" Ooom.. " Mata Intan membulat sempurna.
" Mampus gue . " Intan menelan ludah nya, Orang yang mau dia hindari justru datang mendekati.
" Minum dulu obatnya Tan, nak Rafa bilang itu obat nya bagus , siapa tau setelah minum obat itu, sakit perutmu cepat sembuh.
Rafa masuk ke dalam kamar Intan menyodorkan kantung kecil berisi obat pada Intan. Dan belum ada kata kata yang keluar dari mulut Rafa.
Intan membuka obat kantung yang berisi obat itu, Seketika matanya melihat ke arah ibu.
" Belajar dulu coba minum obat yang pil. " Bu Ida mengerti arti tatapan Intan
" Tapi bu . " Intan menggeleng geleng kecil.
" Di coba dulu nak . " Ibu membuka obat itu dan menaruh 2 butir di tangan kanan Intan.
" Aaah... ga mau . " Intan masih belum mau, wajahnya sudah terlihat pucat.
Kalau tak ada bu Ida mungkin Rafa sudah mengucapkan kata andalan nya. Sedari tadi dia hanya memperhatikan interaksi ibu dan anak itu.
Terdengar dari luar ada pelanggan warung yang memanggil bu Ida.
" Sudah kamu minum dulu, ibu keluar sebentar ada yang beli sepertinya.. " Bu Ida pun keluar dari kamar Intan meninggalkan Rafa dan Intan berdua.
" Om , om ngapain masih di sini ?. "
" Cih... bilang sudah dewasa minum pil sekecil itu saja tidak bisa . " Rafa tak menjawab pertanyaan dari Intan
Wajah Intan terlihat merah padam antara malu dan kesal. " Mending keluar deh om, bikin aku tambah sakit aja . "
" Ternyata dewasa versi kamu itu lebih ke mesum ya, Belajar dari novel novel ini rupanya . " Rafa melihat ada beberapa novel di barisan buku buku di meja belajar Intan.
Intan yang mendengar kata kata Rafa barusan pun menjadi ingat kembali akan peristiwa memalukan itu. Ia pun langsung merebahkan tubuhnya dan menutup rapat tubuhnya dengan selimut, Ia tak ingin om om itu melihat raut wajahnya, entah seperti apa ronanya.
Rafa tersenyum kecil melihat tingkah Intan yang menurutnya menggemaskan itu.
Rafa tau apa yang di rasakan Intan saat ini hingga ia tak ingin mengganggu nya lagi,
" Lain kali kalau bikin alasan jangan alasan sakit, nanti takut sakit beneran . " Ucap Rafa sebelum berlalu pergi dari kamar Intan.
" Haaahhh... kok dia tau kalau aku pura pura sakit ?, gila... ngeri banget tuh si om, untung ganteng.... " Intan berbicara sendiri di balik selimut.
***
Setelah drama sakit perut selesai Intan keluar dari kamar dan membantu ibu melayani pelanggan di warung nya. Dengan alasan kalau sakit perutnya sudah reda. Intan tak tega juga melihat ibunya kerepotan seorang diri.
" Ternyata obatnya manjur juga ." ucap bu Ida setelah melihat Intan terlihat sudah sehat. Dan bu Ida beranggapan kalau sembuhnya Intan karena dari obat yang di berikan Rafa.
Padahal Intan tak meminumnya sama sekali dan obat itu dia buang di tempat sampah, Buat apa minum obat toh sakitnya juga pura pura jadi minum obatnya juga pura pura.
Dan Rafa telah berangkat ke kantornya sesaat setelah pulang dari rumah bu Ida.
Intan membantu ibu melayani pelanggan, kadang dirinya mencuci piring, dan bersih bersih meja.
" Tan ,,. " Panggil bu Ida
" Iya bu . "
" Sini duduk ibu mau bicara. " Bu Ida menepuk bangku di sampingnya.
" Setelah ini kamu mau meneruskan ke mana ?. "
" Intan belum tau bu . "
" Looh... ya harus di rencanakan nak, kamu harus punya tujuan, kalaupun kamu kuliah , ibu masih punya tabungan, bisa untuk biaya kamu nanti . "
Intan terdiam sejenak memikirkan jalan mana yang harus ia ambil.
" Begini saja , mau kamu bagaimana? , ibu ga akan memaksakan. "
" Intan ingin menunda kuliah nya satu tahun bu ?. "
" Loh kenapa ? . "
" Emmmmm... Intan mau bekerja dulu, sambil mengumpulkan uang, setelah itu baru Intan kuliah bu . " Intan berkata dengan perlahan.
" Ibu sebenarnya tidak setuju nak, lagi pula dengan ijazah Sma kamu mau bekerja di mana ?."
" Nanti biar Intan cari cari informasi ke teman teman bu. "
" Ya kalau itu sudah keputusan kamu ya terserah kamu saja, apapun itu ibu tetap mendoakan mu yang terbaik . " Ucap bu Ida bijak, sambil mengelus rambut hitam anaknya. Dia memberi kepercayaan penuh pada Intan, ia sadar tak selamanya ia mendampingi putri semata wayangnya itu, Jadi biarkan Intan melakukan keputusannya sendiri.
" Maaf Bu bukannya aku tak menuruti keinginan ibu . " Intan menundukkan kepalanya, karena sedih sudah menolak keinginan orang tuanya.
" Iya nak ibu paham . "
" Terimakasih bu . " Intan memeluk ibunya sayang dari samping.
hari sudah menjelang petang dagangan Bu Ida sudah hampir habis, karena hari ini lumayan ramai pembeli. Jadi sepertinya tidak sampai malam dagangannya sudah habis.
" Kamu sudah tidak sakit kan tan ?. "
" Sudah enggak bu . "
" Nanti malam tolong antarkan makan malam buat nak Rafa ya, ibu mau siap siapkan bahanya dulu . " Bu Ida masuk ke dalam rumah.
" Iiiya bu... " Intan sudah tak bisa lagi mengelak
" Ayo Intan ,Intan kamu harus berani, semua ini kan karena ulah kamu sendiri. " Intan berbicara pada dirinya sendiri.
Malam pun tiba pukul 8 Intan membawakan makanan untuk Rafa. Dengan segenap keberanian yang sudah Intan kumpulkan sedari siang.
Tokk
Tokk
Tokk
" Asalamualaikum . "
Hening... tak ada sahutan dari dalam rumah,
Intan mengetuk kembali dan mengulang salam nya. Namun belum juga ada jawaban.
" Kemana sih nih orang, padahal mobilnya ada tuh, berartikan dia di dalam. "
Untuk ke tiga kalinya Intan mengulangi. Tidur kali nih si om om . " Intan sudah merasa pegal kakinya.
Saat Intan akan pulang terdengar decitan pintu terbuka. Dan Rafa terlihat dari balik pintu.
" Masuk . "
Intan pun menurutinya, namun ada yang aneh biasanya saat jam segini ia melihat Rafa sudah segar seperti habis mandi dan memakai baju rumahan. Tapi sekarang Rafa masih mengenakan baju kerjanya. Kemeja yang sudah acak acakan, jas dan tas kerjanya masih ada di sofa, begitu pun sepatu , belum berjajar di tempatnya. Hal yang ia tak pernah lihat. karena Rumah Rafa selalu terlihat rapih dan bersih.
" Taruh di meja saja . " Rafa berkata sembari menyandarkan tubuhnya di sofa. memejam kan matanya sambil memijat mijat kecil kepala nya.
" Om, ada yang om butuh kan ?. " Intan menawarkan diri, ia merasa tak tega melihat Rafa, sepertinya terlalu kelelahan.
" Hemmm... bisa minta tolong buatkan teh panas . " Ucap Rafa masih dengan mata terpejam.
" Bisa om sebentar y . " Intan segera ke dapur mini yang ada di rumah Rafa. Membuatkan teh hangat yang ia campur dengan lemon dan madu yang ia dapatkan dari lemari es . Ia juga menyiapkan makanan agar Rafa bisa memakannya langsung.
" Nih om teh nya, dan ini makannya sekalian saja om makan, mumpung masih hangat . " Intan menaruh di meja depan Rafa.
" Hemmm... " Rafa yang sedari tadi terpejam pun kini membuka matanya , Melihat ada teh dan makanan di depan nya.
" Om , om sakit ya ? . "
Tak ada jawaban dari Rafa, Dia sedang menikmati teh buatan Intan.
Tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya masuk dan berdiri di hadapan Intan dan Rafa .
" Kamu siapa ?. "
-
-
-
Tbc
Jangan lupa tinggal kan jejak y.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Memyr 67
uuu ketemu camer
2023-03-08
1