Neng hanya memutar amplop putih yang berada di tangannya. Terasa ringan amplop itu setelah diputar beberapa kali, awalnya malas untuk membukanya, tetapi setelah di pikir lagi dan takut akan di salahkan karena tidak menuruti kemauan Tuan Al. Neng akhirnya Neng membuka amplop itu perlahan.
Ada dua lembar kertas yang di tulis tangan, dan ada cek bertuliskan sepuluh juta rupiah. Neng meletakkan cek diatas meja rias begitu saja. Dia mulai membaca satu lembar kertas yang terletak paling atas.
Ini yang harus kamu taati selama kamu bersamaku di villa,
-Kamu harus berganti baju sebelum aku masuk kamar.
-Jangan sekalipun keluar villa tanpa seizinku.
-Jangan sekalipun menerima tamu ke villa termasuk ayahmu.
-Jangan kamu aktifkan nomor handphone lamamu.
-Jangan menghubungi teman atau pacarmu.
Neng hanya mengambil nafas panjang sambil menggerutu sendiri. "Peraturan macam apa ini, aku seperti burung yang berada di kandang macan."
Neng meletakkan kertas pertama dan mengambil kertas kedua untuk di baca isi tulisannya.
"Aku akan memberikan uang jajan setiap Minggu kepadamu, terserah kamu mau belikan apapun, belilah handphone baru atau apapun yang kamu inginkan, tetapi ingat kamu hanya milikku seorang, jangan sekali-kali kamu berhubungan dengan laki-laki lain bahkan sekuriti yang bekerja di villa dan termasuk ayahmu, jika kamu melanggar kamu akan terima hukuman dariku."
Dengan kesal dan meremas kertas itu dan di lempar ke sembarang tempat. "Dasar laki-laki aneh, tidak boleh keluar villa, suruh beli handphone, memberikan cek seenaknya saja, memang bisa belanja menggunakan cek, Laki-laki pohon pisang memiliki jantung tetapi tidak memiliki hati."
Neng berkali-kali menendang gulungan kertas layaknya bola. Neng hanya menuangkan kekesalan hatinya sampai puas. Datang Bibi Minah membawa buah melon dan mangga yang sudah di potong dadu.
"Neng, apa yang kamu lakukan, jangan menuangkan kekesalan pada benda yang tidak bersalah, ini makan buah saja!"
"Aku sedang kesal Bibi, kesal dengan laki-laki pohon pisang," kata Neng tetap menendang kertas dengan sekuat tenaga mengenai dinding dan berbalik kearahnya dan di tendang kembali.
"Laki-laki pohon pisang, siapa itu?" tanya Bibi Minah dengan mengerutkan keningnya.
"Itu majikan Bibi Minah siapa lagi, pohon pisang itu memiliki jantung tetapi tidak memiliki hati."
"Kamu bisa saja, Tuan Al di bilang pohon pisang, orangnya ganteng begitu." Bibi Minah menggelengkan kepalanya.
Neng duduk di sofa sambil memakan potongan buah yang berbentuk dadu setelah Bibi Minah keluar dari kamar. Termenung mengingat ucapan dari Bibi Minah tadi. Tuan Alfarizi adalah laki-laki berparas tampan matanya khas keturunan Arab dan cambang yang di biarkan tumbuh di wajahnya, sorot matanya yang tajam terlihat garang dan dingin, tinggi badan 175 cm serta berkulit putih dan rambut lurus.
Neng bergumam dalam hati, "Ganteng sih ganteng, tetapi buat apa kalau tidak punya hati, hanya jantung saja yang berdetak."
Melirik cek yang tergeletak di meja rias, tidak berniat untuk mencairkan cek sebesar sepuluh juta rupiah. Neng tidak pernah memiliki uang sebanyak itu bahkan bermimpipun tidak pernah. Sudah tiga hari berlalu dengan cepat, Neng tidak pernah sekalipun keluar kamar, selama tiga hari ini waktunya hanya di habiskan untuk termenung atau menggambar disain baju dengan coretan pensil dan kertas HVS yang di minta dari Bibi Minah, bahkan Bibi Minah menyarankan sesekali untuk menonton televisi agar tidak jenuh tetapi tidak dihiraukan oleh Neng.
Seolah Neng asyik dengan dunianya sendiri. Tidak ingin mengetahui berita di luar sana, tidak ingin mencari tahu identitas suami sirinya. Dia hanya mendesain baju baik untuk wanita muda, berhijab, baju pesta bahkan sampai baju untuk anak sudah di gambarnya dengan detail dan teliti.
Bahkan malam ini pukul sepuluh malam Al datang dengan mabuk seperti biasa. Mulai membuka handel pintu, dengan secepat kilat kertas HVS langsung Neng lempar di bawah lemari baju yang berisi baju ligerie dan mengambil baju itu dengan sembarang model. Neng tahu betul jika orang mabuk pasti akan membutuhkan waktu lama untuk membuka pintu karena pintu dalam keadaan terkunci, bahkan setelah Neng berganti baju.
Mematikan lampu dan menyalakan lampu tudur, merebahkan badannya di tempat tidur, menyelimuti seluruh badannya dengan selimut tebal dia belum selesai membuka pintu, akhirnya Neng berpura-pura tertidur pulas. Setelah lima menit berlalu pintu terbuka, Neng hanya mengintip Al yang berjalan sempoyongan masuk ke kamar dengan menenteng tas kerjanya, menyalakan lampu utama dan ingin meletakkan tas di meja rias, tetapi dasar sial orang mabuk tidak bisa mengontrol diri. Neng yang berusaha agar tidak memancing kemarahan orang mabuk, saat Al melihat cek yang tergeletak diatas meja rias mulai terpancing emosinya.
"Neng, bangun kamu, mengapa cek belum kamu gunakan, mengapa kamu belum membeli kebutuhan yang kamu perlukan?" kata Al sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Neng.
Neng pura-pura tidak terbangun dan masih memejamkan matanya. Hanya sedikit melirik melihat Al yang masih sempoyongan dan selimut menutupi wajahnya karena menarik selimut terlalu kencang.
"Aaah, kamu sengaja melempar selimut di wajahku ya, bangun kamu!"
Al melempar selimut di lantai dan menarik lengan sampai Neng terduduk dan kaget.
"Mengapa kamu belum mencairkan cek itu, haa?" tanya Al terduduk di lantai di samping tempat tidur karena sempoyongan kakinya terserimpet selimut yang dilemparnya di lantai tadi.
Neng hanya bergumam di dalam hati, "Mau di cairkan menggunakan air, keluar kamar saja aku ogah."
Seolah orang mabuk bisa membaca gumaman Neng sehingga Al langsung menjawab, "Kamu bisa minta tolong sekuriti atau Bibi Minah untuk mencairkan cek itu dan sekalian belanja keperluan kamu, jangan kamu cairkan menggunakan air, dasar b*d*h!"
Neng hanya menahan tawa di dalam hati, tanpa menjawab sepatah katapun. Al langsung berdiri kembali mendekati meja rias mengambil cek itu dan berjalan sempoyongan mendekati pintu dan membukanya.
"Bibi Minah, panggilkan Junaidi kemari, cepetan!" perintah Al dengan suara yang sangat keras.
"Ya Tuan, saya panggilkan sekarang," jawab Bibi Minah ikut berteriak dan berlari keluar rumah untuk memanggil Aa Jun.
Tidak sampai lima menit Junaidi Said datang sambil berlari menaiki tangga mendekati kamar tuannya. "Anda memanggil saya, Tuan?" tanya Junaidi setelah berada di dekat pintu.
"Ini cek besok kamu cairkan, uangnya kamu berikan kepada istriku, kamu mengerti?"
"Baik Tuan, besok pagi saya akan ke Bank."
"Satu lagi Jun, tugas kamu!"
"Siap Tuan, apa yang harus saya lakukan?"
"Setiap minggu kamu akan mencairkan cek milik istriku, dan jangan lupa tanyakan apa yang dia perlukan kamu belanjakan sekalian!"
"Siap Tuan, akan saya laksanakan."
Kembali Al masuk kamar setelah menutup pintu dan mendekati Neng yang masih duduk termenung di tempat tidur.
"Kamu harus mendapatkan hukuman Neng, karena kamu tidak melakukan perintahku!"
Al mulai kembali merancu dalam keadaan mabuk dan memeluk Neng dari belakang. "Kamu hanya milikku, tak seorangpun boleh memilikimu, ingat itu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sejahtera
2022-11-16
0
RATNA RACHMAN
julukan yg bagus.lelaki pohon pisang,😂😂😂
2022-10-23
1
Lita Yanis
setrees, saking kayaknya JD setress tingkt tinggi
jgn2 istri sah nya selingkuh, mknya dia cari g lbh muda dn g bisa berbuat apa2 yg msh blm mngerti hub sex, JD bgttuu deeh dia limphkn k istri srihnyaa
2022-09-04
2