"Baiklah pak," kata Rara lalu ikut Ray ke dalam ruangannya.
Rara duduk di sofa dengan memainkan ponselnya sedangkan Ray duduk di kursi kebesarannya.
Dia memerintahkan Revan untuk menemui kliennya terlebih dahulu sebelum ke kantor, ini Ray lakukan supaya ada waktu bersama Rara hingga Revan datang. Ray memang sengaja tidak menginterview Rara sendiri karena ini bukan wewenang Presdir.
Meski dalam satu ruangan Rara dan Ray saling diam, Rara sibuk dengan ponselnya sedangkan Ray juga sibuk dengan laptop di depannya sambil curi-curi pandang.
Sudah tiga puluh menit Rara menunggu namun Revan tak kunjung datang.
"Pak Ray, pak Revan kok belum datang?" tanya Rara
"Jangan banyak bertanya, tunggu saja," jawab Ray
"Saya keluar dulu saja pak, nanti kesini lagi," ucap Rara
"Jangan!" teriak Ray
Rara menatap Ray dengan tatapan bingung, kenapa tidak boleh pergi, lagian di ruangan Ray dia sungguh canggung dan bosan, Ray nampak sibuk sedangkan dia nggak ngapa-ngapain.
"Maksud saya, Revan sudah menuju ke kantor. Kamu tunggu saja," imbuh Ray
Dengan pasrah Rara kembali lagi ke sofa, karena bingung mau ngapain akhirnya dia membuka media sosial, Rara yang kepo membuka instan geram milik Raka dan betapa kagetnya dia melihat foto-foto Raka dan kekasihnya. Mereka juga mengumumkan akan segera bertunangan.
"Secepat itu kamu memutuskan untuk menikah lagi mas," gumam Rara dengan air mata yang jatuh.
Melihat foto-foto mesra Raka membuat Rara menangis, kenangan masa lalunya dengan Raka terbuka kembali. Luka-lukanya perlahan terbuka kenangan indah bersama Rara kini satu persatu muncul, begitu manis namun penuh kepalsuan.
"Aku masih belum bisa melupakan kamu mas, tidak adakah kesempatan kedua untuk aku," batin Rara.
Rara semakin terisak dan ini membuat Ray kaget, kenapa Rara menangis. Ray beranjak dari tempat duduknya lalu mendekati Rara yang tengah duduk di sofa.
"Ada apa?" tanyanya
Ray lalu duduk samping Rara.
"Pak Ray boleh pinjam bahunya?" tanya Rara
"Silahkan tapi...." belum sempat melanjutkan kata-katanya Rara meletakkan kepalanya dia bahu Ray kemudian dia menangis. Hatinya sungguh sesak mengetahui kalau Raka akan segera bertunangan.
Mendengar tangisan Rara membuat Ray mengepalkan tangan, dia bingung apa yang harus ia lakukan, lalu Ray membawa Rara dalam pelukannya. Rara nampak nyaman dalam pelukan Ray, bahkan bisa dibilang lebih nyaman daripada pelukan Raka.
"Biasanya hanya anak kecil yang suka menangis," kata Ray
"Orang dewasa juga bisa menangis jika hatinya sakit," sahut Rara
"Memangnya hati kamu sekarang sakit?" tanya Ray
Rara mengangguk kemudian mendongakkan kepalanya.
"Kenapa?" tanya Ray
"Pak Ray ingin tau apa ingin tau banget?" tanya Rara balik
"Nggak ingin tau," jawab Ray
"Ih tadi tanya sekarang nggak ingin tau," protes Rara lalu melepaskan diri dari pelukan Ray.
"Kalau ada orang bertanya itu jawab bukan malah bertanya balik," sahut Ray
"Hehe iya pak," ucap Rara dengan terkekeh
"Saya sakit hati dengan mantan suami saya pak, karena dia akan segera bertunangan," imbuh Rara
Ray menghela nafas, heran dengan Rara kenapa lelaki buaya seperti Ray masih saja ditangisi.
"Gitu saja menangis, cengeng," sahut Ray
"Asal kamu tau, dia itu menjebak kamu, untung aku yang meniduri kamu bukan orang suruhan Raka," batin Ray
Rara tentu kesal mendengar sahutan Ray, bukannya bersimpati atau menghibur malah mengejek
"Maksudnya apa pak, cuma begitu. Pak Ray bisa ngomong begitu karena pak Ray nggak tau rasanya gimana, ditinggal pas lagi sayang-sayange pas lagi Jero-jero ne, dia milih jalan liyane, Lo kok malah nyanyi aku," ucap Rara
Ray hanya memijat kepalanya, bisa-bisanya Rara bernyanyi, "Lalu?" tanya Ray
"Lalu aku sakit pak. Hancur-hancur cintaku, sakit sakit hatiku, tetapi tak bisa aku menyalahkannya. Inilah nasibku, inilah takdirku yang tak aku suka." Lagi-lagi Rara malah bernyanyi sehingga membuat Ray kesal, kemudian tanpa aba-aba Ray mencium Rara, dia memegangi kepala Rara supaya dia bisa mencium lebih dalam.
Setelah puas Ray menyudahi aksinya.
"Pak Ray kenapa anda selalu mencium saya," protes Rara dengan mengusap bibirnya.
"Kan aku sudah bilang kalau bibir kamu itu jaminan atas hutang kamu," sahut Ray dengan tersenyum.
Melihat senyum Ray yang manis membuat Rara meleleh. "Padahal kalau senyum dia tu tampan sekali," batin Rara.
Rara memandangi Ray dengan lekat, dan ini membuat Ray gugup.
"Bibir anda nampak tak asing pak," kata Rara
"Tak asing gimana maksud kamu, memangnya kamu pernah berkenalan dengan bibir aku?" tanya Ray
"Ih, nggak gitu. Awal pak Ray mencium saya, saya seperti mengalami Dejavu yang mana saya pernah merasakan bibir pak Ray sebelumnya," jawab Rara yang membuat Ray sedikit membatu.
"Perasaan kamu saja," sahut Ray.
"Mungkin," timpal Rara
Kini mereka berdua saling diam, dan tak tak berselang lama Revan datang.
"Pantes, tiba-tiba nyuruh aku bertemu klien. Supaya dia bisa berduaan," batin Revan
Revan segera mengajak Rara ke ruangannya untuk melakukan interview. Pertama Rara diminta tanda tangan di sebuah kertas kosong namun sudah bermaterai.
"Kenapa kertasnya kosong pak?" tanya Rara
"Belum aku print Ra, kamu tanda tangan saja ok," jawab Revan.
"Tapi kan saya harus tau isinya pak," protes Rara
"Saya lihat nilai-nilai kamu sungguh bagus, kamu termasuk seorang yang berprestasi jadi saya akan meletakkan kamu di antara tiga posisi," jelas Revan
"Tapi pak...." Rara mengentikan ucapannya
"Ini kesempatan langka Ra, kalau kamu ingin kehidupan yang jauh lebih baik tanda tangan kalau nggak ya udah terserah kamu," kata Revan dengan ketir-ketir dia takut kalau Rara menolak tanda tangan dan tidak menerima tawaran pekerjaan yang dia tawarkan.
Tanpa disangka Rara menandatangi kertas kosong tersebut lalu menyerahkannya pada Revan
"Bagus Ra," gumam Revan.
"Kira-kira saya diposisikan dimana pak?" tanya Rara
"Besok kamu kesini lagi Ra," jawab Revan
Meski kesal namun Rara juga tidak bisa berbuat apa-apa, karena sudah tidak ada yang dibicarakan Rara pamit.
Keesokan harinya Rara datang lagi ke Ray Grup dan langsung menemui Revan.
Revan menjelaskan kalau Rara diterima sebagai sekertaris Ray dan ini membuat Rara sedikit shock.
"Apa nggak ada pelamar lain pak, kenapa saya yang dipilih jadi sekertaris?" tanya Rara
"Pak Ray memilih kamu Ra," jawab Revan
"Bagaimana saya bisa memiliki rekan kerja dengan orang Eskimo seperti dia," batin Rara
"Coba dulu saja Ra," bujuk Revan lalu membuat Rara menerima meski berat.
Revan memintanya bekerja sekarang tapi Rara meminta waktu dulu untuk menyiapkan semua, rencananya besok dia akan masuk kerja.
*************
Sepanjang jalan pulang Rara memikirkan nasibnya, kenapa saat mendapatkan pekerjaan dia harus menjadi sekertaris Ray, pasti Ray akan memintanya untuk membayar hutang atas apa yang dilakukannya beberapa waktu yang lalu.
Kini Rara berhenti di depan sebuah restoran favorit Raka, karena memang sejalan dengan jalan pulang ke kontrakannya. "Kamu dulu sering mengajak aku kesini mas," gumam Rara.
Lagi-lagi kenangan dengan Raka kembali menyeruak masuk ke dalam pikiran Rara, sesak sekali dadanya karena kenyataannya kini dia telah ditinggalkan oleh Raka. Puas memandangi mengingat kenangannya, Rara memutuskan untuk pulang toh dia juga tidak memiliki uang untuk masuk dan makan di dalam restoran tersebut. Kalau pun ada, tapi bukan untuk makan di restoran mewah seperti ini.
Tak berselang kemudian mobil Raka masuk, dan ini membuat Rara mengurungkan niatnya untuk pulang.
"Mas Raka," ucap Rara
Sungguh kebetulan sekali Raka datang, tanpa ragu Rara masuk menyusul Raka.
Dia masuk dan melihat Raka sendiri. Rara pun berjalan menghampiri Raka.
"Mas," panggil Rara
Raka menoleh, "Ada Apa?" tanya Raka
"Boleh aku duduk?" tanya Rara balik
"Silahkan," jawab Raka
Rara nampak senang karena Raka tidak seketus hari kemarin-kemarin.
"Kamu mau bertunangan mas?" tanya Rara
"Iya," jawab Raka
"Secepat itu kamu mau menikah lagi mas," kata Rara
"Kenapa, bukankah kamu juga sudah memiliki kekasih?" tanya Raka
"Iya sih," jawab Rara melemas, tentu Rara tidak ingin bilang kalau Ray bukan kekasihnya.
Saat asik mengobrol tiba-tiba sebuah bibir mendarat di pipi Rara dan ini membuat Rara terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Kod Driyah
pasti ray yg datang
2022-05-28
0
YK
hokyaa.. hokyaa...
2022-05-27
2
PIPIT PITRIANI
Seruuu thor, semangat
2022-05-22
1