Sore itu, Nayra pulang dari kantor bersama dengan Linda. Nayra bersyukur karena dapat tumpangan gratis dari Linda. Sebenarnya, rumah mereka tidak satu arah. Mereka akan berpisah di perempatan dekat SMA. Namun, hari itu Linda berbaik hati mengantarkan Nayra karena melihat sahabatnya tersebut tengah membawa koper besar.
Tak berapa lama kemudian, Nayra sudah sampai di jalanan memasuki gang rumah kontrakannya. Setelah mengucapkan terima kasih dan turun dari mobil Linda, Nayra langsung bergegas menuju rumah kontrakannya.
Beberapa hari ditinggal, rupanya banyak sekali debu-debu yang menempel pada perabotan di rumahnya tersebut. Nayra buru-buru mengganti baju dan segera membersihkan rumah, mulai dari mengganti sprei, menyapu, mengepel, membersihkan meja, mencuci baju, bahkan mencuci perlengkapan dapur pun harus dilakukannya.
Nayra juga memesan makan malam untuknya sendiri. Dia tidak akan sanggup memasak jika harus bekerja ekstra untuk beres-beres rumah.
Setelah sekitar dua jam bekerja, Nayra sudah menyelesaikan sebagian besar pekerjaan rumahnya. Kini, Nayra tinggal memasukkan baju dan sprei kotor ke dalam mesin cuci. Setelah itu, Nayra bergegas untuk mandi. Tubuhnya benar-benar sangat lengket.
Saat sedang membereskan peralatan dapur dan mandi, Nayra tidak menyadari jika ponselnya berdering beberapa kali. Bahkan, beberapa pesan pun masuk ke dalam ruang chatnya.
Setelah mandi dan berganti baju, Nayra pun tidak langsung mengambil ponselnya. Dia lebih memilih menyantap makan malam yang sudah dipesannya tersebut di ruang tamu minimalis rumah kontrakannya sambil menonton TV. Rasanya, Nayra benar-benar melepaskan pikiran dari pekerjaan yang sepertinya tidak akan ada habisnya.
Cukup lama Nayra menikmati makan malamnya saat itu sambil menonton TV. Hingga lebih dari tiga puluh menit kemudian, Nayra sudah menyelesaikan makan malam tersebut. Nayra segera membereskan peralatan makannya dan hendak mengambil ponsel yang ada di dalam tas.
Namun, belum sempat Nayra membuka ponsel, terdengar suara ketukan dari pintu depan. Dengan membawa ponselnya, Nayra buru-buru beranjak menuju pintu. Dia menyibakkan gorden sedikit sebelum membuka pintu rumah. Nayra ingin memastikan siapa orang yang bertamu malam-malam begini.
Kedua bola mata Nayra langsung membulat saat mengetahui siapa yang tengah berdiri di depan pintu rumahnya. Dia buru-buru membuka pintu tersebut.
"Pak Rain?" sapa Nayra kebingungan.
Ya, orang yang bertamu malam-malam begini adalah Rainer. Dia masih diam mematung di depan pintu rumah kontrakan Nayra.
"Ada apa Bapak malam-malam kemari? Apa ada pekerjaan?" tanya Nayra bingung.
Tidak biasanya atasannya tersebut menghampiri Nayra hingga ke rumah kontrakannya. Memang Rainer pernah beberapa kali mampir ke rumah Nayra. Tapi, itu pun bisa dihitung dengan jari.
Rainer hanya mencebikkan bibir sambil menarik tangan kanan Nayra. Setelahnya dia meletakkan sebuah amplop yang cukup tebal. Kening Nayra berkerut saat menerima amplop tersebut.
"Apa ini, Pak? Uang untuk saya?"
Pletaakkkk.
Rainer menyentil kening Nayra dengan cukup keras.
"Sembarangan. Siapa juga yang akan memberi kamu uang. Itu materi yang harus kamu siapkan malam ini untuk meeting besok pagi. Kamu lupa mengambilnya di ruanganku tadi."
Nayra masih mengusap-usap keningnya sambil mengerucutkan bibir.
"Maaf, Pak. Saya buru-buru tadi. Lagian, saya sudah punya soft file nya, Pak. Bu Susi sudah mengirimkan soft file tersebut ke email saya," ucap Nayra dengan tatapan polosnya.
"Cckkk. Jika tahu begini, aki tidak akan repot-repot datang kesini." Rainer mendengus kesal.
Lagi-lagi Nayra mengerucutkan bibir. "Seharusnya, Pak Rain bisa menghubungi saya untuk memastikan hal itu. Jadi, Anda tidak perlu repot-repot datang kemari untuk mengantarkan ini."
Sebuah sentilan kembali mendarat pada kening Kiara. Saat itu, bukan hanya sakit yang dirasakan oleh Kiara, tapi juga perih. Rainer benar-benar memakai tenaga dalamnya untuk menyentil Nayra.
"Kenapa Bapak menyentil saya lagi?! Sakit tau, Pak!" Nayra protes sambil masih mengusap-usap keningnya.
"Siapa suruh tidak angkat telepon?!" Rainer menatap tajam ke arah Nayra.
Seketika Nayra bingung dengan ucapan sang atasan.
"Telepon?"
Rainer masih mendengus kesal dengan reaksi Nayra.
"Aku sudah mencoba menghubungimu beberapa kali. Bahkan, aku juga sudah mengirimkan pesan. Tapi, kamu tidak memberikan respon apapun. Jadi terpaksa aku datang kemari."
Nayra buru-buru membuka ponselnya. Kedua bola mata dan mulutnya terbuka saat melihat ada empat belas pesan dan tujuh panggilan tak terjawab dari Rainer.
"Anda menghubungi saya sebanyak ini, yakin hanya untuk memberikan berkas ini? Bukan karena kangen kan, Pak?"
Mohon maaf jika upnya lama. Othor masih ada deadline pekerjaan. Sekali lagi terima kasih bagi yang sudah menunggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 320 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
yg jelas babang ba bisa jauh2 drimu neng.....modus mo dimasakin...ato apapun itu....
2022-10-12
0
💦
mau jawab apa rein...
2022-05-28
0
Sunarty Narty
nay nanti kena sentil lg
2022-05-20
0