Rainer dan Nayra masih berdebat beberapa saat kemudian. Hingga Rainer menghentikan ocehan Nayra dengan memintanya segera menyiapkan air hangat.
Meskipun kesal, namun Nayra tetap melaksanakan permintaan sang atasan. Dia tidak mau jika sampai Rainer memotong gajinya karena sedikit saja membangkang perintahnya.
Nayra pernah sekali mengalami nasib sial karena mendebat perintah Rainer. Hal itu berdampak dengan pemotongan gajinya sebesar sepuluh persen. Sejak saat itu, Nayra berusaha melakukan perintah aneh-aneh Rainer meski dengan hati yang dongkol, seperti saat ini.
"Itulah alasan aku memintamu tinggal disini. Kamu yang harus membantuku untuk melakukan itu semua?" Ucap Rainer sambil menatap ke arah Nayra yang masih mengerucutkan bibir saat keluar dari kamar mandi.
"Air sudah siap. Bapak bisa membilas tubuh dengan waslap. Saya sudah menyiapkannya di dalam kamar mandi," ucap Nayra.
"Kamu menyuruhku aku melakukannya sendiri?" tanya Rainer dengan kening berkerut.
Mendengar hal itu, sontak pikiran Nayra kembali melayang-layang pada adegan novel dua puluh satu plus yang sering dibacanya di platform online.
"Te-tentu saja. Apa Anda ingin aku mandikan?" tanya Nayra balik dengan ekspresi horor.
Melihat ekspresi Nayra, Rainer langsung mendengus kesal. "Cckkk. Apa sih yang kamu pikirkan? Nggak usah berpikiran aneh-aneh. Aku hanya memintamu membantuku membersihkan tubuh, bukan untuk berkeringat bersama."
"Membantu membersihkan tubuh? Bagaimana caranya?"
"Bantu bersihkan tubuh pakai waslap, Nay. Aku juga masih pakai baju dan celana." Rainer mendengus kesal sambil menatap ke arah Nayra.
Mau tidak mau, Nayra terpaksa membantu Rainer. Dia membantu memapah Rainer menuju kamar mandi dan mendudukkannya di atas kursi plastik yang sudah diambilnya dari ruang tengah tadi. Kaki Rainer juga sudah dinaikkan ke atas kloset untuk menghindari terkena air.
Setelah itu,Nayra membantu Rainer melepaskan baju pasien yang masih dipakainya. Nayra mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Sebenarnya, ini bukan kali pertama bagi Nayra melihat Rainer polosan bagian atas tubuhnya. Biasanya, Nayra sering menemani Rainer untuk berenang setelah aktivitas kerjanya yang padat. Tentu saja hal itu dilakukan karena Nayra harus memberikan laporan tentang pekerjaan.
"Cepat. Aku sudah sangat lelah." Rainer meminta Nayra agar segera memilai aktivitasnya.
Sambil mengerucutkan bibir, Nayra segera mengambil handuk dan langsung membasahinya dengan air hangat. Dia tidak menyiapkan apa-apa karena Rainer tidak memberitahu sebelumnya jika ingin membersihkan tubuh sebelum tidur.
Dengan cepat Nayra segera mengelap punggung dan lengan Rainer yang tidak terkena luka. Dia menghindari perban yang menutupi luka pada bahu Rainer. Tak butuh waktu lama, sekitar sepuluh menit kemudian Nayra sudah selesai.
"Sudah, Pak. Sekarang, bapak bisa cuci kaki dan ganti baju sendiri. Itu, baju gantinya sudah aku letakkan di sana," ucap Nayra sambil menunjuk ke arah baju ganti Rainer.
"Hhhmmm."
Setelah itu, Nayra segera beranjak keluar dari kamar mandi untuk membiarkan Rainer mengganti celananya. Setelah selesai, Nayra membantu memapah Rainer kembali menuju tempat tidur dan bersiap untuk beristirahat.
"Sudah selesai, Pak. Saya permisi dulu."
"Hhhmmm." Rainer menjawab Nayra dengan gumaman. Setelahnya, dia langsung memejamkan mata tanpa mengucapkan terima kasih kepada Nayra.
Melihat sang atasan sudah mulai memejamkan mata, Nayra bergegas keluar kamar. Dia juga ingin membersihkan diri dan beristirahat. Tubuhnya benar-benar terasa sangat lengket karena sejak pagi dia belum berganti baju.
Malam itu, Nayra memutuskan untuk mandi menggunakan air hangat. Dia tidak tahan jika tidak mandi sebelum tidur. Beruntung di ruang kerja Rainer ada kamar mandi. Jadi, Nayra tidak perlu lagi keluar ruangan.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, Nayra sudah selesai membersihkan diri. Dia juga sudah mengganti bajunya dengan baju tidur. Namun, saat hendak merebahkan diri, perut Nayra berbunyi. Ya, dia kelaparan sekarang. Nayra baru ingat jika dia belum makan malam.
Dengan langkah gontai, Nayra berjalan keluar ruang kerja Rainer. Dia berjalan menuju dapur untuk mencari makanan yang bisa digunakan untuk mengganjal perut. Namun, saat membuka pintu kulkas, Nayra tidak menemukan makanan yang bisa dimakan.
"Dasar. Selalu saja kehabisan bahan makanan. Apa harus aku juga yang selalu mengisi bahan makanan di dapur ini? Berasa jadi nyonya rumah jika seperti ini terus." Nayra menggerutu kesal.
Pasalnya, dia memang sering berbelanja untuk mengisi dapur atasannya tersebut. Alasannya adalah, Nayra sering diminta untuk membuatkan sarapan sebelum mereka berangkat ke kantor. Apakah mereka sering berangkat bersama ke kantor? Dan, jawabannya adalah iya. Jika Nayra harus ke penthouse Rainer lebih dulu sebelum berangkat ke kantor, sudah dipastikan mereka akan berangkat bersama.
Karena tidak menemukan apapun, Nayra terpaksa hanya memakan roti dengan isi selai untuk mengganjal perut malam itu. Nayra juga mulai mencatat kebutuhan dapur yang sekiranya perlu untuk dibeli.
Setelah cukup, Nayra bergegas untuk beristirahat. Dia merasa sudah sangat mengantuk.
Keesokan pagi, Nayra sudah bersiap untuk berangkat kekantor. Sebelum itu, Nayra menyiapkan baju ganti dan membangunkan Rainer. Rainer sudah memberitahu jika hari ini dia tidak akan ke kantor karena wajahnya masih lebam.
Ceklek.
Nayra memasuki kamar tidur Rainer yang tidak di kunci. Dia segera berjalan mendekati Rainer yang masih bergelung di dalam selimut.
"Pak, sudah pagi. Anda mau mandi dulu atau sarapan? Saya sudah memesankan bubur ayam untuk Anda," ucap Nayra sambil mengguncang pelan kaki Rainer yang tidak terluka.
Kedua bola mata Rainet mengerjap sebelum akhirnya terbuka dengan sempurna.
"Aku nggak ke kantor," gumam Rainer dengan suara seraknya.
"Iya. Tapi, Anda bangun dulu. Saya sudah menyiapkan sarapan. Setelah itu, Anda harus minum obat."
Rainer sedikit menggerakkan tubuhnya namun, segera dia urungkan. Rainer merasakan tubuhnya semakin sakit. Tulang-tulangnya juga terasa linu dan nyeri di beberapa bagian tubuhnya.
"Kenapa tubuhku menjadi semakin sakit?" Rainer menoleh ke arah Nayra.
"Ya, itu karena Bapak baru saja mengalami kecelakaan. Jadi, tubuh dan tulang-tulang Bapak mengalami memar karena benturan. Lagian, bagaimana bisa Anda menerobos lampu merah? Beruntung mobil yang menabrak mobil Anda tidak kencang. Seandainya saja mobil itu dikendarai dengan kecepatan penuh, bisa dipastikan Anda tidak akan bisa berjalan," ucap Nayra.
Kedua bola mata Rainer membulat dengan lebar. Dia benar-benar kesal mendengar Nayra mengomelinya.
"Kamu sumpahin aku?!"
"Cckkk, bagian yang mana saya nyumpahin, Bapak? Saya kan hanya mengatakan seandainya saja." Nayra tidak mau kalah.
"Sudah, sudah. Bantu aku membersihkan diri. Setelah itu, kamu segera berangkat ke kantor. Atur ulang jadwal kerjaku sampai semua memar-memar ini hilang."
"Baik, Pak."
Setelah mengatakan hal itu, Nayra bergegas membantu Rainer membersihkan diri seperti semalam. Dia juga membantu Rainer sarapan dan minum obat sebelum berangkat ke kantor.
Pukul 07.25, Nayra bersiap untuk berangkat ke kantor. Beruntung penthouse Rainer tidak terlalu jauh dari RH Group. Hanya membutuhkan waktu lima belas sampai dua puluh menit untuk tiba di kantor menggunakan ojek online.
\=\=\=\=
Yang belum klik berlangganan, cus klik tanda 🖤 agar tidak ketinggalan notifikasi update ya. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 320 Episodes
Comments
XYZJA
pasutri sedari dulu ini mah apa² di siapin
2024-02-05
0
Alya Sabilatun
lanjuuutt
2024-01-16
0
Eros Hariyadi
Lanjutkan Thor 😄 💪👍👍👍
2023-06-02
0