Rainer langsung menoleh ke arah Nayra yang saat itu sudah berdiri di depan pintu sambil menyodorkan ponselnya.
"Angkat saja. Bilang jika aku ada kerjaan di luar kantor," ucap Rainer sambil kembali menatap laptopnya.
Nayra hanya mencebikkan bibir setelah mendengar ucapan Rainer. Mau tidak mau, dia harus segera mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Hallo, Nyonya. Mohon maaf, saya baru dari toilet," ucap Nayra setelah berhasil menyambungkan panggilan tersebut.
"Iya, Nay. Tidak apa-apa. Kamu dimana?"
Deg. Nayra bingung harus menjawab apa. Dia sempat berpikir jika mamanya Rainer tersebut menanyakan hal itu kepadanya karena beliau sudah mengetahui keberadaannya saat ini.
"Ehm, saya di rumah, Nyonya," jawab Nayra.
Mau tidak mau, Nayra harus menjawab jujur jika dia sudah tidak berada di kantor. Nayra khawatir jika saja mamanya Rainer tersebut sudah lebih dulu menghubungi kantor.
"Oh, pantas saja. Aku tadi menghubungi kantor tapi mereka bilang kamu dan Rain tidak ada."
Hhh. Terdengar helaan napas lega dari Nayra. Setidaknya, dia tidak berbohong jika sudah di rumah. Hanya saja, Nayra tidak menyebutkan jika saat ini dia sedang ada di tempat Rainer.
"Iya, Nyonya. Pak Rain ada meeting di luar. Ini saya juga baru selesai menemani beliau. Tapi karena sakit perut, saya meminta izin langsung pulang tadi," jawab Nayra.
Nayra tidak berbohong saat mengatakan sakit perut, maksudnya kelaparan. Nayra memang sudah kelaparan tadi saat hendak makan siang. Hanya saja, sang atasan memintanya untuk segera pulang dan memasakkan makan siang untuknya.
"Ah, begitu. Tidak apa-apa, Nay. Kamu harus jaga kesehatan. Jangan lupa untuk terus mengkonsumsi vitamin agar tidak mudah ngedrop. Aku tau jika putraku itu benar-benar keterlaluan dalam meminta kamu bekerja."
"Eh, iya, Nyonya. Tali, tidak apa-apa, kok. Semua itu memang sudah menjadi tanggung jawab saya, Nyonya."
Terdengar helaan napas dari seberang sana. Sepertinya, mamanya Rainer tersebut sudah sangat hafal dengan sifat Nayra karena dia sudah cukup lama bekerja dengan suami dan putranya.
"Baiklah kalau begitu. Aku hanya tidak ingin kamu kecapekan dan jatuh sakit, Nay."
"Iya, Nyonya. Terima kasih atas perhatian Anda. Ehm, ngomong-ngomong, ada yang bisa saya bantu, Nyonya?"
Mamanya Rainer terdengar menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaan Nayra. Dari suaranya, beliau terlihat sudah sangat lelah.
"Aku hanya ingin mengetahui kabar Rain saja, Nay. Seperti biasa, dia akan selalu mematikan ponselnya dan menolak untuk berbicara denganku setelah aku memaksanya untuk bertemu dengan seseorang. Dia akan kesal selama beberapa hari karena hal itu."
Nayra pun mengerti sekarang. Rupanya, itu salah satu alasan Rainer mematikan ponsel yang berisi nomor telepon utamanya. Dia lebih sering menggunakan ponsel kedua untuk menghubungi dirinya.
Apa Rainer tidak takut jika kolega bisnisnya akan mencari atau menghubunginya? Dan jawabannya adalah tidak. Hampir semua rekan bisnis Rainer sudah mengetahui jika ingin menghubungi Rainer, mereka pasti akan menghubungi Nayra. Jadi, bisa dipastikan ponsel Nayra akan aktif selama dua puluh empat jam penuh.
Cckkk, sudah seperti pacar saja standby selama dua puluh empat jam penuh, Nay. Pacar saja kadang ada yang tidak seperti itu. 🤧
Nayra buru-buru menjelaskan keadaan Rainer kepada mamanya agar beliau tidak khawatir.
"Pak Rain baik-baik saja, Nyonya. Mungkin, beliau masih butuh waktu untuk menenangkan diri. Jika Pak Rain sudah lebih tenang, beliau pasti akan segera menghubungi Anda," jelas Nayra.
Lagi-lagi, Nayra mendengar helaan napas berat dari seberang sana. Sebenarnya, sudah sangat biasa bagi Nayra mendengarkan keluh kesah mamanya Rainer tentang segala polah dan tingkah putranya tersebut. Bahkan jika boleh, Nayra pun juga ingin sekali mengeluh dengan sikap Rainer kepada sang mama.
Namun, tentu saja hal itu tidak akan dilakukannya. Nayra tidak akan seberani itu sampai mengeluhkan sikap dan tingkah laku Rainer yang terkadang memang benar-benar sangat menyebalkan. Apalagi, saat sikap main perintahnya sudah keluar. Beuuhh, berasa jadi titah wajib yang harus dituruti.
"Kamu benar, Nay. Aku harus membiarkan Rain selama beberapa hari ini dulu. Aku juga tidak mau memaksanya lebih jauh lagi. Rasanya, aku sudah cukup capek memintanya untuk segera menikah." Nada suara putus asa tersebut lagi-lagi terdengar oleh Nayra.
Sepertinya, mamanya Rainer benar-benar sangat berharap sang putra segera menikah. Maklum, Rainer adalah putra satu-satunya keluarga Hanggara. Ditambah lagi, usianya yang memang sudah cukup layak untuk menikah.
Setelah cukup berbicara, mamanya Rainer segera mematikan panggilan telepon tersebut. Nayra juga segera kembali melanjutkan aktivitasnya di dapur. Sepertinya, hari itu Nayra tidak akan sempat membuka pekerjaannya karena Rainer sudah berteriak ingin makan malam dengan olahan ayam.
\=\=\=
Sabar, Nay. Orang sabar itu banyak disayang. Hayo, disayang siapa? 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Putri Minwa
👍👍👍
2023-06-25
0
Kenzi Kenzi
sabar nay.......ngopeni baby gedhe
2022-10-12
0
Atiqa Fairuz Khalisa
sekertaris sekalian istri
2022-09-28
0