Tanpa sadar, Rainer mengeluarkan sebuah suara 'horor' yang membuat Nayra langsung kaget.
"Euuggghhh eehhmmmm."
Karena terkejut dengan suara yang dikeluarkan oleh Rainer, Nayra langsung melepaskan tangannya. Dia bahkan langsung beranjak berdiri karena bukan hanya Rainer saja yang pasti akan terpengaruh nanti. Bisa saja Nayra juga akn, ah sudahlah. Nayra bahkan sidah merinding saat mendengar suara Rainer.
Menyadari tindakan tiba-tiba Nayra, Rainer langsung menoleh ke arahnya.
"Kenapa berhenti? Apa sudah selesai?" tanya Rainer dengan wajah polosnya.
Nayra hanya bisa mengerucutkan bibir sambil menatap nanar ke arah sang atasan.
"Itu tadi kenapa Pak Rain mendessah seperti itu? Jangan suka aneh-aneh ya, Pak. Memang saya perempuan apaan?!" Nayra masih menggerutu kesal.
Tentu saja Rainer langsung terkejut mendengar ucapan Nayra.
"Cckkkk. Memang aku mau ngapain sih, Nay? Tadi itu hanya refleks saja. Nggak usah berpikir aneh-aneh."
Nayra masih mencebikkan bibir dan menatap tajam ke arah Rainer.
"Saya sudah selesai. Sekarang, Bapak bisa beristirahat." Tanpa berpamitan, Nayra langsung berjalan keluar dari kamar Rainer setelah menyimpan obat oles Rainer di atas nakas.
Rainer yang melihat tingkah sang sekretaris hanya bisa mendesahkan napas berat. Mau tidak mau, dia harus segera beristirahat.
Sementara di dalam kamar, Nayra masih menggerutu kesal dengan apa yang baru saja terjadi. Setelahnya, dia langsung beranjak tidur.
***
Tak terasa, dua hari sudah berlalu. Hari senin sudah di depan mata. Hari ini, Rainer memutuskan untuk kembali ke kantor. Luka memar-memar di wajahnya juga sudah tidak terlalu terlihat. Dan, yang paling penting adalah luka di bahunya sudah sembuh. Rainer bisa menggerakkan tangannya seperti biasa. Hanya saja, dia masih belum boleh mengangkat beban berat.
Pagi ini, Nayra memasak nasi goreng agar lebih cepat. Dia agak bangun terlambat pagi itu karena semalam harus membereskan barang-barangnya. Ya, Nayra akan kembali ke rumah kontrakannya hari ini setelah pulang dari kantor.
"Hari ini aku akan langsung ke Media Anta. Aku akan ke kantor sebelum makan siang."
"Baik, Pak."
"Siapkan meeting dengan team 2 setelah makan siang. Kita harus sudah mulai membahas kerja sama dengan PH."
"Baik, Pak."
"Satu lagi, jangan lupa menghubungi sekretaris Pak Jimmy. Agendakan untuk meeting lanjutan."
"Baik, Pak."
Mendengar jawaban Nayra, Rainer langsung menoleh dan menatap wajah sekretarisnya yang sedang sarapan di sampingnya tersebut.
"Dari tadi jawab baik terus? Nggak ada jawaban lainnya apa?" Rainer mendengus kesal.
Nayra menoleh ke arah Rainer sambil mengunyah sarapannya. Dia menyelesaikan kunyahannya sebentar sebelum menjawab ucapan Rainer.
"Jika saya menjawab selain 'baik', apa Pak Rain mau? Pasti Bapak akan protes dan mengomel tanpa henti."
Rainer hanya bisa mencebikkan bibirnya. Tanpa menjawab ucapan Nayra, Rainer melanjutkan sarapannya.
Hari itu, berhubung tujuan Nayra dan Rainer berbeda, mereka berangkat sendiri-sendiri. Nayra membawa serta koper yang berisi perlengkapannya ke kantor agar bisa langsung segera pulang tanpa harus kembali ke tempat Rainer.
Begitu tiba di kantor, Nayra langsung bergegas menuju ruangannya. Namun, langkah kakinya terhenti ketika sebuah suara memanggil namanya saat keluar dari lift.
"Nay!"
Nayra tahu dengan pasti suara siapa yang memanggilnya. Ya, itu adalah suara Linda, rekan kerja Nayra. Mau tidak mau, Nayra menghentikan langkah kakinya dan berbalik.
"Pagi, Lin." Sapa Nayra sambil mengulas senyumannya.
"Pagi." Linda langsung mengamati koper yang dibawa Nayra. "Kamu dari mana atau mau kemana, Nay? Kenapa bawa koper segala?" tanya Linda penasaran.
"Oh, ini. Aku baru ada acara yang mengharuskan aku untuk menginap. Dan, aku langsung ke kantor tadi, hehehe."
"Acara sama Pak Rain?" Linda masih penasaran dengan tatapan menyelidik.
Karena tidak ingin menjadi bulan-bulanan Linda, Nayra mengiyakan pertanyaan Linda.
"Iya."
Linda mengangguk mengerti. Tentu saja Linda tidak terlalu kaget dengan hal itu. Dia sudah cukup sering melihat Nayra mengikuti Rainer untuk acara kantor. Bahkan, Linda juga beberapa kali ikut karena terlibat acara yang mereka ikuti.
Setelah berbasa basi sebentar, Nayra dan Linda akhirnya berpisah. Mereka segera beranjak menuju tempat kerja masing-masing.
Hari itu, Nayra melakukan semua pekerjaannya dengan baik. Dia sudah mengikuti semua perintah Rainer. Untuk pekerjaannya sendiri, Nayra juga sudah menyelesaikannya sejak kemarin. Ya, meskipun libur, Nayra juga harus bekerja karena tidak ingin kerepotan sendiri jika harus menunda-nunda pekerjaan.
Seperti ucapannya tadi pagi, menjelang makan siang, Rainer sudah tiba di kantor. Dia langsung meminta Nayra membereskan laporan yang masih kurang. Rainer sudah memeriksa laporan yang dikirimkan oleh Nayra tadi pagi via email.
"Kerjakan nanti saja. Sekarang, sudah waktunya makan siang," ucap Rainer sambil mengembalikan tab kepada Nayra.
Mendengar ucapan Rainer, Nayra langsung tersenyum senang. Sejak pagi, dia ingin sekali makan seblak Pak Jon yang sering mangkal di seberang kantor. Lidahnya seolah menari-nari saat membayangkan makanan tersebut berada di dalam mulutnya.
"Baiklah, Pak. Kalau begitu, saya permisi dulu," ucap Nayra sambil hendak beranjak pergi.
Namun, langkah kakinya terhenti saat suara Rainer kembali terdengar.
"Mau kemana? Pesankan makanan. Setelah itu, temani saya makan siang."
"Lho?"
\=\=\=
Selalu saja seenaknya sendiri. Jika dekat dengan Rainer, kira-kira enaknya diapain nih si Rainer?
Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen banyak-banyak ya.
Sudah ada jatah vote, sisakan satu vote buat Nayra dan Rainer ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
diem2 suka jdi diem2 cinta bener an nih babang
2022-10-12
0
Atiqa Fairuz Khalisa
kayaknya mau jatuh cinta.
2022-09-29
0
mbak i
berasa kek tom and Jerry😁😁😁
2022-08-18
0