabat Author yang baik ❤️

Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

Alika semangat buang penghianat

2023-01-10

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan
2 Surat Perjanjian
3 Calon Kakak Ipar
4 Tidak Terima
5 Masakan
6 Berkuda
7 Khawatir
8 Nasihat Papa
9 Mengajak Kerjasama
10 Permintaan Kakek
11 Keputusan
12 Mall
13 Cantik
14 Biola
15 Rencana Gagal
16 Tunangan
17 Selingkuh
18 Menyakitkan
19 Demam
20 Cemas
21 Patah Hati
22 Pindah
23 Apartemen
24 Restoran
25 Meeting
26 Bermain Hati
27 Marah
28 Menghubungi
29 Ingin Kembali
30 Laporan Ramon
31 Gadis kecil
32 Curhat
33 Sahabatku Alan
34 Perjalanan
35 Tempat Curhat
36 Pergi Untuk Kembali
37 Flashdisk
38 Teka-teki
39 Pasword
40 Menghubungi
41 Memutuskan
42 PDKT
43 Calon Pacar
44 Pengakuan Sander
45 Kunci Cadangan
46 Menahan Amarah
47 Meminta Penjelasan
48 Khawatir
49 Kedatangan Ramon
50 Nasihat
51 Keras Kepala
52 Rumah Sakit
53 Kesedihan Papa
54 Harapan Hidup
55 Cafe
56 Pengakuan Monika
57 Berita Pertunangan
58 Tidak Merasa Takut
59 Luka
60 Luka Kecil
61 Mimpi
62 Kedatangan Mama
63 Sandera
64 Menjaga Jarak
65 Canggung
66 Kedai
67 Perkebunan
68 Lebih Jahil
69 Nasihat Mama
70 Pemandangan yang Indah
71 Pencarian
72 Pencarian 2
73 Menemukan
74 Ruang Icu
75 Keputusan Sepihak
76 Merindukan
77 Mengungkapkan Perasaan
78 Sudah kuduga
79 Rela Mati
80 Kangen
81 Melepas Rindu.
82 Sembunyi
83 Siapa Takut
84 Calon Baru
85 Kesempatan
86 Alika Menghilang
87 Mencari Jejak
88 Mencari jejak 2
89 Villa
90 Malam yang Indah
91 Tidur
92 Kekesalan
93 Kerja Sama
94 Memecat Karyawan
95 Penjahat
96 Bebaskan Mama
97 Menghancurkan Perusahaan
98 Kembali
99 Rencana Papa
100 Menjenguk Kakek
101 Berita Mengejutkan
102 Melepas Rindu
103 Menjemput Meriska
104 Hotel
105 Sudah Biasa
106 Pernikahan Alika dan Zein
107 Extra Part
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Pertemuan
2
Surat Perjanjian
3
Calon Kakak Ipar
4
Tidak Terima
5
Masakan
6
Berkuda
7
Khawatir
8
Nasihat Papa
9
Mengajak Kerjasama
10
Permintaan Kakek
11
Keputusan
12
Mall
13
Cantik
14
Biola
15
Rencana Gagal
16
Tunangan
17
Selingkuh
18
Menyakitkan
19
Demam
20
Cemas
21
Patah Hati
22
Pindah
23
Apartemen
24
Restoran
25
Meeting
26
Bermain Hati
27
Marah
28
Menghubungi
29
Ingin Kembali
30
Laporan Ramon
31
Gadis kecil
32
Curhat
33
Sahabatku Alan
34
Perjalanan
35
Tempat Curhat
36
Pergi Untuk Kembali
37
Flashdisk
38
Teka-teki
39
Pasword
40
Menghubungi
41
Memutuskan
42
PDKT
43
Calon Pacar
44
Pengakuan Sander
45
Kunci Cadangan
46
Menahan Amarah
47
Meminta Penjelasan
48
Khawatir
49
Kedatangan Ramon
50
Nasihat
51
Keras Kepala
52
Rumah Sakit
53
Kesedihan Papa
54
Harapan Hidup
55
Cafe
56
Pengakuan Monika
57
Berita Pertunangan
58
Tidak Merasa Takut
59
Luka
60
Luka Kecil
61
Mimpi
62
Kedatangan Mama
63
Sandera
64
Menjaga Jarak
65
Canggung
66
Kedai
67
Perkebunan
68
Lebih Jahil
69
Nasihat Mama
70
Pemandangan yang Indah
71
Pencarian
72
Pencarian 2
73
Menemukan
74
Ruang Icu
75
Keputusan Sepihak
76
Merindukan
77
Mengungkapkan Perasaan
78
Sudah kuduga
79
Rela Mati
80
Kangen
81
Melepas Rindu.
82
Sembunyi
83
Siapa Takut
84
Calon Baru
85
Kesempatan
86
Alika Menghilang
87
Mencari Jejak
88
Mencari jejak 2
89
Villa
90
Malam yang Indah
91
Tidur
92
Kekesalan
93
Kerja Sama
94
Memecat Karyawan
95
Penjahat
96
Bebaskan Mama
97
Menghancurkan Perusahaan
98
Kembali
99
Rencana Papa
100
Menjenguk Kakek
101
Berita Mengejutkan
102
Melepas Rindu
103
Menjemput Meriska
104
Hotel
105
Sudah Biasa
106
Pernikahan Alika dan Zein
107
Extra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!