Rainer tampak masih kesal. Dia bahkan sudah mematikan laptopnya sejak tadi. Yang dilakukan Rainer hanya membuka menutup ponselnya. Entah apa yang membuatnya terlihat kesal seperti itu.
Hingga menjelang makan siang, Rainer berniat untuk menghubungi Nayra. Dia akan meminta Nayra memasakkan makan siang untuknya. Namun, belum sempat Rainer menyalakan ponsel, terdengar suara dari arah pintu.
Ternyata, Nayra sudah kembali dari toko buku. Di tangannya, ada sebuah paper bag yang Rainer yakini adalah novel yang dibelinya.
"Kenapa lama sekali?" tanya Rainer saat melihat Nayra berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum.
"Lama bagaimana? Aku kan hanya pergi sebentar, Pak. Memangnya kenapa, sih? Bapak kangen?" tanya Nayra sambil menoleh ke arah Rainer.
Mendengar pertanyaan Nayra, Rainer langsung menoleh dan menatap tajam ke arah sekretarisnya tersebut.
"Cckkk. Siapa juga yang kangen?! Aku hanya minta dimasakin makan siang. Aku sudah lapar. Lagipula, aku juga harus minum obat."
Nayra hanya bisa mencebikkan bibir sambil meletakkan gelas bekas air minumnya. Setelah itu, dia bergegas berdiri dan beranjak menuju kamar untuk ganti baju.
"Sebentar. Aku ganti baju dulu. Setelah itu, saya akan memasak untuk makan siang Anda."
"Bagus. Memang sudah seharusnya asisten melakukan hal itu," ucap Rainer tak berperikemanusiaan.
Nayra menghentikan langkahnya di ujung pintu. Dia menoleh ke arah Rainer dengan tatapan kesal. "Aku sekretaris yang merangkap jadi asisten pribadi, Pak. Bukan babu Anda."
Nayra langsung menutup pintu dengan keras setelah mengatakan hal itu. Dia benar-benar kesal dengan mulut tajam Rainer. Jika bukan karena kontrak kerja, sudah dipastikan Nayra akan berhenti bekerja.
Siang itu, Nayra membuatkan makan siang untuk Rainer. Seperti biasa, Nayra harus memasak sayur hijau untuk makan siang Rainer. Beruntung Rainer tidak pernah komplain dengan semua masakan yang dibuat oleh Nayra. Jika hal itu sampai terjadi, bisa dipastikan Nayra akan mengomel tujuh hari tujuh malam.
Aktivitas seperti biasa dilakukan oleh Nayra dan Rainer hari itu. Nayra sempat mendapatkan pesan dari mamanya Rainer untuk menanyakan kabar putranya. Tentu saja Nayra memberitahukan jika Rainer baik-baik saja.
Menjelang tidur, Rainer meminta bantuan Nayra untuk mengoleskan obat pemberian Dokter Sandy tadi pagi. Mau tidak mau, Nayra menuruti permintaan Rainer agar lukanya tersebut bisa segera sembuh. Dan, dia juga bisa segera pulang.
"Ini bajunya nyangkut, Pak. Bagaimana?" Nayra protes saat baju yang dipakai Rainer tidak bisa diturunkan.
"Masa nggak bisa?"
"Nggak bisa, Pak. Lagian, kenapa harus pakai kaos, sih? Mau tidur itu harusnya pakai baju tidur, bukannya pakai kaos begini. Lagian ya, biasanya laki-laki itu lebih suka polosan dari pada pakai baju saat tidur, deh." Nayra masih mengomentari pakaian yang dipakai oleh Rainer.
Mendengar ucapan Nayra, sontak saja Rainer merasa kesal.
"Aku memakai baju karena tidak ingin membuat kamu tergoda. Bisa saja kan kamu tiba-tiba masuk ke dalam kamarku dan melihat tubuhku polosan?"
Kedua bola mata dan mulut Nayra membulat dengan sempurna. Dia benar-benar tidak menyangka jika mulut Rainer benar-benar lemes.
"Astaga, Pak. Mana mungkin aku tergoda dengan tubuh Anda. Saya sudah sering melihat tubuh Anda. Dan, saya sama sekali tidak tergoda. Tubuh Anda tidak ada menarik-menariknya sama sekali," jawab Nayra sambil mendengus kesal.
Tentu saja ucapan Nayra tersebut berhasil membuat harga diri Rainer tercoreng. Dia yang biasanya digilai oleh banyak wanita, kini justru ada wanita yang tidak tergoda oleh tubuhnya. Apalagi, wanita itu adalah sekretaris pribadinya
Rainer hendak protes, namun Nayra buru-buru mencegahnya.
"Ini mau dilanjut apa tidak, Pak? Jika tidak, saya mau istirahat. Cepek."
Mau tidak mau, Rainer hanya bisa menuruti ucapan Nayra. Meski dalam hati dia mengumpat kesal, Rainer tetap menuruti apa yang Nayra perintahkan.
Dengan perlahan, Nayra mengoleskan obat oles tersebut pada bahu belakang Rainer. Tentu saja Nayra mengoleskannya langsung dengan tangannya tanpa sarung tangan. Sensasi dingin langsung menyerap pada kulit punggung Rainer. Rasa nyaman juga langsung dirasakan olehnya.
Hingga gerakan tangan Nayra, berpindah pada tengkuk Rainer. Dan parahnya, daerah itu adalah daerah sensitif bagi Rainer. Entah mengapa dia benar-benar sensitif di bagian leher, apalagi di bagian leher di atas bahu, tepatnya di bawah telinga.
Tanpa sadar, Rainer mengeluarkan sebuah suara 'horor' yang membuat Nayra langsung kaget.
\=\=\=
Hayo, bagaimana itu suaranya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
AnggieYuniar
ngiikkk ngiikkkk... bgtu suaranya hahaha
2024-01-18
0
Alya Sabilatun
hadeehhhh
2024-01-16
0
Enung Samsiah
suara laknat mungkin tor,,, seehh,,,,
2023-05-25
1