Tidak ada yang bisa dilakukan Bella selain membantu Andreas memasak agar pria itu segera memberi kunci mobil miliknya dengan begitu ia baru bisa pergi dengan segera. Ia bisa saja pergi tanpa mobil tersebut, tapi apa yang akan dikatakannya jika Glend menanyakan keberadaan mobil tersebut? Di rumah seorang pria mesum yang mencuri ciuman pertamaku. Oh tidak, tentunya itu bukan jawaban yang ingin di dengar oleh seorang suami.
"Kau suka pedas... Oh astaga, kenapa kau berdiri di belakangku?" terkejut dengan keberadaan Andreas yang begitu dekat dengannya sontak membuat Bella memundurkan tubuhnya. "Argghh.." Tanpa sengaja tangannya justru memegang wajan yang ada di atas kompor yang masih menyala.
"Sial, aku justru membuatmu terkejut." Andreas memadamkan api dan meraih pinggang Bella agar menjauh dari sana. Ia pun menarik tangan Bella menuju wastafel untuk menyiram luka bakar di kulit wanita itu. "Sepertinya ini akan melepuh. Ck! Ini salahku. Maafkan aku." Andreas tampak khawatir dan serius meminta maaf. Tidak ada kerlingan nakal dan mimik menyebalkan yang selalu ia perlihatkan. "Seorang wanita tidak boleh memiliki bekas luka di kulitnya yang mulus. Semoga aku memiliki obat agar lukamu tidak berbekas. Apa kau merasakan perih?" Andreas mengangkat tangan Bella ke mulutnya dan meniup-niupkan napasnya di atas luka bakar yang didapatkan Bella.
"Ayo, sebaiknya kau duduk dulu. Akan kucarikan obat untukmu. Tetap di tempatmu, jangan bergerak dan jangan kemana-mana. Aku sedang khawatir jadi tingkat keposesifanku meningkat 1000 persen." Di usapnya lembut kepala Bella sebelum ia meninggalkan gadis itu di meja makan.
Bella baru bisa bernapas setelah Andreas menghilang dari hadapannya. Kedua tangannya memegang dadanya dan ia merasakan detakan luar biasa. Ada apa dengan dirinya? Kenapa akhir-akhir ini ia mudah tersentuh.
Bella memegang kepalanya, seulas senyum terbit di bibirnya. Bella sangat menyukai saat ayahnya membelai rambutnya dan hari ini, untuk pertama kalinya orang lain melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan ayahnya.
Tatapan Bella turun ke luka bakar di tangannya. Percayalah, Bella tidak merasakan apa-apa sama sekali tapi reaksi Andreas yang berlebihan membuat mulutnya terkunci rapat.
Sepuluh menit berlalu, Andreas belum muncul juga. Akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan masakannya. Ia tidak boleh berlama-lama di sekitar pria itu. Alarm bahaya sudah menyala dan memberi peringatan kepada Bella bahwasanya dirinya sudah berstatus sebagai seorang istri. Meski hubungannya dengan Glend antah berantah, tapi untuk mengkhianati sebuah pernikahan, nalurinya masih menolak. Sangat tidak wajar jika ia merona atas sikap manis pria lain.
Glend juga selalu bersikap manis. Bella bermonolog di dalam hati. Glend...Glend... Glend.... Ia sebut nama pria itu sebanyak mungkin. Bagaikan mantra ajaib agar dirinya tidak lepas kontrol.
"Aku sudah mengatakan agar kau tetap di tempatmu, Bella." Andreas berdecak, dengan langkah cepat ia menghampiri Bella dan kembali mematikan kompor, digendongnya Bella ala bridal style membuat Bella memekik kaget.
"Bagaimana bisa kau menggendongku, kakimu masih sakit."
"Tanganku tidak bermasalah. Dan soal kakiku, ya sepertinya lukanya terbuka lagi." Andreas benar, lukanya kembali mengeluarkan darah. Tapi buka itu yang menarik perhatian Bella. Napas Andreas yang memburu tidak teratur serta cucuran keringat di dahinya.
"Kau seperti sedang habis maraton."
"Ya, memang itulah yang kulakukan untuk mendapatkan obat ini di minimarket yang berada di ujung jalan." Andreas duduk di samping Bella, menarik tangan Bella yang terbakar lalu mengolesinya dengan obat salep yang baru ia beli tadi. Mulutnya masih saja ikut bekerja, meniupkan napasnya di atas luka tersebut. "Penjaga toko mengatakan, ini obat paling ampuh."
"Terima kasih." Bella menarik tangannya dan menunduk malu. Bahaya, benar-benar bahaya.
Kenapa dia harus berwajah tampan!
"Ka-kau bisa berlari, sepertinya kakimu tidak bermasalah."
"Ya. Kuharap juga begitu." Andreas menyelonjorkan kedua kakinya dan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dengan posisi kepala menengadah ke atas. Jakunnya naik turun, membuat perhatian Bella fokus ke sana.
"Apa yang sedang kau lihat, Bella?" Andreas memiringkan kepala, menoleh ke arah Bella yang sedang memandanginya.
"Hah? A-apa?" Bella tergagap, seperti seorang pencuri yang sedang tertangkap basah. "Jika kau sudah ba-baik saja, sebaiknya aku pulang."
"Kenapa buru-buru sekali. Ini masih sore."
"Sua- ayahku tidak menyukaiku saat aku pulang terlambat." Hampir saja ia mengatakan suami. Tapi tunggu dulu, apa masalahnya jika ia mengatakan suami. Bukankah pada kenyataannya juga demikian. Ia wanita bersuami. Kenapa ia harus menyembunyikan hal itu? Apa karena wajah Glend yang buruk rupa atau karena tidak ingin Andreas mengetahui statusnya.
"Kita belum memberi cacing-cacing di perutmu makan. Setidaknya makanlah sedikit, aku akan mengambilnya." Andreas segera berdiri, wajahnya meringis menahan sakit.
"Aku bisa makan di rumahku."
"Aku sudah mengambilnya."
"Harusnya aku bisa mengambilnya sendiri."
"Aku ingin mengambilnya untukmu."
"Harusnya kau tidak boleh banyak bergerak."
"Aku akan istirahat setelah ini." Andreas sudah kembali dudu di samping Bella menyerahkan beberapa potong sayap ayam hasil masakan Bella. Andreas mengambil satu potong dan memasukkannya ke dalam mulut.
"Kau pintar memasak rupanya. Ini sangat enak. Memasaklah lain kali untukku."
Bella mengangguk dan senyum Andreas melebar seketika. Bella merasa silau, wajah menawan itu semakin bersinar layaknya matahari di pagi hari.
Menyadari apa yang baru saja ia lakukan, Bella refleks berdiri. Ini sudah tidak benar. Pikirnya.
"Ada apa?" Andreas pun ikut berdiri, menatap Bella heran dan penuh tanya.
"Aku harus pulang," Bella merogoh kantong celana Andreas dan mengambil kunci mobil. Ia pun berlari melintasi ruangan.
Andreas pun menyusul, mengabaikan rasa pusing yang tiba-tiba menyerang.
"Bella, tunggu."
Bella mengabaikan panggilan Andreas. Ia sudah berada di depan pintu, begitu ia keluar dari rumah ini, ia berharap semoga Andreas tidak pernah muncul lagi di hadapannya.
"Siapa kau?"
Bella terkejut saat ia membuka pintu, seorang wanita seksi dengan rambut pirang menyala berdiri di hadapannya. Bella seperti mengenal wanita itu, tapi ia tidak ingat dimana pernah melihatnya.
"Jadi kau wanita yang sudah merayu kekasihku? Kau yang membuat...."
"Cassandra..."
Kalimat wanita pirang itu menggantung di udara.
"Kenapa kau bisa ada di sini?" wajah Andreas tampak tegang. Terlihat jika ia tidak menyukai kehadiran wanita tersebut.
"Jadi wanita ini yang membuatmu mengabaikan semua panggilanku." Cassandra mendorong tubuh Bella dari depan pintu dan menerjang masuk. Bella hampir saja kehilangan keseimbangan.
"Kau hampir membuatnya terjatuh," Andreas menggeram kesal. "Dan kuingatkan kepadamu, berhenti menyuruh para bodyguardmu untuk memata-mataiku."
"Jangan menghindariku kalau begitu." Cassandra menghampiri Andreas dan langsung menyerang bibir pria itu. Manik Bella membeliak, terkejut dengan keintiman yang dipertontonkan di hadapannya.
"Ternyata dia memiliki kekasih." Bella pun segera angkat kaki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Purwati Ningsi
Syukurlah jk Andreas punya kekasih, setidakx itu akan membuat Bella lbh bs mengontrol tindakanx JK suatu saat Andreas berusaha mendekati Bella lg.
2024-07-12
0
Athaya
Inget Glend y bel😁
2022-12-17
0
Zaitun
😊
2022-07-22
0