"Hufh...." Bella mengembuskan napas lega. Mobil yang ia kemudi berhasil parkir dengan selamat di halaman universitas.
Saat hendak pergi, Glend kembali menghentikannya dan memberikan satu kunci mobil. Mulutnya menganga melihat mobil yang akan ia kendarai. Porsche 911 GT2 RS berwarna silver metalik.
Bella menyeka keringat di dahinya. Percayalah, ia belum mahir mengemudi. Ibunya meninggal dalam kecelakaan tunggal hingga ayahnya tidak mengizinkannya untuk mengemudi. Selama di asrama, sesekali ia meminta temannya untuk mengajarinya tetapi ia tidak pernah benar-benar pernah mengemudi tanpa ada pendamping. Ini perdana dan ia selamat. Gugup, senang bercampur jadi satu. Sepertinya mulai sekarang ia harus memikirkan tentang SIM. Saat Glend bertanya tentang SIM, ia juga berbohong.
"Oke, nanti kita akan bersenang-senang lagi. Aku harus ke kelas sebelum Mrs. Monica memasuki ruangan." Bella berbicara kepada mobil tersebut seakan mereka adalah teman. Diusapnya roda kemudi sebelum ia benar-benar turun.
Ia berlari terburu-buru, Mrs. Monica tidak mentolerir keterlambatan dan sangat pelit dalam memberikan nilai. Terlambat artinya tidak hadir. Tidak hadir artinya harus mengulang kelasnya tahun depan.
"Sepertinya kau memang menjadi simpanan pria tua bangka yang kaya raya." Tanpa harus menoleh, Bella tahu jika yang menyindirnya itu adalah Matteo. Sial, hari ini mereka harus berada di dalam kelas yang sama. Bella mencoba mengabaikan tudingan pria itu dengan terus mempercepat langkahnya.
"Apakah kau serendah itu, Bella."
Bella melotot ke arahnya sebagai bentuk protes atas ucapan Matteo yang semakin melantur.
"Aku ke rumahmu tadi malam dan kau tidak ada di sana. Daripada menjadi simpanan pria tua, tawaranku masih berlaku, Bella. Menjadi kekasihku."
"Thanks a lot," Bella bersyukur mereka sudah sampai di depan pintu dan kabar baiknya Mrs.Monica belum masuk.
"Jangan jual mahal!" Matteo mencengkram lengannya, mau tidak mau ia menoleh ke belakang dan melihat kilat kemarahan di manik pria itu. "Apakah si pria tua bangka itu menyentuhmu, aku juga bisa melakukannya." Ucapnya di atas bibir Bella dengan nada kurang ajar yang terang saja memancing amarah Bella.
"Itu bukan urusanmu!" Bella menarik tangannya dengan kasar dati cengkraman pria itu. Semakin hari Matteo semakin menggila. Ia tidak menyukainya. Bella pun berlalu dan segera mencari kursi yang tidak memungkinkan Matteo untuk bergabung dengannya.
Ia harus menghindari Matteo hari ini jika ingin moodnya membaik. Untunglah hanya di kelas Mrs.Monica mereka satu ruangan.
Begitu kelas Mrs.Monica selesai, Bella pun berlari ke luar sebelum Matteo berhasil mengganggunya lagi. Ia melihat Lizzie berjalan sendirian tanpa antek-anteknya. Kekesalan Bella akan hari kemarin kembali bergemuruh. Diikutinya gadis itu secara diam-diam.
Lizzie ternyata masuk ke dalam toilet, mengunci wanita itu di dalam sudah terbersit di dalam pikirannya hingga ia melihat Lizzie menggantungkan rok di atas pintu. Ide yang lebih gila kembali muncul. Ia masuk ke dalam toilet dan menarik rok wanita itu.
"Hei, siapa di sana. Kembalikan rokku?!"
Bella segera berlari mengabaikan teriakan Lizzie. Balasan atas apa yang sudah dilakukan wanita itu kepadanya tempo hari.
Poppy, Pevita dan Penelope tampak berjalan ke arahnya. Mungkin akan menyusul tuannya. Bella segera berbalik, putar arah dan sial, Lizzie berdiri di sana. Melindungi bagian intinya dengan sebuah gayung.
"Kau..."
"Sial!" Bella mengumpat lirih dan segera berlari. Apa yang ia katakan, disambut senyuman dari suaminya benar-benar membuatnya ditimpa kesialan.
"Bella brengsek, kembalikan rokku. Kejar dia, bodoh!" Perintah Lizzie kepada ketiga temannya.
Bella segara berlari sekencang-kencangnya. Ia tidak boleh ditangkap ketiga wanita suruhan Lizzie jika tidak ingin bernasib sama dengan Lizzie. Hais, harusnya ia tidak mengikuti bisikan setan tadi. Untuk apa ia melakukan ini. Ia hanya mencari masalah.
Kakinya semakin berlari kencang begitu mobilnya tampak semakin dekat. Bella menerjang masuk dan segera mengunci dirinya di dalam mobil. Ia selamat.
Tanpa menoleh ke kiri, ke kanan dan ke belakang, Bella segera melajukan mobilnya.
Brak!
"Oh Tuhan, apa yang kutabrak." Bella turun untuk memeriksa. Matanya membola begitu melihat sosok yang berguling-guling.
"Pria mesum!" Pekiknya sembari berlari mendekati pria itu.
"Kau tidak apa-apa?" Bella tidak yakin dengan pertanyaannya. Celana pria itu sudah sobek di bagian lutut memamerkan luka yang sudah berdarah akibat tergores dengan tanah.
"Bantu aku berdiri. Cepat lakukan sebelum mereka berhasil menangkapku."
Bella menoleh ke belakang. Pevita dan kedua temannya lah yang terlihat.
"Kau juga dikejar triple P?"
"Triple P?" Andreas mengernyit di tengah rasa sakit di lututnya. Wajahnya jadi terlihat sangat aneh.
"Pevita, Penelope dan Poppy. Mereka juga mengejarku."
"Aku tidak mengenal mereka. Tiga pria dengan pakaian serba hitamlah yang mengejarku dan sekarang bantu aku."
"Kau melakukan kesalahan?"
"Oh Tuhan, Bella, tanyakan itu nanti. Kau ingin kutuntut karena sudah membuat kakiku patah. Cepatlah!"
Selain ancaman Andreas yang cukup ampuh, Bella juga tidak ingin Triple P berhasil menangkapnya, Bella pun segera membantu Andreas masuk ke dalam mobil.
"Astaga, aku salah memasukkanmu. Bergeserlah ke bangku penumpang. Kita harus segera pergi. Cepat, Mesum!" Bella mulai panik melihat 6 orang yang berlari menuju ke mobil mereka. "Oh Tuhan, mereka mulai mendekat. Pindahkan bokongmu, apa kau tuli!"
"Tidak bisa. Aku tidak bisa bergeser. Kakiku sangat sakit. Naiklah."
"Apa maksudmu?" Bella melotot ke arahnya dengan wajah masam.
"Ck! Kita tidak punya banyak waktu." Andreas menariknya masuk ke dalam. Otomatis Bella mendarat di pangkuan pria itu.
"Auw, kepalaku sakit sekali." Ya, kepalanya terbentur karena Andreas menariknya dengan paksa.
"Kita tidak punya banyak waktu." Andreas melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Tidak terusik sama sekali dengan posisi Bella yang ada di atas pangkuannya.
"Pelankan laju mobilmu, aku tidak ingin mati!"
"Kau aman bersamaku."
"Biarkan aku pindah ke bangku..."
"Diamlah, aku harus fokus."
"Bagaimana bisa fokus, aku menghalangi pandanganmu dan posisi ini sedikit membuatku...."
Andreas menopangkan dagunya di atas bahu Bella. "Kau tidak menghalangi jalanku sama sekali."
"Ini sempit."
"Wangimu enak sekali."
"Kau harus fokus! Sial, ini gara-gara senyuman pria itu."
"Kau mengatakan sesuatu?"
"Fokuslah! Aku berkata fokus!"
"Kenapa kau bisa dikejar tiga wanita itu?" Andreas menurunkan laju mobilnya setelah sepuluh lima belas menit membelah jalanan kota.
"Ini bukan rumah sakit." Bella melayangkan protes ketika mobil berhenti di pelataran parkir unit apartemen.
"Aku tinggal di sini. Turunlah,"
Bella pun turun dan menunggu Andreas keluar dari mobil.
"Kenapa kau tidak turun?" Tanya Bella setelah menunggu beberapa saat dan pria itu hanya bergeming di dalam mobil.
"Kau harus memapahku. Ingat, kau menabrakku dan membuatku celaka."
"Aku menyelamatkanmu dari kejaran para pria itu." Tidak terima dengan tuduhan yang dilayangkan Andreas kepadanya.
"Untuk itulah aku tidak menuntutmu. Setidaknya antar aku ke dalam."
Bella melirik luka di lutut pria itu, dan akhirnya mengalah. Ia pun membantu Andreas turun dari mobil dan memapahnya masuk ke dalam apartemen yang lebih pantas disebut sebuah penthouse.
Bella menurunkan Andreas di ruang utama.
"Kau berat sekali!"
"Tidak ada pria yang ringan bagi wanita. Kotak P3K ada di dalam di dapur, jika kau tidak menemukannya di sana kau bisa mencarinya ke dalam toilet. Jika tidak ada di sana juga..."
"Kau bisa memanggilkan dokter. Aku tidak berniat untuk mengobati lukamu. Aku harus segera pergi." Bella berniat pergi namun langkahnya terhenti karena Andreas menahan pergelangan tangannya.
"Aku bisa menghubungi polisi atas tuduhan tabrak lari dan kau tidak bisa kemana-mana, Bella. Kuncimu ada padaku." Andreas memasukkan kunci mobil ke dalam sakunya.
Bella menghempaskan tangan Andreas dengan kasar kemudian menghentakkan kaki berjalan ke arah dapur untuk mengambil kotak obat.
"Pelan-pelan lah sedikit, Bella." Andreas meringis nyeri. Bella menekan kapas ke atas lututnya dengan menggunakan tenaga dalam.
"Tidak usah protes."
"Kenapa kau dikejar para wanita itu?"
"Bukan urusanmu." Sengit Bella disusul dengan perutnya yang bergemuruh.
Andreas terkekeh. "Kita harus menyelamatkan cacing di perutmu. Bantu aku berdiri. Aku akan memasak untukmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Reksa Nanta
Sepuluh menit atau lima belas menit ?
2024-02-26
0
Athaya
Andreas curi" kesempatan ya🤣🤣
2022-12-17
0
Retno Dwi
msh menikmati... blm tau dibw kmn ini cerita
2022-10-17
0