Pletaakkk!
Rainer langsung menyentil kening Nayra lagi setelah mendengar pertanyaan absurd dari sekretaris sekaligus asisten pribadinya tersebut.
Sontak saja Nayra langsung mengaduh kesakitan. Dia mengusap-usap kening sambil mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa di sentil lagi sih, Pak? Sakit tau." Nayra masih menggerutu kesal.
"Itu mulut nggak usah aneh-aneh kalau ngomong. Sudah bagus aku antarkan kesini materi untuk besok, malah seenaknya kamu ngomong."
"Ya maaf, Pak. Aku kan tadi memang nggak pegang ponsel."
Rainer masih terlihat kesal. Setelah itu, dia langsung meminta Nayra untuk segera mengerjakan pekerjaannya. Nayra hanya mengangguk mengiyakan.
Setelah dirasa cukup, Rainer segera berpamitan. Dia langsung berjalan menuju tempat dimana mobilnya terparkir. Rainer memang masih menggunakan sopir. Dia belum terlalu bisa menggerakkan tangannya secara bebas. Refleks tangan kanannya juga masih terbatas.
Sementara di rumahnya, Nayra langsung mengambil laptop dan membawanya ke ruang tamu. Dia akan mengerjakan pekerjaannya di sana. Hingga menjelang pukul sepuluh malam, pekerjaan Nayra sudah selesai. Dia segera membereskan semua pekerjaannya dan bersiap untuk beristirahat. Malam ini, Nayra ingin tidur lebih awal.
Keesokan hari, Nayra sudah tiba di kantor lebih pagi dari biasanya. Dia harus menyiapkan meeting yang akan diadakan pagi itu. Nayra bahkan melewatkan sarapannya karena tidak ingin kesiangan.
Setelah semua persiapannya siap, Nayra kembali ke ruang kerjanya. Sebenarnya, Nayra tidak memiliki ruang kerja seperti milik Rainer. Dia hanya menempati sebuah ruangan yang dibatasi oleh kaca tempered di sekelilingnya. Hanya bagian luar, dibatasi oleh kaca biasa dengan jendela yang cukup lebar di bagian belakang yang menghadap ke luar ruangan.
Ruangan Nayra, terletak tepat di depan ruang kerja Rainer, agak di sebelah kanan. Seperti pada umumnya, ruangan Rainer sangat besar dan tertutup. Namun, di bagian kanan, tepatnya di bagian yang menempel dengan ruangan Nayra, ada sebuah kaca yang cukup besar.
Jika Rainer membuka gorden kaca tersebut, Nayra bisa dengan mudah melihat aktivitas Rainer di dalam ruang kerjanya, karena ruang kerja keduanya menempel. Hal yang sama juga bisa dilakukan oleh Rainer.
Ruangan Nayra yang hanya berukuran tiga kali tiga meter tersebut, cukup nyaman dan membuat Nayra betah. Ada sebuah sofa panjang di samping lemari yang berisi beberapa file penting, yang bisa Nayra gunakan untuk istirahat jika dirinya sangat mengantuk saat istirahat siang.
Ketika memasuki ruangannya, Nayra sudah melihat pesanan sarapannya sudah tersedia. Nayra segera menyantap bubur ayam dengan tambahan kulit ayam kriuk yang sengaja dipesan agak berlebih tersebut. Entah mengapa hari itu Nayra ingin mencicipi kulit ayam kriuk.
Sebuah kopi dan jus juga sudah tersedia diatas meja. Nayra benar-benar beruntung memiliki office boy yang selalu gercep membelikan sarapan yang sesuai dengan pesanannya.
Karena sudah merasa sangat lapar, Nayra bersiap untuk membuka bungkusan sarapannya tersebut. Namun, aktivitas Nayra terhenti saat pintu ruangannya terbuka. Terlihat Rainer sudah berdiri di ambang pintu dengan tatapan tajamnya.
"Eh, selamat pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Nayra. Dia merasa sedikit bingung dengan apa yang dilihatnya saat itu.
Perasaan Nayra mendadak tidak enak saat melihat ekspresi Rainer. Nayra berpikir apa yang menyebabkan atasannya itu kesal. Namun, Nayra benar-benar tidak mengingat apapun.
"Ehm, ada apa, Pak?" Nayra memberanikan diri bertanya.
Tatapan mata Rainer beralih ke sarapan yang kini tengah dipegang oleh Nayra. Belum sempat dicicipi. Bahkan, suapan pertama yang hendak Nayra lakukan pun terhenti saat melihat pintu ruang kerjanya terbuka.
"Bukankah seharusnya kamu membuatkanku sarapan di apartemen?" tanya Rainer.
Seketika Nayra teringat pesan atasannya tersebut. Ya, sepertinya Nayra membaca sebuah pesan yang memintanya datang ke apartemen Rainer untuk membuatkan sarapan sebelum berangkat ke kantor. Namun, entah mengapa Nayra lupa dengan hal itu.
Tadi pagi sebelum berangkat, Nayra sempat melihat ponselnya dan membuka ruang chat pribadinya. Dia tidak melihat nama Rainer di beberapa chat teratas. Rupanya, chat Rainer tertumpuk dengan chat yang lainnya.
Ya, menjelang tengah malam, Rainer sudah mengirimkan pesan kepada Nayra. Namun, karena Nayra sudah cukup mengantuk, dia hanya membuka pesan tersebut tanpa membalasnya. Dan, pagi tadi Nayra benar-benar lupa.
"Oh, maaf, Pak. Saya benar-benar lupa. Saya berangkat lebih pagi dari biasanya untuk menyiapkan meeting nanti. Saya juga belum sempat sarapan dan memesan bubur ini. Ehm, Anda mau dipesankan sarapan apa?" Nayra terlihat bersalah. Dia tidak ingin atasannya tersebut marah-marah.
Tatapan mata Rainer beralih pada bubur yang hendak di makan oleh Nayra. Apalagi, di bagian atas ada kulit ayam kriuk yang cukup menggoda selera.
Tanpa menjawab pertanyaan Narya, Rainer langsung memasuki ruangan tersebut dan mengambil bubur ayam Nayra.
"Sarapan ini saja," ucap Rainer sambil menyuapkan bubur ke dalam mulutnya.
Nayra hanya bisa mendesahkan napas ke udara. Sepertinya, Rainer sekarang jadi gemar menyabotase makanannya. Nayra juga hanya bisa merutuki dirinya sendiri karena melupakan pesan Rainer semalam.
\=\=\=
Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Kasih like, komen dan vote banyak-banyak.
Mohon bantu promosikan cerita ini kepada teman, sahabat, pacar, mantan, bribikan, gebetan, selingkuhan dan keluarga.
Semakin banyak yang mampir, semakin semangat othor up.
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Ida Sahil
ayooo main suap²an lagi aja nayyy wkwkkkkk
2023-08-11
0
Kenzi Kenzi
aya2wze modus babang mahhhh
2022-10-12
0
TongTji Tea
Astagaaa Nay...perasaan berat banget kerjaan lu .Reinar sembuh,elu yang Tipes 😁
2022-06-28
0