Susana di meja makan sunyi mencekam. Glend terlihat fokus menikmati daging steak dan kentang gorengnya. Sungguh menikmati atau pura-pura menikmati hanya Glend yang tahu. Yang jelas, dia sungguh menghabiskan makanan dengan tuntas tidak bersisa. Meletakkan garpu dan pisau di tengah piring mengarah ke arah ke angka 12 jarum jam.
Mengambil serbet dari atas paha kemudian membersihkan mulut. Ia perlu minum, di situ ia baru mengangkat kepala dan detik itu ia juga Glend tersedak. Bella menghujamnya dengan tatapan membunuh. Garpu dan pisau wanita itu kepal sekuat tenaga, menancap di atas daging empuk yang ternyata belum di makan barang secuil.
"Dari tadi kau mengawasiku?" Glend bertanya begitu batuknya reda. "Apa yang sedang kau pikirkan?" imbuhnya, masih memperhatikan Bella dari atas gelasnya.
"Apa yang kupikirkan? Tentu saja mempertimbangkan bagian tubuhmu yang mana yang akan kutusuk dengan pisau dan garpuku."
Jika Bill tidak masuk secara tiba-tiba ke kamar mereka, Bella akan mencakar wajah pria itu. Pria yang sudah membuatnya malu setengah mati.
Bill datang di waktu yang tepat, pria itu langsung mengangkat tubuh Bella dari atas tubuh Glend. Glend terselamatkan.
"Kau mengerikan jika sedang mengamuk. Ayolah, yang terjadi itu bukan kesalahanku sepenuhnya. Habiskan makananmu, aku ingin berjalan-jalan ke taman."
Bill dengan sigap segera mendorong kursi roda meninggalkan meja makan.
"Apa yang terjadi, kenapa dia bisa menghajarmu?" Bill memulai pembicaraan. Seperti yang dikatakan Glend, Bill membawa mereka ke taman.
"Aku tidak sengaja mengintip jatahku. Hais, harusnya aku menikahi Lizzie, bukan gadis barbar itu."
Bill terkekeh, "Setahuku Lizzie bahkan lebih tidak bermoral. Kau akan dibuat pusing."
"Siapa yang peduli. Aku hanya membutuhkan seseorang untuk menghangatkan ranjangku."
"Dan kau tidak mendapatkannya dari Bella."
"Belum. Bukan tidak mendapatkannya. Lupakan tentang istriku yang menggemaskan itu, bagaimana perkembangan kasus ayah mertuaku yang malang, apa kau belum menemukan petunjuk bahwa bukan Harry yang melakukan penggelapan itu?"
Bill menarik napas panjang, Glend memang secara khusus meminta Bill untuk menyelidiki kasus yang menimpa Harry. Sesungguhnya ia tidak percaya bahwa Harry yang melakukan kecurangan itu, hanya saja semua bukti tertuju kepada pria itu.
"Aku belum menemukannya."
"Ada kabar dari Granny?"
"Ya, beliau merindukanmu. Mrs. Helga mengatakan akan datang menjenguk dan memeriksa langsung tentang kesehatanmu, jika kau tidak juga membalas panggilannya."
____
Selesai makan malam, Bella langsung memutuskan untuk kembali ke dalam kamar. Kamarnya dan Glend. Bella duduk di atas sofa dengan pandangan yang mengarah ke kolam. Godaan ingin berenang pun timbul. Bella menengadah, memandangi langit. Terang bulan. Malam yang indah.
Sepuluh menit berlalu, belum ada tanda-tanda Glend akan muncul di kamar mereka. Akhirnya Bella pun memutuskan untuk berenang. Ia menyerah pada godaan kolam. Bella terjun ke dalam kolam dan berenang beberapa kali lintasan. Seperti yang ada dalam bayangannya, ini menyegarkan!
"Bagaimana airnya?"
Mendengar suara Glend, Bella muncul ke permukaan. Di lihatnya Glend sudah berada di tepi kolam. Ia berenang mendekati pria itu.
"Rasanya luar biasa. Mau ikut bergabung denganku?"
"Kau menghinaku?" Glend menurunkan tatapannya ke belahan dada Bella yang terekspos dengan jelas, kemudian mengangkat tatapannya, menatap manik Bella dengan cara kurang ajar.
Bella mendengus, "Jangan memancing amarahku lagi. Kau bisa kutenggelamkan di sini dan kupastikan Bill tidak akan datang menyelamatkanmu."
"Karena kau menggodanya dengan belahan dadamu?"
Bella menyiramkan air ke arah pria itu sebagai ungkapan kekesalannya.
Glend terkekeh, "Kuberitahu padamu, dia sudah terbiasa melihat yang lebih bagus dari itu. Kenapa kau tidak bertelanjang saja."
"Sopankah berbicara seperti itu?!" tanya Bella sedikit tersenggal.
"Pasti akan menjadi pemandangan indah yang luar biasa."
"Terima kasih," sengit Bella dengan wajah melotot.
"Terima kasih kembali." Glend menyunggingkan senyumnya. "Naiklah, sudahi acara mandimu, aku tidak ingin kau masuk angin." Glend memutar kursi rodanya, mengambil handuk yang terletak di kursi.
Bella pun menurut, ia segera naik dan menutupi tubuh basahnya dengan handuk yang diberikan Glend padanya.
Dengan kekuatan dan kegesitan yang tidak terduga seperti biasanya, dalam sekejap Bella sudah ada di atas pangkuan Glend. Kedua lengannya langsung memeluk Bella dan menahannya di tempat.
"Apa yang kau lakukan?"
"Apa yang kulakukan?" Tanya Glend dengan nada melucu. "Kau tidak tahu apa yang kulakukan? Memangkumu."
"Aku bertanya-tanya, apakah tindakanmu yang tiba-tiba ini tidak membahayakan kakimu."
"Tindakanku tidak tiba-tiba. Aku selalu mempertimbangkannya." Glend menurunkan tatapannya ke bibir Bella.
"Aku benar-benar akan menenggelamkanmu jika kau berani melakukan apa yang ada di dalam pikiranmu itu, Glend!" Bella menatap Glend dengan tajam, kedua tangannya, ia letakkan di atas mulutnya. Melindungi bibirnya dari serangan yang mungkin saja terjadi.
Glend tertawa rendah. "Sepertinya kita mulai saling mengenal dan memahami Bella. Dan mari kita lihat apa kau sungguh akan menenggelamkanku," Glend menunduk dan mencium punggung tangan Bella. Sontak saja tindakan Glend tersebut membuat manik Bella membeliak.
Glend memanfaatkan keterkejutan wanita itu, ia singkirkan tangan Bella dari bibirnya, kemudian menunduk dan menciumnya. Glend jelas tahu bagaimana caranya berciuman. Tak diragukan lagi ia sangat berpengalaman dalam hal cium mencium. Mulai dari tehnik dasar hingga cara yang bisa membuat wanita ketagihan dan lupa dengan nama mereka sendiri.
Dengan lembut bibirnya mencium bibir Bella hingga bibir mereka menyatu. Lidahnya mulai aktif, tetapi tidak terburu-buru. Menyusup masuk ke dalam mulut Bella.
Harusnya Bella menolak dan mendorong. Itulah tindakan masuk akal yang memang seharusnya ia lakukan, bukan. Tapi Bella tidak melakukannya. Tepatnya, ia tidak sanggup melakukannya. Mulut Glend yang basah dan hangat memberikannya kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Rasa panas meliputi seluruh tubuhnya.
"Kau sangat manis, Bella." Bisikan Glend di atas bibirnya mengembalikan akal sehatnya. Ia mendorong tubuh Glend menjauh bersamaan dengan ia bangkit berdiri.
Tanpa sepatah kata pun Bella dengan sisa-sisa kekuatannya melangkah ke belakang kursi roda Glend dan mendorongnya. Hingga mereka sampai di kamar masih tidak ada yang bersuara. Bella membantu Glend berbaring di atas ranjang, lalu ia pergi masuk ke dalam toilet.
Di balik pintu toilet, Bella menyentuh bibirnya. Terasa bengkak. Ia jilat bibir bawahnya. Masih rasa Glend.
Bella menggeleng. "Ini tidak mungkin. Aku harus memikirkan cara untuk lepas dari pernikahan ini." Bella segera menanggalkan bikininya dan menyiram tubuhnya.
Setengah jam kemudian, ia baru keluar. Menduga Glend sudah tidur. Ternyata dugaannya salah. Glend belum tidur, terlihat sengaja menunggunya.
"Aku terkejut." Glend lah yang pertama kali membuka suara.
"Kuharap kau melupakan semuanya." Bella memejamkan mata, menyangkal kenyataan bahwa jika Glend tidak berbisik tadi, mungkin ia sudah menemukan jemarinya menyusup di sela-sela rambut pria itu.
"Aku berani bertaruh kau pun tak akan bisa melupakannya. Apa itu ciuman pertamamu? Kau tampak seperti mayat hidup. Pucat."
"Selamat malam." Bella membaringkan tubuh dan sengaja memunggungi Glend.
"Selamat mimpi indah." Glend mengalah untuk tidak membahas prihal ciuman itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Athaya
Lanjut Thor 🤗
2022-12-17
0
Lilisdayanti
thur kenapa tidak rerpisah antara dialog sama pemberitahuan,,kalau di sambung bingung bacanya,,dimana kata dialog di mana pemberitahuan,🤔🤔😇😇😇😇😇😇😇
2022-09-29
0
hania putri
haha si bella tau aja cara nya menjatuhkan glend.
perkataan nya halus tapi menusuk 😂
2022-07-13
0