Ray mengajak Rara muter-muter membelah kota terpadat di negaranya, selain jalan-jalan mereka juga makan di restoran mewah.
"How your feel?" tanya Ray
"Good, i feel better now. Thanks," jawab Rara lalu memasukkan makanan dalam mulutnya.
Rasanya beban yang Rara rasakan lenyap begitu saja, semua berkat Ray bosnya yang super dingin tapi sangat baik.
"Pak, setelah ini kita mau kemana lagi?" tanya Rara
"Ke suatu tempat," jawab Ray
"Kemana?" tanya Rara
"Nanti kamu akan tau sendiri," jawab Ray
Rara mencibirkan bibir, kesal sekali dengan Ray. Kenapa nggak bilang saja sekarang kenapa harus menunggu nanti.
Setelah makan mereka menuju apartemen yang Ray beli, saat mobil berhenti di basement Rara nampak was-was kenapa Ray mengajaknya ke apartemen.
"Pak anda nggak ingin macam-macam dengan saya kan?" tanya Rara dengan memucat
"Kalau aku ingin macam-macam memangnya kenapa?" tanya Ray dengan senyuman liciknya.
Rara nampak memucat, pikirannya sudah traveling kemana-mana, "Pak kita ini nggak ada hubungan apa-apa Lo pak, jadi saya mohon urungkan niat bapak yang ingin macem-macem ma saya," bujuk Rara
"Nggak mau," sahut Ray
Rara menelan salivanya sambil tersenyum ketir, "Pak Ray nggak lucu. Kita ini bukan pasangan suami istri jadi nggak boleh melakukan hal itu." Rara terus saja membujuk Ray
Ray tertawa mendengar perkataan Rara, "Sah Sah saja bahkan di negara papaku hubungan seperti itu wajar-wajar saja," ucap Ray
"Jangan samakan pak," sahut Rara
"Sudah jangan banyak tanya, lebih baik kamu kita turun. Jangan membuang waktu," timpal Ray
Rara enggan untuk turun, dia sungguh takut nggak kebayang kalau Ray menggagahinya. Pikirannya kini kemana-mana, mulai dari sabang hingga merauke.
"My God, bagaimana ini, pasti anunya besar sekali secara dia orang bule," gumam Rara
Ray yang mendengarnya jadi tertawa, "Iya kamu terus saja m3nd354h di bawahku," batin Ray
"Turun atau aku paksa," ancam Ray.
Mau nggak mau Rara turun dari mobil, kini dia pasrah. Lari juga nggak akan bisa pasti anak buahnya dengan cepat akan menangkapnya kembali.
Ray menggandeng tangan Rara karena dia juga takut kalau Rara kabur.
Kini mereka berada di depan unit apartemen, Ray membukanya namun Rara enggan untuk masuk. Dia berdiri di ambang pintu dengan raut wajah yang berubah.
"Masuk," titah Ray
"Saya di sini saja pak," sahut Rara
"Masuk!" teriak Ray yang membuat Rara tersentak kaget lalu masuk.
"Apartemen siapa pak?" tanya Rara
"Kamu," jawab Ray
Rara tertawa, dia tidak merasa memiliki apartemen seperti ini.
"Iya ini hadiah untuk kamu," kata Ray.
Rara kini menghentikan tawanya lalu dia menatap Ray, "Apa pak? hadiah untuk saya," ucap Rara tidak percaya
"Iya untuk kamu," sahut Ray
"Kenapa pak Ray membelikan saya apartemen?" tanya Rara heran
"Anggap saja hadiah ulang tahun," jawab Ray asal karena dia juga bingung mau jawab apa.
"Ulang tahun saya masih enam bulan lagi pak," sahut Rara
"Sudahlah, anggap saja hadiahnya duluan baru ulang tahunnya enam bulan lagi. Cerewet sekali tinggal terima," protes Ray kesal.
"Mana boleh seperti ini pak, saya ini hanya sekertaris bukan istri atau kekasih pak Ray jadi mana boleh menerima hadiah seperti ini," sahut Rara
Ray yang kesal memijat pelipisnya, "Jadi kamu menolaknya?" tanya Ray
"Iya pak," jawab Rara
Ray sungguh kesal karena Rara menolak apartemen pemberiannya.
"Jadi kamu menolaknya?" tanya Ray dengan melonggarkan dasinya kemudian Ray melempar dasinya.
"Pak Ray mau apa?" tanya Rara dengan bibir yang kini memucat.
"Memberi kamu hukuman yang lebih karena telah menolak pemberianku," jawab Ray
Rara beranjak dari tempat duduknya, lalu dia menuju pintu namun pintu terkunci otomatis. Saat Rara hendak membalikkan badannya Ray sudah menguncinya.
"Terima atau tolak," kata Ray
"Baiklah pak, tapi tiap bulan pak Ray potong gaji saya untuk membayar apartemen ini." Rara mencoba bernegosiasi dengan Ray.
"Baiklah," kata Ray lalu dia menggendong Rara dan membawa Rara ke kamar.
Rara meronta namun Ray enggan untuk melepaskannya.
"Inilah kamar kita sayang," bisik Ray yang membuat bulu kuduknya berdiri.
Ray segera membawa Rara ke tempat tidur lalu dia menidurkan Rara.
Tanpa aba-aba Ray mencium bibir Rara, mereka berdua kini saling berp4uttttt dan menyesap, mendapat sentuhan Ray kali ini membuat Rara sedikit berhasrat, apalagi bagian bawah Ray nampak mengeras tepat di atas miliknya.
"Kamu menginginkannya?" tanya Ray
Meskipun kini dia berhasrat namun Ray tidak akan memaksa lawan mainnya.
"Iya tapi saya nggak bisa melakukannya pak," jawab Rara
Ray nampak tersenyum, dia sungguh suka dengan wanita yang tidak jual murah. Rara masih punya iman untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang agamanya.
Kini mereka berdua duduk di sofa sambil mengobrol
"Barang-barang kamu sudah aku pindah semua, semua sudah tertawa rapi di lemari, jadi mulai hari kamu nggak usah kembali ke kandang ayam itu lagi," kata Ray
Rara sudah tidak bisa berkata-kata lagi, dia juga nggak shock atau pun heran karena memang Ray suka seenaknya sendiri.
"Iya pak," sahut Rara
"Dan malam ini aku bermalam di sini juga," timpal Ray
"Kenapa begitu mana boleh wanita dan lelaki dalam satu rumah apalagi menginap, kalau kita khilaf bagiamana pak?" oceh Rara
"Malah bagus, jadi ada alasan untuk segera menikah," sahut Ray.
"Astaaga do Raymond, siapa juga yang mau menikah dengan kamu," batin Rara
Hari semakin sore, Ray memutuskan untuk tidak kembali ke kantor.
Kini waktunya Rara untuk mandi, dan saat membuka CD miliknya dia melihat warna merah yang tandanya Rara lagi datang bulan.
"Bagaimana ini, aku nggak punya persediaan roti lagi," gumam Rara.
Rara memakai bajunya kembali, meski risih namun Rara tidak memiliki pilihan selain keluar dan membeli rotinya.
"Pak Ray, saya mau keluar," kata Rara
"Kemana?" tanya Ray
"Beli roti," jawab Rara
Nggak usah, di kulkas sudah banyak roti," sahut Ray
"Ini rotinya beda pak, roti khusus wanita," timpal Rara.
"Memangnya roti apa itu?" tanya Ray penasaran.
"Sudahlah pak ini rahasia kaum wanita, saya hanya mau keluar sebentar sudah risih ini," jawab Rara lalu dia berlari keluar.
Ray segera mengejar dia tidak tega membiarkan Rara beli sendiri, dan sesampainya di mini market betapa kesalnya dia ternyata yang dimaksud roti itu adalah pembalut.
**********
Revan yang sudah mendapatkan informasi tentang Sheryl segera melaporkannya pada Ray.
"Ini pak," kata Revan sambil menyodorkan beberapa berkas mengenai Sheryl.
"Bagus, seperti dugaan aku," ucap Ray dengan terus melihat berkas-berkas yang dia pegang.
"Sekarang, kamu cari lelaki tampan, sebelas dua belas dengan aku, bayar yang tinggi untuk membantu kita,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Ullzhang_
kalo aku bilangnya roti kempit,, 😁😁
2022-06-04
0
Nurul Boed
pedenya 😃
2022-06-03
0
emaknya Rainnathan
itu namanya jampel nek org jawa bilang,, 😂😂
2022-06-01
0