Revan hanya tertawa melihat tingkah bosnya, Revan yang tidak dianggap langsung saja berjalan lalu menarik kursi dan duduk berseberangan dengan Ray.
"Bos, ada yang ingin saya laporkan," kata Revan
"Penting nggak? kalau nggak penting keluarlah dan simpan laporan kamu untuk diri kamu sendiri," sahut Ray tanpa menatap Revan.
"Keliatannya nggak penting sih pak, mengenai Raka," timpal Revan lalu beranjak dari tempat duduknya.
Baru beberapa langkah Ray menyuruh Revan untuk berhenti.
"Stop, dan kembali ke tempat kamu," kata Ray
Revan segera berbalik dan kembali lagi ke tempatnya.
Ray kini menghentikan pekerjaannya lalu menatap Revan, dari raut wajahnya nampak dia tidak sabar untuk mendengar laporan yang akan Revan berikan.
"Katakan," titah Ray dengan dingin dan datar.
"Apa ya pak, saya lupa," sahut Revan yang membuat darah Ray mendidik, dia sudah tidak sabar mendengarkan malah Revan lupa.
Ray mengeluarkan ponselnya, dan menatap Revan
"Mau ponsel melayang dan mengenai kepala kamu," ucap Ray yang membuat Revan terkekeh.
"Iya ya pak, sadis amat," oceh Revan.
"Tiga! dua!..."
"Iya ya pak, jadi gini. Minggu depan Raka dan Sheryl akan melangsungkan pesta pertunangan mereka, kebetulan Rara diundang dalam acara tersebut. Saya takut mereka akan menyakiti Rara," kata Revan
"Aku akan menemani Rara, kamu atur semuanya. Bawa Rara ke salon kecantikan dan belikan dia gaun serta perhiasan yang terindah," titah Ray.
"Tapi anda tidak diundang pak," ucap Revan
"Aku datang sebagai pasangan Rara bukan sebagai tamu undangan Raka," sahut Ray.
***********
Pagi-pagi Rara sudah siap dengan pakaian kerjanya, karena pukul tujuh dia harus sampai di kantor.
Ruangan Rara jadi satu dengan ruangan Ray, karena menurut Ray sudah tidak ada ruangan kosong lagi.
Sesampainya di kantor, Rara bergegas ke ruangan Ray dan betapa kagetnya dia karena melihat Ray sudah duduk di kursi kebesarannya.
"Lihat jam tangan," titah Ray
Rara menurut dan melihat jam tangannya,
"Sudah pak," ucap Rara
"Jam berapa?" tanya Ray
"Jam tujuh lebih tiga menit," jawab Rara
"Jadi?" tanya Ray yang kini beranjak dari kursi kebesarannya, dia menyandarkan pantatnya di ujung meja sambil melipat tangannya di dada.
"Jadi apa pak?" tanya Rara yang kurang paham dengan pertanyaan Ray
Ray memegangi kepalanya
"Kamu telat tiga menit," jawab Ray
"Astaga pak, hanya tiga menit saja kenapa harus diperpanjang sih," gerutu Rara tak terima.
"Meski tiga menit terlambat ya tetap terlambat, jadi kemari lah!" titah Ray.
Rara enggan mendekat karena pasti Ray akan menciumnya. Ray yang kesal berjalan mendekati Rara dan langsung menyambar bibir Rara tanpa aba-aba. Mendapat serangan mendadak dari Ray membuat Rara kelabakan. Dia meronta tapi Ray memegangnya dengan kuat. Setelah puas, Ray pun melepas pautannya.
"Pak Ray, kenapa anda selalu mencium saya," protes Rara
"Kan aku sudah bilang kalau bibir kamu itu milik aku," sahut Ray.
Hari kedua telah datang, tidak ingin dihukum seperti kemarin membuat Rara bangun lebih pagi, "Jangan sampai aku telat karena bisa-bisa aku dihukum lagi," kata Rara lalu dia mengendarai motornya membelah kota terpadat di negaranya.
Pukul jam tujuh kurang seperempat Rara sudah sampai di kantor, dia segera pergi ke ruangan Ray. Lagi-lagi Ray sudah ada di dalam.
Seperti kemarin Ray bertanya jam pada Rara, kali ini Rara menjawab dengan santai karena dia tidak telat.
"Jam tujuh kurang sepuluh menit pak, saya nggak telat kan?" tanya Rara dengan percaya diri
"Nggak tapi kamu datang lebih awal, kan sudah saya bilang kamu harus datang tepat pukul tujuh, lalu kenapa ini kamu datang lebih cepat," jawab Ray yang membuat Rara kesal, emosinya kini seperti roll coaster, naik dan turun.
"Jadi saya dihukum lagi?" tanya Rara
"Cium saya," ucap Ray
"What! teriak Rara. "Nggak nggak," protes Rara
"Cium atau saya akan melakukan lebih pada kamu," ancam Ray
Rara yang nggak punya pilihan mendekati Ray yang menyandarkan dirinya di meja.
"Gimana ciumnya?" tanya Rara
Ray pun menunduk, dan dengan memejamkan matanya Rara mencium sekilas bibir Ray.
"Apaan cuma sekilas, ulang lagi!" titah Ray
"Nggak," sahut Rara
"Baiklah tapi jangan salahkan aku," bisik Ray
Mau nggak mau Rara mencium bibir Ray lagi, dia menikmati ciumannya, meski setahun menikah dengan Raka namun Rara tidak pernah mencium Raka, bukannya nggak mau tapi Raka selalu menolak jika Rara ingin menciumnya.
Begitulah setiap hari, Rara dan Ray selalu berdrama, Ray selalu punya alasan untuk mencium Rara.
Berangkat telat, berangkat awal bahkan tepat waktu selalu dihukum. Dan ini membuat Rara geram sekali pada Ray.
"Iih, Do Raymond menyebalkan, kenapa nggak pergi ke masa depan biar aku tenang sebentar tanpa dirinya," gerutu Rara.
Rara menemui Revan, karena dia ingin mengundurkan diri, dia sungguh tidak sanggup menghadapi Ray yang super dingin dan menjengkelkan tersebut.
"Maaf Ra, kamu sudah tanda tangan jadi nggak bisa, lagian baru lima hari kerja kenapa buru-buru ingin keluar?" tanya Revan
"Aku nggak betah sama si do Raymond itu," jawab Rara yang membuat Revan tertawa bisa-bisanya dia menyamakan Ray dengan tokoh kartun dari negara sakura.
"Tapi sayang tidak bisa Ra, kamu telah tanda tangan, dan kalaupun kamu keluar kamu harus membayar denda sebesar 70 milyar rupiah," kata Revan yang membuat Rara membola.
Perasaan saya tidak menandatangani perjanjian seperti itu pak," ucap Rara dengan bingung.
Revan segera mengambil surat perjanjian Merkea dan betapa kagetnya Rara saat membaca surat tersebut.
"Kapan saya menandatangi surat ini pak?" tanya Rara heran sambil menatap Revan yang nampak tersenyum licik.
"Kertas kosong saat itu, kamu masih ingat kan," jawab Revan.
Rara mengingat kembali dan kini dia baru ingat kalau pernah menandatangi kertas kosong bermaterai.
"Kalian menjebak saya pak?" tanya Rara dengan kesal, bisa-bisanya Revan menjebaknya dengan cara begini.
"Tidak, walaupun bisa dibilang menjebak tapi kan jebakan ini menguntungkan kamu Rara, ada lo Ra jebakan lain yang membuat kamu menderita tapi kamu nggak sadar," jawab Revan ambigu yang membuat Rara bertanya-tanya.
"Maksudnya apa pak Revan?" tanya Rara bingung
"Nggak ada apa-apa, lupakan saja," jawab Revan.
Belum saatnya memberitahu semua pada Rara.
Revan segera mengalihkannya, dan tidak membahasnya lagi. Meski Rara sangat penasaran tapi dia tidak bertanya lebih jauh karena Revan sendiri telah memilih menutup mulutnya.
Hari Pertunangan Raka dan Sheryl di lakukan hari ini, pagi sekali sudah ada orang suruhan yang datang membawa paksa Rara.
"Hey kalian mau apa?" teriak Rara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Ainisha_Shanti
nampak sangat modusnya😂
2022-06-08
0
Jade Meamoure
ceo bucin modus mulu deh
2022-05-30
0
Umi Husna
dulu jebakan yg merugikan. sekarang jebakan yg menguntungkan. untungnya berkali!!!
2022-05-29
3