Kata-kata papanya masih terus bernyanyi di telinga Maya Wulandari. Ia bingung apakah harus menuruti keinginan sang papa atau mempertahankan janinnya. Wulandari mengusap perutnya. Janin itu kini sudah berusia tiga bulan, Hati kecilnya ingin mempertahankan. Tetapi bagaimana ia bisa hidup tanpa sokongan dana dan fasilitas dari ayahnya.
"Apa yang harus aku lakukan? Maya Wulandari duduk dengan memeluk kedua lututnya. Sahabatnya pun menyarankan hal yang sama, menggugurkan kandungannya sehingga hidupnya bisa kembali normal.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya, dengan malas Maya Wulandari berdiri dan membukakan pintu!" ternyata papanya yang datang. Sejak papanya mengetahui kehamilan Maya Wulandari, hubungannya dengan papanya itu menjadi dingin. Wulandari merasa papanya seperti menjaga jarak. Tak ada senyuman atau pelukan hangat lagi. Wulandari rindu. Tetapi Maya Wulandari sadar diri bahwa semua memang kesalahannya.
Tiga bulan yang lalu, Wulandari, Aliando dan sahabat-sahabat mereka pergi berlibur ke pulau Dewata Bali. Mereka menyewa sebuah villa yang cukup besar. Kamar pria dan wanita terpisah. Mereka semua hendak menghadiri acara musik yang digelar di pantai. Tiba-tiba saja kepala Maya Wulandari terasa pusing dan tubuhnya lemas.
Aliando pun merasakan hal yang sama, akhirnya Maya Wulandari dan Aliando pulang lebih dahulu ke Villa dengan diantar Leo salah satu sahabat Aliando. Setelah sampai di villa Leo kembali ke pantai.
“Ingat jangan macam-macam Kalian ya!” kata Leo sebelum pergi.
Entah siapa yang memulai, terjadilah malam pertama yang penuh gairah. Maya Wulandari telah menyerahkan kesuciannya pada Aliando. Menyesal? Itu pasti!” setelah melakukannya ia menangis histeris. Namun Aliando berhasil menenangkan dan meyakinkannya.
"Aku akan bertanggung jawab!” kita akan menikah dan bersama selamanya." ucap Aliando. Namun sekarang Itu semua hanyalah omong kosong.
"Papa sudah menemukan dokter yang bersedia menggugurkan janin!” perkataan ayahnya membuat Maya Wulandari tersentak dari lamunannya.
“Besok malam kita akan ke sana."
“Besok?"
“lebih cepat lebih baik!”
“Tapi apa tidak ada cara lain pa?”
“Cara apalagi?” apa kamu berniat mempertahankan anak haram itu?” Pak Alberto mengarahkan jari telunjuknya ke arah perut Maya Wulandari.
"Papa tidak Sudi kalau kamu mempertahankan anak itu, silahkan pergi dari sini jangan membawa apapun.
Setelah mengatakan itu Pak Alberto, kembali ke kamarnya, yang terletak tepat di depan kamar maya Wulandari. Wulandari menutup pintunya dan membenturkan kepalanya di pintu.
”Apa yang harus aku lakukan?”
Maya Wulandari duduk di meja rias, Ia hiraukan luka dihatinya. Ia menata pigura berwarna merah muda dengan hiasan gambar hati di pinggirannya yang berisi foto Aliando.
" Kamu sudah berhasil membuat aku hancur Aliando.” Maya Wulandari membanting figura itu hingga hancur berkeping-keping seperti hatinya.
Maya Wulandari menghubungi sahabatnya Aira untuk mengabarkan bahwa malam ini ia akan menggugurkan kandungannya.
“Itu bagus gue dukung!” kata Aira
“Gue gue nggak begitu yakin dengan keputusan ini Aira."
“Kenapa nggak?”
"Menggugurkan kandungan itu sama saja dengan membunuh, dosa gue udah banyak masa mau ditambah lagi."
”Terus lo mau mempertahankan anak itu?” udah bosan jadi anak orang kaya? Ketus Aira
Maya Wulandari mengacak-acak rambutnya bingung gue." Maya Wulandari merebahkan tubuhnya di ranjang, menatap langit-langit kamarnya.
Aira Terus berceloteh mengenai efek buruk jika ia tidak menggugurkan kandungannya.
” Emang bisa Lo ngurus anak? Emang lo bisa kerja? Udah terlanjur berbuat dosa juga kan?”
“Tapi gue....” Maya Wulandari tidak dapat menyelesaikan perkataannya. Sebab ayahnya sudah mengetuk pintu dan menyuruhnya untuk segera berangkat.
"Aira udah dulu ya!" gue mau berangkat ke klinik." Maya mematikan sambungan teleponnya dan bergegas keluar dari kamar.
Bu Maria dan Riska juga ikut menemani Maya Wulandari ke klinik yang juga menyediakan jasa aborsi. Praktik itu dilakukan secara diam-diam makanya dilakukan di malam hari.
Sepanjang perjalanan Maya Wulandari gelisah Ia sering mendengar jika proses pengguguran kandungan itu sangat menyakitkan bahkan banyak wanita yang meregang nyawa.
Maya Wulandari memegang perutnya ia merasakan sesuatu yang sulit untuk dijelaskan. "Mungkinkah ini yang dinamakan ikatan batin antara ibu dan anak?" Pikir Maya.
Mobil berbelok ke sebuah bangunan tiga lantai yang catnya didominasi warna hijau Tua di sekelilingnya juga banyak pepohonan menjadikannya sangat asri.
“Ayo turun kita sudah sampai." kata Pak Alberto.
Maya mengganggu dan menuruti perintah ayahnya.
“Kalau malam gini jadi nyeramin ya Bu!" ucap Riska .
"Iya begitulah!" jawab Bu Maria.
"Makanya kamu jangan macam-macam dan harus jaga diri biar nggak seperti kakakmu itu." Kata Bu Maria menyindir Putri sambungnya.
Maya Wulandari hanya bisa menghela nafas. mengepalkan tangannya ingin membalas ucapan sang ibu tiri tetapi kondisinya tidak memungkinkan.
Mereka masuk lewat pintu samping terdapat tulisan ruang IGD. Seorang wanita memakai baju putih dengan cardigan hitam menemui mereka. Pak Alberto memberikan wanita yang mulutnya ditutupi masker, selembar kertas.
Kemudian wanita itu meminta Pak Alberto Maya Wulandari, Bu Maria dan Riska untuk mengikutinya.
Mereka menuju bagian belakang klinik. Ruangan khusus untuk praktik aborsi terletak di bangunan yang terpisah dari klinik utama. Untuk lebih menyamarkan di bagian pintu tertulis” Gudang”
"Silahkan masuk di dalam dokter Robert sudah menunggu." ucap wanita itu.
Pak Alberto mengetuk pintu. Seorang wanita dengan pakaian yang sama seperti wanita tadi membukakan pintu.
“Maaf yang lain tunggu saja dan luar." ucapnya sedikit ketus.
“Maya Wulandari masuklah!" kata Pak Alberto setelah ini semua akan kembali normal." ucap pak Alberto sambil mengusap pundak Wulandari.
"Ayo jangan buang-buang waktu pasien masih banyak." kata wanita bertubuh sintal itu
Maya Wulandari mengangguk. Jantungnya berdetak semakin kencang. Maya Wulandari masuk ke sebuah ruangan. Di sana terdapat tempat tidur, lampu besar di atasnya lemari 2 meja yang berisi peralatan medis dan tempat tidur.
Dokter itu mantap Maya Wulandari
" Berbaring jangan tegang santai saja, Saya sudah berpengalaman melakukan ini tidak hanya terjadi gadis biasa seperti kamu. Artis dan model pun pernah saya tangani. Dokter itu tertawa tetapi suara tawanya terdengar menakutkan.
Lagi pula Entah di bagian mananya yang lucu mungkin membunuh janin tak berdosa adalah hal yang menyenangkan untuknya.
"Anak yang ada di dalam kandungan kamu tidak berdosa Maya." Maya terhenyak ia merasa ada seseorang yang membesikkannya. Iya janin ini tak berdosa kenapa dia harus disingkirkan?" tanya Maya pada dirinya sendiri.
"Kamu bilang apa tadi?” tanya dokter itu
"Humm bolehkah saya ke kamar mandi dulu?" kalau tegang perut jadi mules." kata Maya Wulandari
“Ada-ada saja!” gerutu wanita yang merupakan asisten dokter.
“Silahkan saja kamar mandi ada di sana." kata dokter sambil mengarahkan jari telunjuk ke sebuah pintu berwarna putih.
Maya Wulandari membuka pintu itu. Di dalamnya ada dua ruangan satu toilet jongkok dan satu toilet duduk, dan terdapat dua wastafel. Di atas wastafel ada lubang ventilasi yang cukup besar dan tidak tertutup. Maya mengunci pintu dan naik ke wastafel mencoba untuk mengeluarkan tubuhnya lewat lubang ventilasi.
"Bruuk......"
Dengan susah payah akhirnya Wulandari berhasil keluar dan terjatuh perutnya sedikit nyeri, namun ia abaikan dalam pikirannya terpenting menjauh dulu dari tempat terkutuk itu. Maya Wulandari berlari lewat belakang, disana ada tanah kosong tetapi dikelilingi pohon pisang. Bulu kuduk Wulandari merinding.
Wulandari memanjat tembok, lalu perlahan turun Maya Wulandari bernafas lega karena berhasil keluar dari klinik itu. Ia berlari mencari taksi. Sementara itu dokter dan asistennya merasa curiga apalagi saat mengetahui Maya Wulandari mengunci pintunya.
Si asisten menepuk keningnya sendiri "Jangan-jangan dia kabur lewat lubang ventilasi yang ngak ada tutupnya itu dok!”
Dokter tak percaya begitu saja ia akhirnya mendobrak pintu dan benar Maya Wulandari sudah tidak ada di dalam toilet. Dokter dan asistennya keluar dan memberitahu kepada pak Alberto bahwa Maya Wulandari kabur.
Dokter itu kwatir Maya Wulandari akan membongkar kedok klinik itu.
"Jangan sampai dia membuka rahasia klinik ini." kata dokter Robert dengan cemas.
"Dia tidak akan melakukannya Tenang saja." kata Pak Alberto.
Pak Alberto, Bu Maria dan Riska segera menuju mobil.
"Pasti di balik ke rumah dia balik ke rumah Iya." kata Riska.
Maya Wulandari memang kembali ke rumah. Ia memasukkan pakaian ke koper dan tidak lupa membawa dompet. Setelah itu bergegas pergi beruntung tadi, Ia turun di pintu belakang dan meminta taksi untuk menunggu. Bersamaan dengan itu, Pak Alberto tiba di rumah dan mendapat rumah dalam keadaan kosong. Pak Alberto emosi dan langsung menuju kamar maya Wulandari. Kamar maya Wulandari sedikit berantakan. Sebagian isi lemarinya sudah tidak ada.
Pak Alberto menggebrak meja. Kita kalah cepat pria paruh baya dan berkacamata itu menduga putrinya ada di salah satu rumah sahabatnya. Mereka mendatangani Aira, rumah Anisa. Tetapi Disana tidak ada. Malah kedua sahabatnya terkejut. mendengar Maya Wulandari melarikan diri. Kalau tidak dirumah sahabat-sahabatnya? Ke mana dia pergi?"
Bersambung.......
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 315 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Hadir kak dari Don't leave me my dear jangan lupa mampir juga di novelku ya😊
2022-07-19
2
Fina Ina
namanya ke panjgn Thor.
2022-07-07
0
NISSA1726
nama panggilan aj thor
2022-05-04
2