"Tapi Tuan, aku ...!" kata Neng mulai ketakutan membayangkan apa yang akan terjadi.
Al hanya memandang Neng yang terlihat takut dan wajah yang mulai pucat. Bahkan dia tidak berani bergerak hanya berdiri mematung.
"Aku tahu kamu sedang menstruasi, aku hanya ingin memeriksa tubuhmu yang terkena kaca kemarin."
Neng merasa lega dengan mengambil nafas panjang sambil membuka satu persatu kancing bajunya dengan ragu-ragu. Masih ada rasa takut yang di rasakan Neng saat dia membuka kancing bajunya yang paling atas.
Al langsung berdiri memperhatikan pundak dan punggung Neng yang terdapat beberapa luka yang masih memerah dan belum mengering. Tanpa sadar Al langsung mengecup pungung neng dengan mesra. Dalam pernikahan siri selama hampir tiga bulan ini baru kali ini Al menyentuh Neng dalam keadaan sadar dan tidak dalam keadaan mabuk.
Neng hanya diam terpaku dan merasa merinding di kecup oleh Al dengan lembut. Tangan Al meraih pinggang Neng dari belakang, kembali mengecup punggung dan pundak Neng berkali-kali sampai Neng memajukan badannya agar tidak terpancing oleh perlakuan Al yang manis.
"Aku mau mandi, kamu tadi masak apa, bilang Bibi Minah untuk mengantar makan di kamar, ingat jangan kamu yang membawanya!"
Neng mengangguk sambil mengancingkan bajunya, keluar kamar setelah Al masuk ke kamar mandi.
"Bibi, Tuan Al minta menu makan siangnya di bawa ke kamar," kata Neng setelah sampai dapur.
"Untuk berdua atau sendiri, jangan sampai seperti kemarin, Nona tidak makan sama sekali?"
"Saya nanti makan bareng Bibi dan yang lain saja, Bibi siapkan untuk Tuan Al sekarang!"
"Baiklah, Nona ke kamar saja dulu, aku persiapkan sekarang."
"Terima kasih Bibi, aku tinggal dulu."
Bibi Minah meletakkan menu makan siang di kamar tuannya bersamaan Al keluar dari kamar mandi.
"Bibi Minah, mengapa cuma satu piringnya?"
"Nona bilang ...?" Bibi Minah baru mau membuka mulutnya untuk mengatakan jika Neng yang menyuruh untuk mempersiapkan makan siang hanya untuknya.
"Aku ingin makan bersama istriku, Bibi."
"Baiklah Tuan, aku persiapkan lagi."
Neng hanya diam terpaku mendengar Al menginginkan makan siang berdua, sampai Al selesai memakai baju dan duduk di sofa. Neng tetap berdiri tanpa bergeser sedikitpun.
"Neng, mengapa berdiri disitu, ayo duduklah temani aku makan!"
"Maaf Tuan aku belum ...!"
"Tidak usah membantah, setelah makan kamu harus minum obat, cepat duduk sini!" kata Al sambil menepuk sofa yang ada di sampingnya.
Dengan terpaksa Neng duduk di sampingnya seperti yang di inginkan olehnya. Al langsung menarik tangan kiri Neng yang di perban untuk nenutupi luka yang tanpa sengaja terkena kopi panas kemarin.
"Jam berapa di olesi salepnya tadi pagi?" tanya Al sambil memandang wajah Neng yang terlihat bingung.
"Tujuh," jawab Neng singkat.
Al hanya menggelengkan kepalanya saja, mencoba untuk mengakrabkan diri tetapi Neng selalu saja membatasi dan menjaga jarak. Entah apa yang ada dalam pikirannya.
"Apakah sakit?" tanya Al lagi.
Neng hanya menggelengkan kepalanya, tetap tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Sampai Bibi Minah membawa menu tambahan. Neng mengambilkan makanan untuk suaminya sampai mereka selesai makanpun Neng tetap diam seribu bahasa.
Dua hari setelah kejadian itu Al kembali ke mode awal yaitu datang ke villa malam hari dalam keadaan mabuk. Masuk kamar yang kebetulan tidak di kunci, bahkan Neng tidak menyadari saat dia masuk kamar. Tiba-tiba sudah duduk di samping Neng yang sedang berkonsentrasi menggambar baju pengantin yang baru di rancang sesuai impiannya.
"Kamu sedang ngapain haa, mengapa tidak menyambut suamimu datang!"
Neng yang tersentak kaget langsung membalik kertas yang belum selesai di gambar dan di lempar ke sisi tempat tidur agar Al tidak melihatnya. Neng sangat khawatir dan ketakutan karena dia belum selesai menstruasi.
Al langsung naik te tempat tidur, mendekati Neng dan memeluknya dengan posesif. "Aku sangat merindukan kamu Sinta, mengapa kamu belum kembali, aku sangat merindukan kamu!"
Al mulai mencium bibir Neng dengan rakus, memberikan kismark di sekitar lehernya tanpa henti. Berkali-kali Al ingin membuka bajunya tetapi Neng mencoba menahan tangan Al sekuat tenaga.
Tangan kanan Al di tahan oleh Neng sekuat tenaga tetapi tangan kirinya langsung memegang tempat area inti milik Neng. Karena ada yang mengganjal Al menghentikan aksinya sambil memandang wajah Neng dengan lekat.
"Kamu sedang ...?"
"Itu yang ingin aku katakan sejak tadi Tuan, aku sedang menstruasi, aku mohon jangan lakukan itu sekarang!"
Karena Al dalam keadaan mabuk tidak bisa membedakan siapa yang ada di depannya. Dia langsung naik pitam karena hasratnya tidak tersalurkan.
"Arrggh breng sek, bagaimana kamu bisa setega ini padaku, apakah kamu mulai membuat alasan agar tidak bisa aku sentuh?"
Al merancu sambil turun dari tempat tidur, tetapi dia hanya berdiri sambil nemandangi tangan Neng yang masih tertutup perban. Dia langsung menarik tangannya.
Mengapa tanganmu, apakah kamu sengaja agar aku tidak bisa menyentuhmu, haa?"
Al langsung menarik perban dengan cepat sampai Neng meringis karena luka di tangan Neng ada yang terbuka. Tanpa sengaja menempel di perban yang di pegang olehnya.
"Tidak usah berakting sedih, dasar tukang akting, bukankah itu pekerjaanmu selama ini?"
Neng menutup mulutnya menggunakan tangan kanannya sambil meneteskan air mata karena menahan perih yang ada di tangannya. Luka yang mulai mengering kini kembali terluka dan memerah.
Al berjalan ke kamar mandi dengan sempoyongan. Neng hanya diam terpaku dan mengeluarkan air mata tanpa henti, Al membuka pintu dengan suara keras dan tidak menutup pintu kamar mandi.
Neng bergegas mengambil salep yang berada di meja rias. Mengoleskan salep itu dengan tangan bergetar sambil sesekali di tiup untuk mengurangi perih yang amat sangat. Luka yang terbuka secara tidak sengaja rasanya melebihi sakitnya saat terjadinya insiden kemarin.
Setelah selesai Neng merapikan kertas yang di lempar di sisi tempat tidur dan di kumpulkan di lemari bawah baju lingerie. Dia duduk di pinggir tempat tidur menunggu suaminya yang sedang mandi.
Lima menit, seperempat jam, setengah jam dan bahkan setelah satu jam tetapi dia tidak kunjung keluar kamar mandi. Walaupun dia selalu menyakiti tetapi Neng tetap khawatir mengapa di kamar mandi tidak kunjung keluar.
Neng berjalan perlahan menuju kamar mandi, tetapi ternyata kamar mandi tidak di tutup olehnya. Terbuka dengan lebar sehingga Neng langsung masuk tanpa harus mengetuk pintu. Neng kaget melihat Al tergeletak di bawah shower yang masih mengalir dengan mata terpejam dan tanpa membuka bajunya.
Neng tidak mungkin mengangkatnya sendiri. Yang di lakukan pertama kali adalah mematikan shower, menggeser tubuhnya ke tempat yang kering. Kemudian keluar kamar dan berteriak sekuat tenaga memanggil Bibi Minah dan Aa Jun.
"Bibi Minah, Aa Jun, tolooooong!"
Yang pertama mendengar teriakan Neng adalah Bibi Minah, dari bawah tangga Bibi Minah berteriak, "Ada apa Nona?"
"Panggil Aa Jun dan yang lain Bibi, Tuan Al pingsan di kamar mandi, cepatlah!"
"Baik Nona," jawab Bibi Minah sambil berlari keluar rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
Wahtu Saliga
iklan nya
2023-10-25
1
Siti Asmaulhusna
apa klaianan apa ada maslaah yg bgtu berat sampe tdk bisa mengontrol diri sendiri
2022-12-03
1
fifid dwi ariani
trus berkarya
2022-11-16
1