"Aku tidak menyangka kau benar-benar menelan obatnya." Harusnya Glend sudah tidak heran lagi dengan tingkah konyol istrinya tersebut, tapi kenyataannya ia selalu menemukan dirinya terkejut. Dan hei, sejak kapan ia juga mulai bertingkah konyol. Bella baru beberapa hari ia kenal tapi entah kenapa gadis itu berhasil menarik perhatiannya.
Sesungguhnya dalam waktu yang tidak ditentukan, Glend sangat menghindari wanita. Ia tidak ingin terlibat dalam hubungan yang melibatkan emosi. Ia menginginkan Lizzie, itu benar adanya, dengan begitu akan lebih mudah baginya untuk menyudahi semuanya jika sudah mulai bosan.
"Kau yang menyuruhku." Dan bukan hanya Glend yang mulai terbiasa dengan keunikan tingkah Bella, pun Bella demikian, ia sudah biasa dengan ledekan, godaan pria itu sehingga ia lebih tebal muka.
"Aku mengatakan masukkan ke dalam mulutmu, bukan menelan. Kau sengaja menelannya agar lidahku lebih lama bergerilya di sana?"
"Gerilya? Kau tahu arti Gerilya? perang yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, penuh kecepatan dan sabotase. Yang kau lakukan tadi bukan secara sembunyi-sembunyi, tapi secara paksaan dan itu namanya Romusha!"
Tawa Glend pecah seketika sampai ia mengusap matanya yang berair. Oh Tuhan, bagaimana bisa sebuah ciuman dikaitkan dengan perang. Dan tawanya semakin meledak tatkala melihat wajah Bella yang masam, tidak tertular sama sekali dengan tawanya. Gadis itu malah memicingkan mata dengan sangar.
"Tidurlah! Entah dalam keadaan sakit dan sehat kau tetap saja menyebalkan." Bella mengambil wadah dari atas nakas lalu sengaja menghentakkan kaki saat hendak pergi menyimpan wadah tersebut.
"Kau butuh sesuatu?" Tanya Bella setelah kembali ke ranjang. Tangannya terulur menjamah dahi suaminya untuk memeriksa suhu tubuhnya. "Tidak panas, tapi kenapa bagian tubuhmu yang lain panas sekali dan juga berkeringat."
"Aku butuh air minum," Glend menarik tangan Bella dari wajahnya. "Aku haus sekali."
Bella mengangguk, ia pun mengambil air minum dan membantu Glend untuk meminumnya.
"Apa perlu kupanggilkan dokter. "
"Tidak perlu. Ini sudah tengah malam."
"Ada lagi yang kau butuhkan?" kembali Bella bertanya sebelum ia membaringkan tubuhnya.
"Omong-omong soal kerja paksa, kita sudah membahas gerilya, romusha, kurasa kita perlu melakukan kerja rodi juga, Bella. Sistem tanam paksa," Manik Glend mengkilat geli melihat mimik Bella yang sepertinya belum menangkap maksud dari kalimatnya. "Sistem tanam paksa, Bella. Aku perlu menanam bibit di..." Glend sengaja menggantung kalimatnya tetapi tatapannya turun ke perut Bella yang diikuti oleh gadis itu.
"Dasar penjajah!" Bella mengambil bantal dan melompat ke atas perut Glend lalu membenamkan wajah Glend ke bantal tersebut. "Kolonial mesum! Sudah kukatakan perbanyak membaca kitab suci, bukan sejarah!"
"Kau hampir membunuh suamimu, istriku yang durhaka." Glend mengatur napasnya agar kembali teratur. Ia hampir kehabisan napas. Sekarang ia meragu siapa yang lebih layak dikatakan penjajah. Ayolah, di sini dirinya yang ditindas.
"Penjajah memang harus dibumihanguskan!" Bella mengembuskan napas panjang, bukan hanya napas Glend yang memburu, tetapi napasnya juga karena terlalu emosi.
"Kau menyukai anak-anak. Kurasa tidak ada yang salah dengan apa yang kukatakan. Untuk mendapatkan anak kita harus bekerja sama. Aku bisa jadi partner yang penurut meski tak bisa berperan aktif. Tapi percayalah, aku bisa membimbingmu agar kita berdua sampai ke puncak dan mendapatkan kepuasan."
"Sepertinya kau benar-benar ingin kubunuh Vasquez."
"Aku sedang sakit, Bella."
"Dan hal itu tidak menghentikan cara kerja otak mesummu sama sekali. Tidurlah." Bella membaringkan tubuhnya dan langsung memejamkan mata. Jika ia terus meladeni Glend, mereka tidak akan tidur sampai pagi hanya karena memperdebatkan hal konyol. "Selamat malam dan selamat tidur. Kita akan memanggil dokter besok pagi jika demammu tidak turun juga."
"Selamat malam." Glend memadamkan lampu ruangan dan menggantinya dengan lampu meja. Suasana kamar pun berubah remang.
Sepuluh menit berlalu, Glend tidak bisa tidur sama sekali. Ia merasa gerah dan badannya terasa remuk semua. Ia mulai gelisah, tidak menemukan posisi nyaman untuk dirinya. Jika banyak bergerak, ia khawatir mengganggu tidurnya Bella.
Bahunya terasa pegal, pun di beberapa bagian terasa nyeri.
"Kau tidak bisa tidur?"
Glend terlonjak, ia menoleh dan menemukan Bella yang sedang menatapnya. "Ya, badanku sakit semua."
Bella pun duduk dan beranjak dari ranjang, menyalakan lampu ruangan.
"Aku mengganggu tidurmu?"
"Tidak. Aku juga tidak bisa tidur. Aku akan memberikanmu pijatan kalau begitu." Bella mengambil posisi di belakang Glend dan mulai memijat.
Tenaganya tidak terlalu kuat tapi Glend menikmatinya. Untuk beberapa menit mereka hanya terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Bella."
"Hmm?"
"Kenapa kau baik sekali?"
"Baik? Tidak juga."
"Lalu kenapa kau melakukan ini. Bukankah kau sangat membenciku."
"Membencimu? Kapan aku mengatakannya?"
Akh ya benar, Bella tidak pernah mengatakan hal tersebut sama sekali. Bella juga tidak pernah mengeluh tentang pernikahan ini meski menikahi pria yang jauh dari bayangannya sangat membuatnya terkejut.
"Aku tidak membencimu sama sekali tapi jangan berharap jika aku akan menyukaimu dan bahkan jatuh cinta. Mimpimu keterlaluan jika begitu."
"Lalu bagaimana jika aku yang jatuh cinta kepadamu?"
"Kau jatuh cinta padaku?" Bella bertanya dengan nada santai. Tidak terkejut sama sekali.
"Aku bertanya bagaimana jikalau, bukan berarti aku sedang jatuh cinta padamu, cara mia."
"Kau akan menjadi pria malang jika hal itu sampai terjadi. Aku tidak akan bisa membalas perasaanmu. Jadi sebelum kau dipatahkan oleh cinta, pesanku kepadamu suami durjanaku, jangan pernah jatuh cinta kepadaku. Tolong kendalikan, hati, pikiran, jiwa dan ragamu. Aku memang gadis yang cukup cantik dan menarik, aku paham jika kau bisa saja jatuh cinta padaku, jadi tolong pahami juga jika aku tidak akan pernah bisa membalas perasaanmu."
Bahu Glend bergetar naik turun karena tertawa tanpa mengeluarkan suara. Pria itu takut jika tawanya meledak, Bella akan mencekik lehernya dari belakang. Oh Tuhan, ingin rasanya ia membungkam mulut gadis itu, mulut yang tidak memiliki filter sama sekali. Selalu saja mengatakan semuanya secara terus terang.
"Ini bukan cerita dongeng yang jika kau menemukan cinta sejati lantas wajahmu berubah tampan. Atau mungkin kau menginginkan aku menciummu lalu kau berubah menjadi seorang pangeran. Berhenti membayangkan hidupmu seperti dongeng, itulah yang dikatakan Lizzie kepadaku dan sepertinya aku harus mengatakannya kepadamu. Kau mungkin akan menemukan wanita yang bisa menerimamu apa adanya, tetapi yang pasti aku bukanlah orangnya, Vasquez."
"Lizzie mengatakan seperti itu kepadamu?"
"Tentang dunia dongeng? Ya." Sahut Bella. Tenggorokannya terasa kering karena terlalu banyak bicara.
"Artinya kau menyukai dongeng."
"Hmm, Cinderella mungkin." akunya. Dan memang kenyataannya hal itulah yang diimpikannya. Memiliki akhir hidup yang bahagia bersama pria tampan yang baik hati. Menurutnya, bukan hanya dirinya satu-satunya gadis di dunia ini yang menginginkan kisah bak negeri dongeng. Dan bukankah Cinderella selalu menjadi cerita paling favorit.
Glend terkekeh. "Jadi kau memimpikan pangeran rupawan datang menyelamatkanmu dari jerat ibu dan saudari tiri dan menawarkan kebahagiaan yang kekal?"
"Ya, bukan pangeran buruk rupa."
"La belle et la bete," Glend terkekeh untuk kesekian kalinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Endang Pujiati
si cantk dan si buruk rupa
2023-08-22
0
L A
artinya apa nih ....
La Belle et la bete
Bella yg lagi bete 🤣🤣
2023-07-18
0
Caramel Latte
pasangan konyol yang selalu mengocok perutku😁😁😁
keren kak thor👍
2023-01-15
0