Maya Wulandari melarikan diri dari klinik Aborsi itu dan langsung pulang ke rumah untuk mengambil segala apa yang ia perlukan. seperti pakaian dan dompet. untuk dapat Wulandari gunakan sebelum dirinya mendapat pekerjaan.
Ketika Wulandari berada di perjalanan ia langsung berhenti di salah satu ATM yang ada di dekat minimarket. Ia berincana memindahkan sisa uang yang ada di ATM pemberian papa Alberto ke rekening miliknya sendiri. Karena papa Alberto pasti akan memblokir ATM yang diberikan oleh papa Alberto kepadanya. Sehingga Maya Wulandari memutuskan untuk memindahkan uang yang ada di ATM pemberian papa Alberto ke rekeningnya.
Maya Wulandari memilih menginap di salah satu hotel kelas melati karena dirinya ingin mengirit pengeluaran. Maya Wulandari belum mengetahui kemana akan melangkah. mengingat dirinya masih belum mendapat pekerjaan penghasilan sendiri.
Satu Minggu menginap di hotel kelas melati, keuangan Maya Wulandari semakin menipis.Sehinga Maya Wulandari memutuskan untuk mencari kost tempatnya berteduh.
"Sejujurnya Maya Wulandari belum pernah mengalami merasakan hal sepahit dan semenyedihkan hidup nya sekarang. Apalagi Maya Wulandari tidak pernah hidup sudah.
Setelah mendapat kos kosan, Maya Wulandari berincana untuk mencari pekerjaan. Tetapi ketika dirinya mencari pekerjaan tak satupun yang ia dapatkan. Sehingga Maya Wulandari pergi kesebuah pasar tradisional. untuk sekedar berbelanja keperluannya sehari hari untuk mengirit biaya hidup.
"Disana timbul ide Maya untuk bertahan hidup, Maya memutuskan untuk berjalan dagangan asongan di pasar tradisional. Dia tidak perduli dengan pandangan orang. Hari demi hari ia lalui tanpa uluran tangan sang ayah.
****
Maya Wulandari duduk dengan memeluk bantal ia Menangis Tanpa Suara karena takut terdengar penghuni kos lainnya. Padahal rasanya ia ingin berteriak sekeras-kerasnya untuk mengurangi sesak di dada.
Tak beberapa lama kemudian terdengar suara seorang pria bernyanyi sambil memainkan gitar suaranya begitu merdu selaras dengan petikan gitarnya itu menyanyikan lagu yang mengenai hati Maya Wulandari.
"Aku tak percaya lagi dengan apa yang kau beri "Aku terdampar di sini tersudut menunggu mati.”
Karena penasaran Maya Wulandari mengintip dari balik jendela namun wajah pria yang menyanyikan lagu itu tidak terlihat jelas. Karena penerangan yang kurang, lagu berjudul berhenti berharap itu sangat mewakili perasaan saat ini.
Keesokan paginya Maya Wulandari memutuskan untuk menemui papanya di rumah. Ia berharap papanya bisa memaafkan dan menerimanya kembali di rumah.
Maya berdiri di depan pintu gerbang rumahnya. ia sangat merindukan bangunan dua lantai bergaya Mediterania itu. Rumah itu adalah tempat ia menghabiskan masa kecil. Begitu banyak kenangan manis terjadi di sana. Suara klakson mobil membuat Maya terkejut. Maya berbalik badan.
Matanya mendelik melihat mobil miliknya dipakai Riska dan ibu Maria. Riska dan ibunya keluar dari mobil mereka menatap Maya Wulandari dari ujung rambut hingga ujung kaki lalu tertawa.
"Wah ada maya lagi nungguin dikasih sedekah ya?" ledek Riska
Riska bukan saja memakai mobil milik Maya Wulandari. Tetapi juga baju tas dan sepatu milik Maya Wulandari.
“Kenapa kamu memakai semua barang-barang aku?" ngak modal banget." sahut Wulandari
“Barang-barang ini sudah bukan milik kamu lagi tapi milik aku. Riska mengarahkan jari telunjuknya ke wajah sendiri.
Wulandari memejamkan matanya selama beberapa detik. Tujuannya datang ke sini untuk bertemu papanya bukan berdebat dengan dua wanita menyebalkan itu.
“Aku mau bertemu papa." kata Wulandari
“Beliau tidak akan Sudi bertemu kamu anak durhaka yang hanya bisa bikin malu keluarga ." maki Ibu Siska
"Lihat itu Bu!" jari telunjuk Riska mengarah ke perut Wulandari, perutnya udah membesar.!"
“Iya isinya anak haram." tugas wanita berambut panjang dan bergelombang itu.
Maya Wulandari sudah tidak tahan lagi Ia pun memilih pergi meninggalkan kedua wanita yang tertawa bahagia karena berhasil membuatnya menderita. Saat hendak naik angkutan umum seseorang memanggil namanya. Maya Wulandari menoleh dan tersenyum lebar
"Bu Surti!" ucapnya.
Wanita yang dipanggil Bu Surti itu memeluknya dengan erat. Maya memberikan isyarat pada sopir angkutan umum untuk pergi. Setelah beberapa saat. Bu surti yang merupakan asisten rumah tangga di rumah Maya. Maya melepas pelukannya
“Neng kumaha damang?
“Kabar baik Bu !" Ibu sendiri sehat?" tanya Maya Wulandari.
"Sehat Neng jangan percaya sama kata-kata Bu Maria bahwa tuan masih sangat peduli sama Neng. Beliau Masih memikirkan Neng. " jelas bu Surti yang sudah 20 tahun bekerja di rumah Maya Wulandari.
"Benarkah Bi?
Bu Surti mengangguk Neng sekarang tinggal di mana? biar bibi ngomong sama bapak supaya jemput neng.
Mata Maya kembali bersinar secercah harapan menyelimuti hatinya Aku ngekos di dekat Ramayana Bu.”
“Oh iya ibu tau Neng!" jaga diri dengan baik ya." Bu Surti memeluk wanita yang sudah ia jaga sejak kecil.
Maya Wulandari kembali ke kostnya.Tak disangka ia bertemu dengan Aira dan Anisa Perasaan Maya Wulandari jadi tidak enak apalagi saat tahu bahwa Anisa sang sahabat ya yang mengkhianati dirinya adalah keponakan Bu Maimunah pemilik kost tempat Maya Wulandari tinggal.
"Oh kalian rupanya saling kenal ya ?" kata Bu Maimunah
Dulu Maya Wulandari teman kita di kampus Tante Sayangnya dia diusir karena na....” Anisa sengaja menggantung ucapannya karena ingin membuat Bu Maimunah penasaran. Gadis tinggi semampai itu menatap Maya Wulandari sembari tersenyum.
“Maaf Aku masuk dulu ya." maya buru-buru mengunci pintu kamarnya dan berharap agar Aira dan Anisa tidak bilang kondisinya pada Bu Maimunah.
Hal yang ditakutkan Maya pun terjadi. Bu Maimunah menggedor pintu kamar Maya Wulandari dengan keras sambil berteriak-teriak memanggil namanya. Membuat semua penghuni kostan yang hendak beristirahat kaget dan keluar dari kamarnya.
Tangan Maya bergetar saat membuka pintu Bu Maimunah berdiri dan berkacak pinggang dan mata melotot. Sangat menyeramkan penghuni kost pun sudah berkerumunan di depan kamar maya Wulandari
“Hei apa benar kamu sedang hamil?” tanya Bu Maimunah
Maya meremas ujung kemejanya. Ia menunduk tak berani menatap bu Maimunah dan orang-orang yang berada disekitarnya.
“Woi ditanya bukannya jawab malah bengong?" Bu Maimunah membentak
“Aku sedang hamil 5 bulan jawab Maya Wulandari. Semua orang tercengang
"Ada suami nggak? Tanya Bu Maimunah
Maya menggeleng. Bu Maimunah mendorong tubuh Maya Sampai tersungkur
" Dasar perempuan murahan, Penzinah tidak pantas tinggal di sini." maki Bu Maimunah.
"Sekarang bereskan barang-barang kamu dan pergi dari sini."Usir Bu Maimunah
Orang-orang langsung beraksi ada yang hanya saling berbisik ada yang mengeluarkan ponselnya untuk merekam kejadian menghebohkan itu, ada pula yang mengatakan dengan sumpah serapah. Seolah mereka lah yang paling suci,dan mendukung agar Maya Wulandari diusir. Hal itu membuat emosi Bu Maimunah semakin meninggi.
"Berikan aku waktu Sampai besok Bu, ini sudah malam. Bagaimana aku bisa nyari tempat tinggal sudah malam seperti ini?" pinta Maya Wulandari sambil menangkupkan kedua tangan di dada.
“Semakin lama kamu disini tempat ini bisa kena sial!" Dasar Penzinah sahut Bu Maimunah.
“Betul itu timpal yang lain.
Tak ada pilihan lain Maya Wulandari, harus pergi malam itu juga. Harga dirinya telah tercabik-cabik .Maya melangkah pergi dengan hati hancur, diiringi makian dari Bu Maimunah tatapan sinis dan senyum penuh kemenangan dari Aira dan Anisa sahabat nya mulai duduk di bangku SMA mampu menghianati nya ketika dirinya sedang terpuruk.
Maya Wulandari berjalan tak tentu arah, tanpa sadar Maya Wulandari naik ke jembatan penyeberangan. Ia berhenti tepat di tengah-tengah menatap kilauan lampu kendaraan dan lampu jalan. Maya mengusap perutnya.
"Ya Tuhan berat sekali hukuman untuk dosa dan ke bodohanku, aku tidak sanggup lagi aku menyerah.
Tekat Maya untuk mengakhiri hidupnya yang merasa sudah tak ada gunanya sudah bulat tangannya menggenggam erat besi dua kakinya sudah naik ke pagar pembatas jembatan. Angin bertiup kencang menerpa wajah Maya.
Kaki Maya bergetar saat melihat kebawah rasa takut menerpanya. Akan tetapi rasa malu dan takut akibat peristiwa pengusiran itu lebih mendominasi. Maya Wulandari tak dapat membayangkan bila orang-orang yang tadi merekam peristiwa pengusiran yang ia alami disebar di sosial media lalu viral dan dilihat papanya.
Maya Wulandari memejamkan matanya .
"Selamat tinggal dunia selamat tinggal penderitaan." ucap Maya sambil mulai melepaskan pegangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 315 Episodes
Comments
Fina Ina
kasihn jga maya
2022-07-07
0
Zakina Inar
jadi ikutan sedih deh bacax 😢
2022-04-25
1
Dena
maya gitu aja kak klu disebutkan nama lengkap kepanjangan kecuali klu dtanya nama br jawab nama lengkapnya
2022-04-25
4