Bella masih gemetar meski ia sudah berada di kamar mandi, menutup rapat pintu toilet tersebut lalu berjongkok, memainkan kukunya yang dipotong rapi. Tabiat yang biasa ia lakukan saat ia merasa gugup.
Faktanya, sekarang ia bukan hanya merasa gugup tetapi juga takut. Bagaimana bisa wajah Glend terlihat sangat mengerikan. Bella tidak bisa membendung air matanya lagi. Ia membenamkan wajah di atas lutut, menyembunyikan wajah dan juga suara tangisannya.
Apa yang harus ia lakukan sekarang? Sungguh ia tidak memikirkan hal itu karena Glend sudah memberikan ultimatum kepadanya beberapa menit lalu. Tidak ada jalan baginya. Satu-satunya solusi adalah ikhlas menjalani perannya dan tentu saja ia tidak akan pernah ikhlas. Bahkan dalam keadaan terpaksa pun ia tidak sudi.
"Sepuluh menit, jika kau tidak keluar dalam sepuluh dari dalam sana, maka aku akan meminta Bill mendobrak pintu ini, Bella."
"Dia selalu mengancam dengan menggunakan nama Bill. Kenapa bukan ia saja yang melakukannya? Tentu saja ia tidak bisa. Kakinya lumpuh tidak bertenaga. Tidakkah ia sadar kondisinya, tapi kenapa mulutnya masih saja mampu mengeluarkan kalimat-kalimat perintah yang menyebalkan. Oh Dad, bagaimana aku akan menjalani peranku sebagai istri. Aku tidak akan bisa tidur nyenyak. Mendadak serumah dengan Lizzie dan ibunya terasa menyenangkan. Tidak masalah aku menjadi babu untuk mereka dibanding menjadi budak pria itu." Air matanya masih saja mengucur deras. Ia pun bangkit secara perlahan dan menanggalkan pakaiannya dengan sedikit tergesa-gesa. Sepuluh menit yang dikatakan Glend bisa saja menjadi tiga menit. Hitungan pria itu tidak pernah benar. Bagaimana bisa dengan nilai matematika yang buruk seperti itu bisa memimpin sebuah perusahaan raksasa.
Bella mengabaikan bak mandi yang ditaburi kelopak bunga mawar. Ia langsung menuju shower dan berdiri di bawahnya. Dinginnya air membuat tubuhnya tersentak kaget.
"Dua menit lagi, Bella."
Bella langsung menyambar kimono yang tergantung di sana dan memasangnya terburu-buru. Bella segera membuka pintu.
"Argghh.." Spontan Bella menutup wajahnya. Glend masih di depan pintu toilet. Apa pria itu menunggunya di sana?
"Ma-maaf, aku-, arrghhh..." Bella kembali mendarat di pangkuan Glend. Pria itu menjalankan kursi roda menuju ruang ganti.
Glend menghentikan kursi rodanya setelah mereka sampai di walk in closet. Bella yang menundukkan kepala enggan untuk mendongak. Sungguh, separuh wajah pria itu sangat mengerikan!
"Kenakan gaun satin berwarna turquoise dan turun dari pangkuanku. Apa kau ingin aku yang mengenakan pakaianmu? Aku tidak keberatan sama sekali..." Glend mengulurkan tangannya ke perut Bella, berniat melepas tali pengikat kimono yang dipakai Bella. Sontak saja Bella melompat berdiri. Pria tidak tahu adab!
Kesabaran Bella benar-benar diuji. Tidak ingin meremehkan fisik seseorang, tapi tingkah dan sikap Glend tidak menunjukkan bahwa ia pria bermoral yang tahu tata krama. Penilaian Bella terhadap Glend benar-benar minus. Tidak ada sisi baiknya sama sekali.
"Apa yang kau lakukan!" Bella menghardik suaminya tapi dengan cara memunggungi pria itu. Bisa-bisa nyalinya ciut saat melihat wajah Glend.
"Ingin mengenakan pakaianmu."
"Aku tidak lumpuh!"
Bella menyesali ucapannya. Mungkin saja Glend akan tersinggung dengan ucapannya. Bella tidak bermaksud untuk menyinggung Glend sama sekali.
"Maksudku, aku bisa melakukannya sendiri. Satin tosca, ya, satin tosca, aku akan mengenakannya." Bella memiringkan tubuh, mengulurkan tangan untuk mengambil gaun malam yang sudah disediakan untuknya. Apakah mulai sekarang ia juga harus berpakaian menurut selera pria itu. Bella tentu saja tidak akan mau! Tapi untuk kali ini, ia tidak akan berdebat.
"Bisakah kau keluar. Aku harus mengenakan pakaianku."
"Aku suamimu."
"Aku hendak berpakaian."
"Silakan."
"Beri aku ruang." Bella menggeram kesal. Taringnya sudah mulai beraksi
"Tidak ada yang perlu kau tutup-tutupi dariku. Entah itu nanti atau sekarang tidak ada bedanya. Aku pasti melihatnya."
Dan detik itu juga Bella tahu jika kelumpuhan atau pun kecacatan fisik seseorang tidak lantas membuat kemesuman seseorang berkurang. Tidak mempengaruhi gairah seksualiitasnya sama sekali.
"Kuharap kau tidak berfikir untuk melewatkan malam pertama sebagaimana mestinya." Bella menyadari suaranya mulai gugup. Ia tidak bisa melakukan itu, bukan karena Glend mengerikan tapi karena ia tidak memiliki rasa terhadap pria itu. Ia hanya akan bercinta dengan pria yang mencintainya dan ia cintai.
"Kenapa tidak?" jawaban Glend yang tenang membuat pundak Bella naik turun. Glend memperhatikannya dan seulas senyum terbit di bibirnya. Ia tahu bahwa Bella sedang berusaha menahan emosi.
"Menurutmu aku menikahimu untuk apa, Bella? Tentu saja ingin menghangatkan ranjangku."
"Seperti menjadikanku pelacur dalam versi legal?"
Tawa rendah keluar dari mulut Glend. Andai Bella belum mengenal dan melihat Glend, ia mungkin sudah tertipu dengan suara Glen yang menurut Bella sangat seksii. Berat, serak, lembut. Ya, pria itu selalu berbicara dengan nada lembut sekali pun pria itu sedang mengejek atau menyindir.
"Itu kau yang mengatakannya, bukan aku."
"Seharusnya, jika kau butuh kehangatan. Kau tinggal menyewa jaalang..."
"Tidak bisa seperti itu, Bella." Glend menyela ucapan Bella. "Aku harus membayar mahal setiap jalaang yang kusewa. Pria kaya seperti kami cenderung perhitungan," akunya tanpa tahu malu. Hal itu lagi dan lagi membuat asap mengepul di kepala Bella. Pernyataan pria itu menegaskan bahwa Bella dinikahi untuk menghangatkan ranjang secara gratis dan cuma-cuma. "Dan poin pentingnya adalah mereka kabur setelah melihat wajahku."
Tentu saja kabur, wajahmu mengerikan!
"Kenapa wanita begitu serakah?"
Untuk pertama kalinya nada pria itu berubah. Ada kegetiran di sana, terselip luka yang mendalam. Tak ayal Bella pun terdiam kaku.
"Para wanita selalu menginginkan kemewahan. Begitu mendapatkannya, kemudian mereka menuntut perhatian, keinginan itu kembali terpenuhi. Detik berikutnya, mereka menginginkan kekasih dengan wajah rupawan yang bisa dipamerkan kemana-mana. Selalu ada tuntutan yang berakhir alasan juga penjelasan atas pengkhianatan dan perselingkuhan. Dan kurasa intermezonya cukup sekian dan terima kasih. Kenakan pakaianmu dan bantu aku naik ke atas ranjang. Belajarlah terbiasa denganku." Glend menjalankan kursi rodanya meninggalkan Bella yang baru bisa mengembuskan napasnya.
"Seharusnya aku tidak termasuk dalam barisan wanita serakah itu. Tapi kenapa aku merasa tertampar. Aku tidak menginginkan hartanya sama sekali. Oke, aku menyesali wajahnya yang buruk dan menurutku itu wajar!"
"Bella, bawakan pakaian untukku. Seperti yang kau lihat, aku lumpuh dan kau harus membantuku mengenakan pakaianku."
"Cobaan apa lagi ini." Bella meluruh ke lantai. Seperti yang dikatakan Glend, sepertinya ia harus belajar terbiasa dengan situasi ini. Tentang statusnya dan tentang kondisi suaminya.
"Baiklah, pertama-tama yang harus kulakukan adalah menjaga komunikasi yang baik dengannya. Semoga aku bisa mengambil hatinya dan akhirnya ia membebaskanku. Ya, Bella, semangat!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Purwati Ningsi
Jgn takut Bella..wajah buruk itu bkn yg sebenarnya..Gland itu memakai topeng karet buruk rupa hanya untuk mengujimu. Jadilah wanita kuat n pemberani, terimalah Gland sbgai suamimu dgn ikhlas. Maka takdirmu akan berubah, Gland akan berubah menjadi pria yg sangat tampan n kau akan menjadi permaisuri kesayangannya ❤️😘
2024-07-12
0
Athaya
Semangat Bella 🤗
2022-12-17
0
Sitti Sahra
semangat Bella 💪💪
2022-08-19
0