Dengan hati yang dongkol, mau tidak mau Nayra terpaksa memesankan makan siang untuk Rainer. Lebih tepatnya, untuk mereka. Nayra tidak mungkin bisa makan siang di luar jika sang atasan sudah memintanya untuk menemani makan. Ya, Rainer memang tidak pernah bisa makan sendiri tanpa ditemani.
Nayra menunggu pesanan makan siang mereka di ruangannya. Dia yang sudah berencana untuk mengajak Linda makan seblak, harus menahan diri karena gagal.
Seperti biasa, Linda yang sudah bersiap untuk makan siang, berjalan menuju ruangan Nayra untuk mengajaknya makan siang bersama.
"Nay, masih sibuk?" tanya Linda sambil memasuki ruangan Nayra.
Mendengar sebuah suara, Nayra pun mendongakkan kepala. Dia menoleh ke arah pintu dan melihat Linda sudah berjalan ke arahnya.
"Nggak sibuk sih, hanya membenahi laporan. Mau makan siang?"
"Iya. Yuk, barengan." Linda mengajak Nayra.
Nayra hanya bisa mendesahkan napas berat. Dia menggelengkan kepala sambil memelas menatap wajah Linda. Linda yang melihat ekspresi Nayra, sudah langsung bisa menebak.
"Mau nemenin makan pak Rain?" tanya Linda. Nayra hanya mengangguk sebagai jawaban.
Helaan napas berat ikut di hembuskan Linda. Jika sudah seperti itu, dia tidak akan bisa berkutik. Beruntung atasannya sudah menikah. Jadi, dia tidak harus menuruti permintaan aneh seperti atasan Nayra tersebut. Atasan Linda lebih sering menghabiskan makan siang dengan istrinya yang kebetulan juga bekerja tak jauh dari lokasi kantornya.
"Yasudah kalau begitu. Aku pergi dulu," ucap Linda pada akhirnya.
"Mau makan siang dimana?" tanya Nayra.
"Di depan saja, deh. Lagi males makan di kantin. Ada apa? Mau nitip?"
"Ehm, boleh emangnya?"
"Cckkk, kamu ini Nay. Kayak seperti siapa saja." Linda menyentil kepala Nayra sambil tersenyum. "Mau nitip apa? Seblak?"
"Hehehe, kok kamu bisa tau sih, Lin?" Nayra hanya bisa tersenyum nyengir sambil mengusap-usap keningnya.
"Habisnya kamu suka sekali makan seblak saat jam istirahat. Ya sudah, aku bawakan nanti." Linda segera beranjak keluar dari ruangan Nayra.
"Makasih, Lin." Teriak Nayra saat Linda hendak menutup pintu.
Linda hanya mengangkat jempolnya untuk membalas ucapan Nayra.
Tak berapa lama kemudian, pesanan makan siang untuk Rainer sudah datang. Nayra segera membawa makanan tersebut ke dalam ruangan Rainer.
Nayra segera beranjak menuju ruangan khusus yang berada di dalam ruang kerja Rainer. Disana ada dapur mini, kamar, kamar mandi, bahkan tempat olahraga mini. Semua fasilitas itu dibuat untuk membuat Rainer nyaman berada di kantor.
Nayra segera memindahkan makanan Rainer ke piring. Atasannya tersebut tidak terlalu suka makanan langsung dari box.
Setelah semua siap, Nayra segera membawa makanan tersebut keluar beserta minuman yang juga sudah disiapkannya. Dia meletakkannya makanan tersebut di atas meja di depan Rainer.
"Silahkan, Pak."
Rainer yang saat itu sudah pindah ke sofa dan tengah mengotak atik ponselnya, tidak menyadari jika makanan yang dipesan Nayra hanya satu, yaitu khusu untuknya.
Begitu Rainer selesai dengan ponsel, dia segera mengambil piring makan siangnya. Namun, saat hendak menyuapkan nasi ke dalam mulut, Rainer menoleh ke arah Nayra yang sudah duduk tak jauh di sampingnya tersebut. Tak ada makan siang yang dipegang oleh Nayra.
"Mana makan siangmu?" tanya Rainer sambil mengurungkan niatnya menyantap makan siang.
Nayra cukup terkejut saat mendengar pertanyaan Rainer. Dia mendongakkan kepala dan menoleh ke arah Rainer dengan kening berkerut.
"Eh, sa-saya tidak memesan makan siang, Pak."
"Kenapa?"
"Ehm, i-itu, saya sedang menunggu titipan makan siang saya."
"Memangnya kamu mau makan siang apa?"
"Ehm, seblak, Pak."
Rainer langsung berdecih. Dia sudah tahu jika sekretarisnya itu adalah penggemar seblak. Apalagi, seblak yang sangat pedas. Entah bagaimana Nayra bisa menghabiskan makanan pedas tersebut.
"Sudah berapa kali aku bilang makanan itu tidak sehat jika dimakan setiap hari, Nay." Rainer mendengus kesal sambil menatap tajam ke arah Rainer.
"Eh, saya tidak makan seblak setiap hari kok, Pak." Nayra protes tidak terima.
"Iya, tidak setiap hari tapi setiap saat. Kamu ini benar-benar sulit diberi tahu."
Nayra hanya bisa diam sambil mengerucutkan bibir. Meskipun sudah hampir setiap hari dia mendengar omelan Rainer, namun Nayra masih saja kesal.
Belum selesai kekesalan Nayra, tiba-tiba Rainer menyodorkan satu sendok nasi ke depan mulut Nayra. Sontak saja hal itu membuat Nayra terkejut.
"Cepat makan."
"Eh, ti-tidak usah, Pak. Saya bisa makan sendiri." Nayra berusaha menolak sambil menggelengkan kepala.
"Makanannya hanya satu piring, Nay. Jika kamu makan sendiri, aku harus makan apa nanti? Makan kamu?"
"Lha, kok?"
\=\=\=
Pilih apa nih, Nay?
Jangan lupa tinggalkan jejak yang banyak ya. sisakan satu vote juga buat cerita baru ini. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 320 Episodes
Comments
Alya Sabilatun
modusss
2024-01-16
0
Ida Sahil
aaahh sudah mulai nakal pak rain😄😄
2023-08-11
0
Rara Azalea shaquera
makan kamu 😂 yaowo pak rain ini klo ngucap suka bnr 😂
2022-11-14
0