Tim medis sudah menghubungi PMI, tetapi persediaan darah yang sama dengan golongan darah wulandari juga kosong. Sehingga pihak rumah sakit meminta kepada ibu Nurhayati agar ikut membantu tim medis untuk mencari donor darah buat Wulandari.
Bu Nurhayati teringat dengan sosok pak Alberto. yang sebelumya wulandari memberitahu kalau ayah wulandari tinggal dikawasan komplek elite yang ada di kota Jakarta. Bu Nurhayati pun langsung pergi menuju kediaman pak Alberto. Bu Nurhayati meminta asisten rumah tangga nya untuk menemani Bu Nurhayati menemui pak Alberto. Berharap tuan Alberto Sudi menolong Wulandari.
Ketika Bu Nurhayati tiba di kediaman pak Alberto, Bu Nurhayati dengan tergesa gesa langsung berteriak memanggil satpam yang bertugas di kediaman pak Alberto.
"Pak saya mau bertemu dengan pak Alberto apa pak Alberto ada?"
"Maaf anda siapa ya?"
Bu Nurhayati menceritakan niatnya kepada pak satpam. Kemudian pak satpam pun berniat untuk memanggil pak Alberto. Tetapi ketika satpam itu berniat masuk untuk memanggil pak Alberto, Ibu Maria dan Riska datang menghampiri pak satpam .
"Ada apa pak?"
"Ada seseorang yang ingin bertemu dengan tuan."
"Siapa pak?"tanya Bu Maria sembari langsung keluar menghampiri Bu Nurhayati.
"Siapa kamu?
"Saya Nurhayati ingin bertemu dengan pak Alberto, Apa pak Alberto nya ada?
"Untuk apa anda ingin bertemu dengan suami saya?"
lalu Bu Nurhayati menjelaskan tujuannya datang kerumah pak Alberto.
"Suami saya tidak akan sudi bertemu dengan anak yang membuat malu keluarga ini. Dan lagian suami saya tidak akan sudi menyumbangkan darahnya sama perempuan penzina seperti Wulandari. Jadi lebih baik kamu pergi dan jangan pernah kembali lagi kesini.
"Paham" ucap Bu Maria mengusir Bu Nurhayati.
"Tapi ini masalah nyawa bu!"
"Kami sudah tidak perduli lagi dengan Maya. Mau mati atau tidak kami tidak peduli. " ucap Bu Maria membuat ibu Nurhayati menggelengkan kepalanya karna jiwa Iba dari Bu Maria tidak ada terhadap Maya Wulandari.
Kemudian Bu Nurhayati dan asisten rumah tangganya kembali kerumah sakit tanpa membawa hasil membuat ibu Nurhayati menjadi putus asa.
"Bagaimana ini bu, kita tidak dapat menemukan donor darah buat Maya kasihan dia." ucap asisten rumah tangga Bu Nurhayati.
"Ibu juga tidak tau Bi, kita berserah kepada Allah saja mudah mudahan Allah memberikan petunjuk dan pertolongan kepada nak Maya." ucap Bu Nurhayati kepada asisten rumah tangganya. Kemudian Bu Nurhayati berniat untuk menemui dokter yang bertugas mengoperasi Maya.
"Dok maafkan kami,kami tidak mendapatkan donor darahnya buat Maya, apa yang harus kami lakukan dokter?"
"Ibu tenang saja, kita sudah mendapatkan donor darahnya kok Bu, dan sekarang konsisi Bu Maya sudah stabil. Bayinya juga Alhamdulillah selamat dan bayinya perempuan." ucap dokter itu kepada Bu Nurhayati.
"Syukur ya Allah!"
"Tapi darimana donor darahnya dokter?"
"Maaf Bu kamu juga tidak tau, tiba tiba ada seseorang yang mengirimkan beberapa kantong darah kepada ibu Maya Wulandari dan yang paling herannya lagi, kantong-kantong darah itu tiba di rumah sakit dengan menggunakan helikopter. Ucap dokter dan suster yang menangani Maya Wulandari.
Hal itu membuat Bu Nurhayati merasa bersyukur karena Maya mendapatkan donor darah. Ia pun sangat terkejut mendengarkan penjelasan dari dokter kalau kantong darah itu datang dengan menggunakan helikopter.
"Tapi siapa ya dokter yang mengirimkan kantong darah itu?"
"Maaf Bu Kami juga tidak tahu yang kami tahu kalau beberapa kantong darah itu ditujukan untuk Ibu Maya."
"Terima kasih ya Allah engkau telah memberikan pertolongan buat nak Maya semoga nak Maya cepat pulih dan putrinya sehat dan tumbuh menjadi anak yang salehah."
"Dokter Apakah kami bisa bertemu dengan anak Maya Wulandari?"
"Silakan Bu!" Tapi tolong jangan berisik karena bisa mengganggu istirahat Bu Maya.
"Baik dokter!" ucap Bu Nurhayati kepada dokter itu sembari masuk melihat kondisi Maya Wulandari yang terpasang dengan beberapa selang dan alat-alat medis di tubuh Maya Wulandari
"May kamu harus kuat ya nak!" ibu mendampingi kamu di sini, Kamu tidak perlu khawatir. Kasihan Putri kamu." ucap Bu Nurhayati sembari mengelus wajah pucat Maya Wulandari.
Bu Nurhayati benar-benar tidak mengetahui siapa yang mengirimkan beberapa kantong darah untuk Maya. Tapi Ibu Nurhayati tidak ambil pusing. Ia hanya bersyukur ada seseorang yang menolong Maya Wulandari hingga Maya selamat dari masa kritisnya.
"Kamu tahu may semenjak kamu ada di rumah Ibu, hidup Ibu lebih berwarna. Jadi ibu mohon kamu harus kuat demi Putri kamu.
"Kamu harus membesarkan Putri kamu dengan segenap jiwa dan ragamu. Cintai dia seperti kamu mempertahankan sewaktu orang-orang menginginkan dirinya tidak hadir di dunia ini.
"Ibu tahu kamu wanita yang kuat sehingga kamu dapat menjalani cobaan sebesar ini. kamu jangan menyerah ya nak." ucap Ibu Nurhayati sembari meneteskan air matanya.
"Kamu masih bersyukur may, dipercayakan Tuhan melahirkan seorang bayi ke dunia ini tidak seperti ibu, Mungkin Tuhan tidak percaya kepada ibu sehingga Ibu tidak dikaruniai seorang anak. Tetapi dengan hadirnya kamu di kehidupan ibu, hidup Ibu semakin berarti.
"Bertahanlah putriku! mulai detik ini kamu menjadi putriku."ucap Ibu Nurhayati sambil Kembali terus mengelus wajah pucat Maya Wulandari.
Tiba-tiba tangan Maya sudah mulai bergerak pertanda dirinya sudah mulai sadar. perlahan Maya membuka matanya dan melihat sekeliling
"Bu apa Maya sudah mati?"
"Tidak nak!" kamu masih bersama ibu dan putri kamu.
Maya Wulandari melihat seisi ruangan. Perlahan tangannya meraba perutnya yang sudah rata. Ia pun bertanya kepada Ibu Nurhayat
"Bu di mana anakku?"
"Ada Nak!" di ruang bayi. Bayi Kamu cantik dan imut." ucap Nurhayati sembari mengembangkan senyumnya. Tiba-tiba seorang suster datang menghampiri Maya Wulandari dan juga Bu Nurhayati. Dengan membawa seorang bayi perempuan dan memberikannya kepada Maya Wulandari
"Selamat pagi pagi Bu Maya!" sapa suster
"Selamat pagi Suster.
"Ini bayinya disusui dulu ya Bu!" ujar suster kepada Maya.
Maya merai putri mungilnya sembari langsung mencium putrinya
"Selamat pagi Putri bunda."
"Oh ya sus?" ini bagaimana ya?" maklum saya belum tau masih belajar ucap Maya kepada suster itu membuat suster itu langsung mengebangkan senyumnya.
"Dengan senang hati suster itu mengajari Maya bagaimana cara menyusui seorang bayi.
Ketiak baya Maya sudah mulai menghisap ASI-nya,Maya meneteskan air matanya
Maya menangis karna Maya bahagia sudah menjadi seorang Ibu. Walau menjadi seorang ibu singel parents.
"Nak Maya kok menangis?
"Tidak apa apa Bu, Maya hanya bahagia saja melihat putriku. Yang ternyata aku bisa menjalaninya. Ini semua karma pertolongan ibu." ucap Maya kepada ibu Nurhayati sambil langsung memberi pelukan kepada ibu Nurhayati dan juga baby Bintang.
Bersambung
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 315 Episodes
Comments
Fina Ina
haisss mewek lgi Thor 💪💪
2022-07-07
0
Ngatiyem Atiek
Nangis berjamaaah yuuuuk,,ga tegaaaa
2022-03-26
4
Emy Budi
😭😭😭aku ikut sedih lanjutkan thor
2022-03-17
3