"Pak Ray mau apa?" tanya Rara dengan memucat
"Meminta bayaran karena telah merepotkan aku," kata Ray
"Tunggu pak tunggu," kata Rara mencoba mendorong tubuh Ray, namun secepat kilat Ray memegangi tangan Rara.
Pandangan mereka bertemu, Rara sungguh takut jika Ray melakukan sesuatu yang nggak sepantasnya.
Akhirnya Rara memutuskan untuk pura-pura pingsan, mungkin dengan begitu Ray akan melepaskannya. Masa iya orang pingsan mau dikerjai juga, Rara berpura-pura memejamkan matanya sedikit-sedikit lalu dia pingsan dalam pelukan Ray.
"Astaga pingsan lagi," kata Ray lalu membawa tubuh Rara ke sofa.
Ray meminta Revan untuk ke ruangannya karena dia bingung harus berbuat apa.
"Dia pingsan lagi," kata Ray setelah Revan masuk dalam ruangannya.
"Mungkin sebaiknya kita bawa pulang saja pak," Ucap Revan memberi ide
"Kemana?" tanya Ray
"Rumah anda lah pak, masa iya rumah saya," jawab Revan
"Nggak nggak, kamu pikir rumah aku penampungan orang sakit," tolak Ray
"Kalau begitu kita ke rumahnya saja," timpal Revan
"Ok, bawa dia ke mobil," titah Ray
"Kan dia cemceman anda pak, kenapa harus saya," protes Revan
"Cemceman, cemceman. Siapa juga yang mau sama dia," sahut Ray.
Rara yang mendengar ucapan Ray jadi kesal, "Aku juga nggak mau sama kamu Ray, meski lelaki di dunia ini tinggal kamu, aku nggak sudi mau sama kamu." Rara merutuki Ray dalam hati.
Setelah melewati perdebatan yang cukup rumit akhirnya Revan yang membawa tubuh Rara ke mobil. Revan dan Ray di jok depan dan Rara di belakang.
"Anda kok disini pak?" tanya Revan
"Jadi menurutmu aku harus di bagasi," jawab Ray
"Hehe ya nggak pak, kenapa anda tidak menemani Rara?" tanya Revan
"Nggak, sudahlah Revan jangan banyak bertanya, cepat lajukan mobilnya dan segera letakkan dia di rumahnya," jawab dan titah Ray dengan memijat pelipisnya.
Revan mulai melajukan mobilnya, dan beberapa saat kemudian mereka telah sampai di rumah kontrakan Rara.
"Dia tinggal disini?" tanya Ray
"Iya pak, menurut informasi yang saya peroleh," jawab Revan
Tak di sangka Rara yang awalnya pura-pura pingsan kini malah tidur beneran karena pengaruh obat yang dia minum.
"Ini rumah apa kandang ayam," kata Ray
"Kenapa pak?" tanya Revan dengan tertawa kecil
"Jelek sekali dan juga kecil, persis kandang ayam," jawab Ray yang enggan turun dari mobil.
"Lantas mana yang rumahnya? ini ada beberapa petak rumah," imbuh Ray
"Coba saya tanya sebentar," kata Revan lalu turun dari mobil.
Dia bertanya pada Mak mak yang sedang asik menggibah.
"Permisi Bu, numpang tanya, rumah Rara sebelah mana ya?" tanya Revan.
"Oh Rara, orang baru itu ya?," tanya Mak mak balik
"Iya," jawab Revan
"Itu mas paling pojok, tapi orangnya nggak ada kalau jam segini lagi kerja," jawab Mak Mak
Tak ingin lama-lama dengan Mak Mak rempong, Revan segera pamit. Dia kembali lagi ke mobil untuk memberikan hasil tanyanya pada Ray.
"Paling pojok pak," kata Revan
"Itu rumahnya terkunci apa nggak?" tanya Ray
"Pastinya terkunci pak," jawab Revan
"Cari di tas nya," titah Ray
Revan segera mengecek jok dimana Rara memejamkan mata, namun dia tidak menemukan tas Rara
"Tas nya ketinggalan di kantor pak," kata Revan dengan terkekeh.
Ray yang pusing memijat pelipisnya, apa kembali lagi ke kantor dengan keadaan Rara yang pingsan? jelas nggak mungkin.
Revan lalu memberi ide untuk dibawa ke rumah Ray saja, lagian cuma menunggu sampai dia siuman.
"Baiklah-baiklah, sekalian aku bisa istirahat," sahut Ray pasrah.
Kini mereka berputar arah dan pergi ke rumah Ray,
setibanya di rumah Ray, Revan turun terlebih dahulu untuk membawa Rara masuk namun Ray melarangnya, dia menyuruh Revan untuk kembali ke kantor saja, dia juga diminta untuk menghubungi kantor Rara memintakan ijin untuk Rara.
"Siap bos," kata Revan lalu kembali lagi ke tempatnya.
Ray mengangkat tubuh Rara dengan hati-hati lalu membawanya masuk, tanpa Ray sadari dia membawa Rara ke kamarnya. Art yang melihatnya terheran pasalnya ini pertama kalinya Ray membawa wanita ke rumah, apalagi langsung dibawa ke kamar.
Saat tiba di kamar, Rara menyebut nama Raka lagi dan ini membuat Ray kesal. Ray langsung saja membuang tubuh Rara ke tempat tidur sehingga Rara yang tertidur pun bangun.
"Pak Ray," kata Rara
Otak Rara traveling, dia baru ingat kalau tadi dia berpura-pura pingsan untuk menghindari Ray namun dia malah tertidur.
"Dah sadar?" tanya Ray dengan raut wajah yang kesal.
"Sudah, maaf merepotkan pak Ray," jawab Rara dengan menunduk
"Tau merepotkan aku berkali-kali jadi bagaimana kamu membayarnya?" tanya Ray
"Maaf pak Ray, saya nggak tau. Lagipula pak Ray tidak mau saya membayar dengan uang kan?" jawab dan tanya Rara
"Uangku sudah banyak, lagipula mana tega aku menindas orang kismin seperti kamu," ejek Ray
Rara berdecak kesal, dia sungguh kesal dengan sikap arogan Ray.
"Jadi bayar dengan yang lain," kata Ray
"Dengan yang lain tu apa? yang jelas dong pak," sahut Rara
Ray sebenarnya juga bingung, entah apa yang dia inginkan dari Rara.
Dia menatap Rara sekilas lalu mendekat dan langsung saja mencium bibir Rara. Rara yang masih mencintai Raka tentu menolak sentuhan Ray tapi di sisi lain inilah yang tubuhnya butuhkan karena sejatinya Rara adalah wanita normal yang pernah disentuh meski jarang mendapatkan kepuasan saat bermain di ranjang.
Setelah puas, Ray melepas pautannya. Dia mengusap saliva yang menempel di bibirnya.
"Dasar do Ray mon, bisa-bisanya anda mencium saya pak," maki Rara
Mendengar sebutan Rara untuknya membuat Ray kesal, bagaimana bisa orang tampan sepertinya disamakan dengan do Ray mon.
"Hey, bisa-bisanya kamu bandingkan aku dengan do Ray mon," ucap Ray
"Ya memang mirip," sahut Rara asal
"Dilihat dari manapun itu nggak mirip sama sekali," timpal Ray
"Mirip nama bapak kan Raymond, la tinggal nambah do di depan kan jadi do Raymond," sahut Rara dengan tertawa
Ray yang tidak ingin debat memilih diam lalu melepas pakaian formalnya meninggalkan kaos sebahu di badannya.
Rara yang melihat Ray melepas pakaiannya jadi memucat, dia takut kalau Ray melakukan hal itu padanya.
"Pak Ray jangan," kata Rara
"Jangan apa, aku mau mandi. Seharian ini aku dibuat pusing oleh kamu," sahut Ray lalu pergi ke kamar mandi.
"Mandi, ini dimana kok dia mandi?" Rara bermonolog dengan dirinya sendiri, dia baru sadar kalau dia kini tengah di sebuah ruangan yang lebih tepatnya mirip sebuah kamar. Bola mata Rara memutar, melihat sekelilingnya.
"Astaga jangan-jangan ini kamar pak Ray," kata Rara dengan membolakan matanya.
Tak berapa lama kemudian Ray keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk kecil yang melilit di pinggangnya.
Rara menelan salivanya melihat tubuh sixpack Ray.
"Ya Tuhan, tubuhnya seperti roti sobek yang dijual di toko-toko," gumam Rara
Ray yang melihatnya jadi tertawa, "pandangi terus padahal kamu juga pernah menikmatinya," batin Ray
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
ENDAH_SULIS
percakapan garing Thor...
2022-08-20
0
Tini Laesabtini
4 R Rara, Raka, Ray, Revan
2022-07-19
0
kenzi syafiq
bisa ae plesetin namanya, ini baca sampe ngakak ,.
2022-06-10
0