Setelah membantu menyiapkan celana untuk Rainer, Nayra segera beranjak keluar dari kamar atasannya tersebut. Tidak mungkin jika dia tetap berada di sana dan melihat sang atasan berganti baju.
Dengan perlahan-lahan, akhirnya Rainer berjalan keluar kamar menuju ruang makan. Terlihat Nayra sudah menyiapkan makan siang untuknya. Sebuah mangga pun juga sudah siap seperti pesanannya tadi sebelum tidur.
Rainer langsung mendudukkan diri kursi yang biasanya dipakai. Seperti biasa, tanpa diminta Nayra refleks mengambilkan makanan untuk Rainer. Benar-benar sudah seperti istri saja, Nay.
Setelah menyiapkan makanan untuk Rainer, Nayra segera beranjak. Dia hendak pergi ke dapur untuk membereskan peralatan masak yang tadi digunakannya. Namun, langkah kaki Nayra terhenti saat Rainer mencegahnya.
"Mau kemana? Temani aku makan siang," ucap Rainer sambil menatap tajam ke arah Nayra.
Tidak mau berdebat lagi, Nayra kembali mendudukkan diri di samping Rainer. Mau tidak mau, dia menemani atasannya tersebut. Ya, Rainer memang tidak bisa makan sendiri. Mau di rumah, di kantor, ataupun di luar, Rainer selalu saja minta orang lain untuk menemaninya makan. Dia tidak bisa makan sendirian.
Rainer menatap Nayra yang masih diam tanpa ada niatan untuk mengambil makan siangnya. Keningnya berkerut dan meletakkan kembali sesendok nasi yang hendak disantapnya.
"Kenapa tidak ambil makanan?" tanya Rainer sambil menatap ke arah Nayra.
"Saya tidak lapar, Pak. Anda makan saja dulu," ucap Nayra.
Tentu saja saat itu dia berbohong. Perutnya sudah meronta-ronta untuk diisi. Sebenarnya, Nayra selalu merasa tidak nyaman saat harus menemani makan Rainer. Entah mengapa dia merasa kikuk sendiri.
"Itu bukan alasan! Atau jangan-jangan, kamu menambahkan racun di dalam makanan ini sehingga kamu tidak mau makan?" Rainer menuduh Nayra.
Mendengar tuduhan Rainer, tentu saja Nayra tidak terima. Dia langsung mendengus kesal dan mengambil piring yang ada di depannya tersebut.
"Enak saja. Bapak nggak usah ngadi-ngadi kalau ngomong, ya. Saya tidak mungkin melakukan hal rendahan itu!" ucap Nayra sambil mulai mengambil nasi.
Rainer hanya bisa mencebikkan bibir sambil kembali menyendokkan nasi tersebut pelan-pelan dengan tangan kirinya. Tangan kanan Rainer masih belum bisa digerakkan.
Dan, pada akhirnya Rainer menyerah. Dia tidak bisa menyantap makan siang tersebut dengan tangan kirinya. Nayra yang melihat hal itu, mau tidak mau membantu Rainer.
Nayra segera mengambil piring nasi Rainer dan mulai menyendoknya. Setelah itu, dengan cukup telaten Nayra menyuapi Rainer. Bahkan, Rainer minta tambah lagi siang itu. Entah mengapa dia benar-benar sangat menyukai sayur buatan Nayra tersebut.
Setelah selesai, Nayra juga membantu Rainer untuk minum obat. Dia menyiapkan obat-obatan yang harus diminum oleh Rainer dan juga mengambilkan air putih.
Nayra bahkan melupakan makan siangnya sendiri saat dirinya tengah sibuk mengurusi Rainer. Rainer yang melihat nasi Nayra masih utuh, langsung menghentikan gerakan tangan Nayra yang tengah menyodorkan obat kepada Rainer.
Kening Nayra berkerut saat Rainer mencegahnya memberikan obat.
"Ada apa, Pak? Anda tidak mau minum obat? Mau tidak sembuh-sembuh?" tanya Nayra. Ya, meskipun sang atasan selalu bertingkah semaunya, Nayra juga selalu mendebatnya.
"Cckkk. Sembarangan! Sudah, biar aku minum obat sendiri. Selesaikan makan siangmu. Aku tidak mau kamu jatuh sakit dan merepotkanku," ucap Rainer dengan ketus.
Mendengar ucapan Rainer, Nayra hanya bisa mendengus kesal. Meskipun begitu, dia kembali meletakkan obat Rainer di depannya dan kembali melanjutkan menyantap makan siang.
Beberapa saat kemudian, aktivitas makan siang Nayra dan Rainer benar-benar sudah selesai. Rainer minta bantuan untuk diantar ke balkon. Dia harus memeriksa beberapa pekerjaan yang sudah dirapikan oleh Nayra.
Sementara itu, Nayra segera membereskan meja makan dan membersihkan dapur. Banyak sekali peralatan dapur yang masih belum dibersihkannya tadi setelah memasak.
Beberapa menit kemudian, terdengar sebuah nada dering dari ponsel Nayra. Dia buru-buru menghampiri ponsel yang berada di atas meja makan tersebut. Kedua bola mata Nayra langsung membulat saat melihat sebuah nama di sana.
Nayra buru-buru berlari menuju balkon untuk menemui Rainer.
"Pak, Nyonya telepon. Bagaimana ini?"
\=\=\=
Waahh kira-kira sang ibu suri tahu apa tidak ya jika Rainer kecelakaan? 🤔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 320 Episodes
Comments
Putri Minwa
lanjut thor
2023-06-25
0
Eros Hariyadi
Lanjutkan Thor 😄 💪👍👍👍
2023-06-02
0
Eros Hariyadi
Udahlah ngaku ajaaahh terus terang byar mudah urusannya dengan ortu...😝😄💪👍👍👍
2023-06-02
0