"Istriku, dimana kamu haa, apakah kamu masih marah padaku, kemarilah aku sangat merindukan kamu?" rancu Tuan Al berjalan gontai dan naik tangga menuju kamar.
Neng yang awalnya mengintip di dekat tangga langsung berlari masuk kamar dan mengunci pintu dari dalam dengan tangan bergetar. Bayangan malam pertama yang dia alami dua hari lalu membuatnya sangat ketakutan. Alfarizi mendekati pintu kamar, memegang handel pintu dan memutarnya perlahan, badannya sempoyongan dan tidak bisa berdiri dengan tegak.
"Buka pintunya Sin, kamu jangan jual mahal, tok ... tok!"
Neng mondar-mandir di dalam kamar dia bingung apa yang harus dilakukan. Tidak pernah melihat orang mabuk sebelumnya saat tinggal bersama Ayah Asep.
"Dasar gadis b*d*h, ini kamarku, aku memiliki kunci cadangan, awas kamu ya!"
Alfarizi merogoh kantong jasnya mengambil kunci cadangan yang selalu dipersiapkan saat akan pergi ke villa dan sebelum minum alkohol. "Ha ha mengapa lobangnya bergerak sendiri, diamlah!" Kembali Alfarizi merancu sambil mencoba memasukkan kunci ke lobang pintu.
Hampir sepuluh menit Al memasukkan kunci pintu akhirnya masuk dan membuka dengan memutar kuncinya. "Ceklek!"
"Dimana kamu ha, apakah kamu bersembunyi dariku lagi?"
Neng berdiri terpaku di samping pintu setelah Al berhasil membuka pintu. Melihat dia berjalan sempoyongan dan mulut berbau alkohol. Saat Al melihat Neng berdiri di samping pintu memakai gaun berlengan pendek.
"Bukankah sudah aku bilang, kalau aku datang ganti bajumu, kamu tidak melihat di lemari sudah aku persiapkan, kamu berani membantahku, ha!" Al menarik lengan Neng sampai mendekati lemari.
Al menarik lengan Neng dengan sekuat tenaga. Dahi Neng tidak sengaja terbentur pinggir lemari sampai mengeluarkan darah segar. Al malah menyunggingkan senyuman dan berjalan sempoyongan.
"Ha ha ha, rupanya kamu bisa berdarah juga, tetapi mengapa kamu sok jual mahal padaku?"
Sambil meringis Neng mengusap darah yang mulai mengalir di pinggir alis dan matanya dengan tangannya. Al kembali mendekati Neng dan menarik kaos yang di kenakan olehnya.
"Cepat ganti bajumu, kamu terlihat jelek pakai baju itu, aku tidak suka!"
Hampir dua hari Neng berada di kamar tidak pernah membuka lemari, karena biasanya Bibi Minah yang nenyiapkan bajunya. Bahkan untuk membuka lemari saja Neng enggan, jika Bibi Minah tidak menyiapkan bajunya. Neng memilih menggunakan baju yang sebelumnya di pakainya.
"Apakah kamu tidak mendengarkan aku, ganti bajumu!"
Perlahan Neng membuka kemari, sambil berlinang air mata dan darah masih mengalir di dahinya. Neng mengambil asal baju lingerie yang berjajar dan tergantung rapi. Belum sempat mengenakan baju lingeria, baru membuka kaosnya Neng langsung di tarik dan dipeluk dengan erat.
"Gerakan kamu lambat sekali, tidak perlu kamu pakai itu, ingat kamu itu hanya milikku seorang!"
Malam ini dengan terpaksa Neng harus memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri. Al juga tidak pernah mengetahui bagaimana perasaan istri sirinya, karena setiap datang ke villa dia selalu dalam keadaan mabuk. Dia tidak bisa membedakan antara istri sahnya atau istri sirinya, yang dia tahu hanya tidak ingin kehilangan.
Neng hanya bisa menebak ada sesuatu yang tidak beres dengan rumah tangganya sehingga Al selalu merancu dalam keadaan mabuk. Selalu menganggap dia adalah wanita yang sering dipanggil dengan sebutan Sinta.
"Kamu hanya milikku, tak seorangpun boleh memilikimu, ingat itu!"
Malam itu Al seolah hidup tanpa beban menikmati indahnya malam berdua bersama dengan Neng, sedangkan Neng hanya diam seribu bahasa. Hanya melakukan kewajibannya tanpa rasa. Hati yang terasa perih menahan segala gejolak hati yang berperang dengan logika, seperti mimpi melalui hari bersama suami sirinya yang tidak menganggapnya ada.
Bahkan malam itu tidak cuma sekali. Al selalu candu kepada istri yang baru dinikahinya, sampai pagi menjelang Al baru bisa tertidur pulas setelah pengaruh alkohol mulai berkurang. Rasa perih tak terkira dirasakan oleh Neng saat pagi hari, bahkan Neng tidak bisa tidur hampir semalam suntuk, akhirnya Neng tertidur setelah Al terlelap dalam mimpinya.
Pukul tujuh pagi Al terbangun dengan kepala pusing dan terasa barat, Al langsung masuk kamar mandi dan berendam hampir satu jam lamanya. Keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah dan menetes, hanya melilitkan handuk di pinggangnya. Dengan santai memakai baju tanpa memperhatikan Neng yang berada di tempat tidur.
Neng hanya melirik di balik selimut, memperhatikan setiap gerakan Al. Mulai dari memakai baju dalam, kemeja, celana panjang sampai jasnya. Neng hanya bisa berharap dia secepatnya keluar dari kamar dan tidak harus melakukan kewajiban sebagai seorang istri.
Sayangnya yang diharapkan Neng tak kunjung terlaksana. Al duduk di sofa panjang yang berada di sisi pojok kamar, membuka leptop dan berkonsentrasi menatap layar dengan serius. Neng tidak berani bergerak sedikitpun tetap tidur miring meringkuk dengan memeluk lututnya, dan lama kelamaan tertidur pulas.
Hampir satu jam Al duduk dan konsentrasi di depan leptopnya, setelah selasai menutup leptop dan memasukkan ke dalam tas kerjanya. Berjalan mendekati dan memeriksa Neng yang tertidur pulas. Alfarizi keluar kamar setelah memakai sepatu dan mengambil tas kerjanya.
Sarapan pagi di meja makan yang sudah di siapkan oleh Bibi Minah, sambil sesekali bertanya tentang kegiatan Neng selama Alfarizi tidak datang ke villa. "Apa yang di kakukan Neng selama aku tidak datang, Bibi?"
"Nona hampir tidak pernah keluar kamarnya, tidak pernah bicara jika tidak di tanya, tidak mau makan kalau tidak di paksa."
"Apakah dia tanya tentang aku?"
"Pernah sekali, Tuan; tetapi karena saya tidak bisa menjawabnya, dia tidak bertanya lagi."
"Apakah dia tidak mencari melalui handphone nya?"
"Tidak Tuan, handphone Nona model senter dan jadul seperti milik saya, hanya bisa buat telpon dan SMS saja."
Al hanya mengerutkan keningnya saja mendengar jawaban dari Bibi Minah, langsung meninggalkan villa setelah selesai sarapan tanpa berpesan apapun baik kepada Bibi Minah ataupun sekuriti yang berjaga di gerbang villa. Sampai pukul satu siang Neng baru membuka mata setelah di bangunkan oleh Bibi Minah. Membersihkan badannya dengan cepat karena dahinya yang terluka terasa perih saat terkena air.
"Mengapa sampai dahimu bengkak seperti ini, cepatlah pakai bajunya, aku ambil kotak obat sebentar!"
"Tidak usah Bibi, ini sudah tidak sakit kok, cuma perih saja."
"Apakah kamu sudah melihatnya, ini robek sekitar tiga centi, Neng?"
Setelah Bibi keluar kamar, Neng bergegas memakai baju dan bercermin di meja rias Ada luka robek di dahinya dan bengkak, kembali Neng meneteskan air mata. Setelah diobati dan diperban oleh Bibi Minah, Neng makan dengan lahap tanpa bertanya apapun kepada Bibi Minah. Hanya Bibi Minah yang bercerita tentang kegiatannya di sekitar villa bertujuan agar Neng terhibur dan tidak murung dan bersedih.
Datang sekuriti Junaidi Said yang sering di panggil Bibi Minah Aa Jun. Pemuda berumur dua puluh tahun yang bekerja di villa baru tiga bulan.
"Permisi Nona, ini titipan dari Tuan Al sebelum berangkat tadi pagi," kata Aa Jun memberikan amplop putih yang tertutup rapi.
"Apa ini Aa Jun?" tanya Bibi Minah.
"Aku tidak tahu Bibi, itu untuk Nona."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sabar
2022-11-16
0
botak
ou cinta mati ma sintaa,ditolak sintaa yaaa,ditolak bini tua,lalu menyiksa bini mudaaa,
2022-09-26
1
kay-kay
kasian bgt sih km neng😭😭
2022-09-01
1