Setelah perdebatan yang cukup lama, akhirnya Nayra memutuskan untuk menuruti permintaan sang atasan. Ya, dia akan tinggal sementara di apartemen Rainer. Lebih tepatnya, penthouse. Sebenarnya, Rainer sudah memiliki usaha properti sendiri yang tak kalah besarnya. Namun, karena desakan orang tua, kini Rainer harus mengelola perusahaan periklanan milik keluarganya.
Setelah membereskan semua siap, Rainer dan Nayra segera bergegas untuk pulang. Dengan diantar oleh supir keluarga Rainer, Nayra meminta untuk mampir ke kontrakannya sebentar. Dia harus mengambil perlengkapan kerja dari pada harus bolak-balik besok.
Menjelang pukul sebelas malam, Rainer dan Nayra sudah tiba di penthouse Rainer. Pak Budi membantu membawakan koper Nayra. Dan, setelah meletakkan koper tersebut di dekat sofa ruang tamu, Pak Budi segera berpamitan.
Nayra juga masih sempat berpesan kepada Pak Budi untuk tidak memberitahu orang tua Rainer terkait kecelakaan yang menimpanya. Pak Budi pun mengangguk mengiyakan permintaan Nayra.
Nayra segera mengunci pintu penthouse Rainer setelah supir atasannya tersebut keluar. Setelah itu, dia segera berjalan menghampiri Rainer yang sudah berada di dapur untuk mengambil minum.
"Pak, jika saya tinggal di sini, nanti saya harus tidur dimana?" tanya Nayra. Pasalnya, Nayra tahu jika penthouse Rainer tersebut hanya memiliki satu kamar tidur yang berukuran sangat luas dan satu ruang kerja. Tidak mungkin kan jika Nayra harus tidur di atas sofa ruang tamu?
Rainer meletakkan gelas dan menoleh ke arah Nayra.
"Kamu tidur di ruang kerjaku," jawab Rainer singkat.
Sontak saja kedua bola mata Nayra membulat. "Di ruang kerja? Disana kan tidak ada tempat tidurnya, Pak?" Nayra langsung protes.
"Setidaknya, kamu bisa tidur di atas sofa bed. Disana ada sofa bed yang cukup besar untuk kamu jadikan tempat tidur."
Nayra hanya bisa mendengus kesal. Memang benar di ruang kerja Rainer ada sofa bed. Ya, meskipun tidak akan terlalu nyaman, tapi itu jauh lebih baik daripada tidur di atas sofa.
Saat Nayra hendak beranjak, Rainer menghentikan langkah kakinya.
"Bantu aku ke kamar dan siapkan baju ganti ku. Aku mau tidur," ucap Rainer sambil menatap ke arah Nayra.
Lagi-lagi Nayra hanya bisa pasrah. Dia berjalan mendekati Rainer dan membantu memapahnya untuk berjalan menuju kamar tidurnya. Nayra juga segera mengambilkan baju ganti lengkap dengan 'jeroan' untuk Rainer di dalam walk in closet.
Meskipun sempat merasa canggung dan malu, namun Nayra memberanikan diri mengambilkan 'jeroan' tersebut dan meletakkannya di dalam tumpukan baju tidur yang dibawanya untuk Rainer. Dia tidak mau harus bolak balik lagi karena Rainer pasti akan meminta bantuannya.
Bagaimana Nayra bisa hafal dengan tata letak penthouse Rainer? Jawabannya adalah karena hampir setiap pagi Nayra harus mampir ke tempat Rainer untuk membangunkan atasannya itu sekaligus menyiapkan keperluannya. Tak jarang juga Nayra harus membuatkan sarapan jika sang atasan sedang dalam mode 'nglenyit' alias menyebalkan.
Di dalam walk in closet, Nayra masih menggerutu kesal karena atadannya tersebut benar-benar banyak maunya.
"Semakin kesini, rasa-rasanya aku jadi seperti Sekretaris Kim di drama Korea itu. Hanya saja, nasib baik tidak berpihak kepadaku. Jika Sekretaris Kim dapat perlakuan istimewa dari bosnya, sedangkan aku, jangankan dapat perlakuan istimewa, dapat senyuman saja hampir tidak pernah. Heran deh, ada ya orang yang selalu marah-marah, ngomong judes, dan semena-mena seperti itu?" Nayra masih menggumam kesal.
Tentu saja Nayra hanya berani menggerutu tidak jelas saat berada di belakang Rainer. Dia tidak akan mungkin berani melakukannya saat berada di depan Rainer.
Setelah memilih baju tidur untuk Rainer, Nayra segera membawanya menuju kamar. Terlihat Rainer sudah membuka bajunya dan bersiap mengganti dengan baju tidur. Nayra meletakkan baju ganti Rainer di ujung tempat tidur di samping Rainer.
"Tubuhku lengket. Siapkan air hangat, aku ingin mandi," ucap Rainer saat Nayra berjalan mendekat ke arahnya.
"Eh, Bapak mau mandi? Tapi ini sudah hampir tengah malam, Pak. Lagipula, banyak luka di tubuh Anda yang masih basah." Nayra masih berusaha menjelaskan kepada atasannya yang keras kepala tersebut.
Terdengar helaan napas dari Rainer sebelum menjawab ucapan Nayra. "Itulah alasan aku memintamu tinggal disini. Kamu yang harus membantuku untuk melakukan itu semua?"
"A-apa? Jadi aku harus memandikan Bapak?"
Otak Nayra langsung mendadak blank. Di pikirannya, sudah ada adegan sabun menyabun di dalam kamar mandi dengan tubuh polosan. Tentu saja hanya dia yang akan melakukan hal itu kepada Rainer.
Melihat Nayra yang mendadak diam, Rainer langsung menyentil kening Nayra hingga membuat si empunya langsung mengaduh kesakitan.
"Aduuhhh! Sakit, Pak. Suka sekali melakukan KDRT, ih." Nayra masih mengusap-usap kening bekas sentilan Rainer.
"KDRT? Kamu pikir ini rumah tangga apa? Itu untuk menyadarkan otak kamu dari pikiran 'ngeslong'."
"Cckkk. Pikiran 'ngeslong' apa maksud Anda? Jangan suka menuduh sembarangan ya, Pak." Nayra tidak terima dengan tuduhan Rainer.
Kedua mata Rainer menyipit saat melihat ke arah Nayra. "Kamu diam karena memikirkan hal yang tidak-tidak, kan?"
Nayra mencebikkan bibir. "Mana ada memikirkan hal yang tidak-tidak, Pak. Saya memikirkan hal yang iya-iya."
"Lhah,"
\=\=\=
Masih cerita baru, bantu dukung cerita ini ya. Klik favorit buat berlangganan.
Jangan lupa klik like, komen dan vote.
Terima kasih 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 320 Episodes
Comments
Ida Sahil
iya iya ok wkwkkkkk 🤣 nay...nayyyy
2023-08-11
0
Eros Hariyadi
Lanjuutt Thor 😄 💪👍👍👍
2023-06-02
0
Eros Hariyadi
Like and Coment 😝😄💪👍👍👍
2023-06-02
0