Karena Neng suhu tubuhnya panas sangat tinggi. Sudah di kompres selama dua jam tidak kunjung turun, akhirnya Aa Jun memanggil Dokter Jo untuk memeriksa keadaannya. Karena kemarin pernah merawat secara pribadi Tuan Al, akhirnya Dokter Jo mempersiapkan peralatan lebih lengkap termasuk botol infus serta selang dan perlengkapannya.
Sesampainya di villa Dokter Jo langsung memeriksa Neng dengan teliti. "Jun, ini Nona ada gejala demam berdarah aku akan ambil sempel darah, tolong bawa ke laborat klinik dekat rumahku sekarang!" perintah Dokter Jo kepada Junaidi Said.
Setelah sample darah di masukkan box khusus Aa Jun kembali melajukan motornya untuk ke klinik. "Maaf Nona, Anda harus di infus, atau saya buatkan rujukan ke klinik atau rumah sakit kota?" tanya Dokter Jo kepada Neng.
"Tidak Dok, aku mau di rawat disini saja, aku tidak mau keluar villa," jawab Neng dengan suara lemah.
"Baikkah, aku infus sekarang."
Dokter Jo menunggu Aa Jun selama dua jam lebih. Setelah membaca trombosit Neng sangat rendah. Memberikan obat melalui infus dan mengabari suster untuk datang sehari tiga kali ke villa.
Malam ini Bibi Minah membawa kasur kecil di gelar di bawah tempat tidur Neng untuk menjaganya. Bahkan Aa Jun stanbye berada di luar kamar karena panas Neng tidak kunjung turun setelah pagi hari.
Pada pagi harinya saat suster datang Neng kembali di ambil darahnya untuk mengecek trombosit, tetapi tidak ada perubahan masih rendah. Hampir semalaman Neng tidak bisa tidur, hanya menangis dan menangis. Saat mengingat Ayah Asep akan menikah dengan uang hasil dari menikahkan siri dirinya membuat Neng semakin tergugu.
Sudah tiga hari dua malam Neng di infus tetapi trombositnya tidak juga bertambah. Karena pikiran Neng yang sedih dan kalut membuat kesembuhannya berjalan lambat.
Sedangkan Al juga tak kunjung datang. Berkali-kali di tanya oleh Dokter Jo kemana suaminya. Neng hanya beralasan masih ke luar kota, sedangkan Bibi Minah di larang oleh Neng saat akan menghubungi tuannya.
Siang ini setelah Neng makan hanya tiga suap dan minum obat. Dia bisa tidur pulas setelah lelah menangis terus menerus. Bibi Minah tidak berani mengabari Tuan Al karena di larang oleh Neng, bahkan mereka berharap Al tidak datang saat Neng sakit, karena mereka tahu jika dia datang dalam keadaan mabuk pasti akan memperlakukan Neng dengan tidak baik.
Seiring tenang dan ikhlas pikiran Neng, kesehatannya semakin membaik hampir lima hari di infus dan di rawat oleh Dokter Jo, tidak sedetikpun Al datang. Neng dan para pegawai di villa semakin tenang dan damai, tidak ada keributan di malam hari. Tidak ada rasa ketakutan saat tuannya naik pitam ketika datang dalam keadaan mabuk.
Trombosit mulai normal, suhu badan juga tidak panas dan mengeluarkan keringat dingin sehingga Dokter Jo mengatakan Neng sudah sehat. Neng membayar penuh Dokter Jo dan susternya selama satu Minggu. Dan mereka tidak datang ke villa setelah Neng sehat kembali.
Hari ini tepat empat bulan Neng tinggal di villa saat sarapan ada kurir gojek datang membawa amplop warna coklat besar bertuliskan untuk Neng dari Alfarizi berisi cek gajian untuk seluruh karyawan. Dan empat cek khusus untuk Neng selama satu bulan ke depan dan setiap cek berisi 10 juta.
Neng mengerutkan keningnya, bergumam dalam hati, "Apakah ini tandanya Tuan Al tidak akan datang lagi kesini, aku akan menunggu dan tinggal di villa ini satu bulan lagi, aku akan menata hidupku setelah ini."
Sedangkan semua karyawan merasa bahagia karena gajian tepat waktu. Tidak ada yang menyasari tentang apa yang terjadi. Padahal setiap bulannya mereka langsung dapat gaji dari tuannya tetapi sekarang di kirim oleh kurir gojek.
Tetapi sayangnya setiap pagi Neng merasa pusing dan sering masuk angin setelah infus di lepas dari tangannya satu minggu yang lalu. Al sudah tidak datang ke villa hampir dua minggu, tetapi Neng semakin lega tinggal tiga Minggu lagi waktu perjanjian nikah siri akan berakhir.
Pagi ini Neng sedang duduk di belakang villa sambil berjemur karena merasa badannya tidak fit dan sering meriang. Terdengar ada suara renyah seorang gadis yang ada di pintu gerbang. Suara itu tidak asing bagi Neng, tetapi Neng enggan untuk beranjak dari tempat duduknya.
Datang Aa Jun dengan senyum yang mengembang dan wajah yang berseri-seri mendekati Neng. "Nona, apakah Anda sudah sehat?"
"Aku baik Aa, ada apa wajahnya bersinar begitu?"
"Apakah aku boleh izin setengah hari, Nona?"
"Mau kemana Aa, apakah berhubungan dengan suara gadis yang ada di pintu gerbang?"
"Iya Nona, pacarku datang, dia bekerja di Jakarta, aku ingin jalan-jalan dengan dia."
"Pergilah Aa, nikmatilah hari ini berdua, selamat bersenang-senang."
"Terima kasih, Nona."
Aa Jun langsung menemui Lilis Dariyani kekasihnya. "Ayo Lis, aku sudah mendapatkan ijin dari Nona."
"Apakah aku boleh bertemu dengan Nona, majikan Aa?"
"Jangan sekarang Lilis, Nona sedang tidak enak badan, nanti saja ok!"
"Apakah majikan Aa itu orangnya baik hati?"
"Nona masih muda tetapi dia sangat baik hati, Nona sering memberikan kami para pegawai uang tips saat suaminya memberikan uang jajan, kemarin Aa dan karyawan yang lain dapat bonus lima juta setiap orang saat Nona mendapatkan bonus," cerita Aa Jun dengan antusias.
"Waah, Aa sekarang sudah banyak uangnya dong?"
"Ya sayang, setelah uang Aa ngumpul satu tahun lagi kita menikah."
"Iya Aa, aku akan sabar menunggumu."
Neng masih mendengar sayup-sayup percakapan antara Aa Jun dan pacarnya. suara itu tidak asing di telinganya, tetapi Neng tidak berniat untuk melihat keluar rumah. Dia masih enggan berinteraksi dengan orang di luar villa.
Bibi Minah bergabung duduk di samping Neng dan menepuk pundaknya dengan lembut. "Ada apa Nona, mengapa selalu melamun?"
"Ee Bibi, tidak ada apa-apa."
"Wajah Nona sangat pucat, apakah perlu aku panggilkan Dokter Jo?"
"Tidak usah Bibi, aku hanya pusing dan mual saja, nanti minum obat palingan juga sembuh."
"Mual, Nona mual setiap pagi?"
"Iya Bibi, setelah sakit kemarin aku sering mual jika pagi hari, aku juga tidak tahu mengapa?"
Bibi Minah memperhatikan wajah Neng kembali, wajah pucat, muka terlihat tirus, dan badannya terlihat semakin kurus, sehingga dia menduga jika majikan kesayangannya itu berbadan dua.
"Nona kapan Anda terakhir menstruasi?"
Neng tersentak kaget mengingat saat Tuan Al sembuh dari sakitnya, setelah menstruasi melakukan hubungan badan dengannya dalam keadaan sadar untuk pertama kalinya saat itu.
"Bulan lalu Bibi, apakah artinya aku sedang ...?"
"Kemungkinan besar, Anda sedang hamil Nona."
Kembali Neng menangis tergugu. Pikirannya seolah buntu, suami sirinya sudah tidak datang dua Minggu lamanya Sekarang datang lagi cobaan yang harus di tanggungnya, ada janin yang tumbuh di rahimnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus ceria
2022-11-16
1
RATNA RACHMAN
siapa sih sebenarnya si yg uan apa yg arogan ini
2022-10-23
1
botak
ini nmnya nikah kontrak disana emang biasa sperti itu
2022-09-26
1