Neng duduk di sebuah kedai seblak yang terkenal di samping salah satu perusahaan konfeksi terbesar di daerah Cibinong Jawa barat, sambil menikmati makanan pedas vaforitnya sambil mencari informasi tentang perusahaan itu mengenahi sistem produksinya.
Neng bertanya kepada Ibu penjual seblak yang berumur setengah baya saat Neng meminta tambah minum jeruk hangat.
"Apakah Teteh ingin mencari pekerjaan di perusahaan itu?"
"Iya Bu, tetapi aku mau yang bisa di bawa pulang jahitannya,"
"Perusahaan ini tidak melakukan kerjasama dengan masyarakat sekitar, Teteh,"
"Berarti harus melamar pekerjaan ke perusahaan ya Bu?"
"Betul Teteh."
Datang laki-laki berpenampikan necis dan rambut klimis masuk kedai mendengar percakan mereka langsung ikut nimbrung sok akrab.
"Teteh mau melamar di perusahaan itu, lewat aku saja pasti di terima tetapi ada syaratnya,"
"Jangan lewat dia Teh, nanti di pasti jadikan istri ke tiga, penjahat cinta dia!" kata Ibu kedai.
Neng hanya tersenyum kecut mendengar perkaraan Ibu kedai, dia menjadi teringat Tuan Al saat melihat laki-laki klimis itu, sudah hampir dua bulan tidak beremu dan mendengar kabarnya, hanya membayangkan jika orang yang di depannya adalah penjahat cinta apa julukan yang cocok untuk Tuan Al selain laki-laki pohon pisang mungkin tepatnya Tuan Al pantas di juluki mafia cinta.
"Aku bukan penjahat cinta Bu, tetapi laki-laki yang memiliki banyak cinta, bagaimana Teteh cantik apakah bersedia mendapatkan limpahan cinta dariku?" rayu laki-laki klimis itu lagi.
"Maaf Akang, aku sudah memiliki suami," jawab Neng sekenanya.
"Kena batunya lo Akang kendang!" ledek Ibu kedai lagi.
Neng bergegas menghabiskan menu seblaknya, berniat untuk ke tempat target selanjutnya yang sudah dia tandai kemarin yaitu di daerah Tanggerang, daerah yang ada perusahaan garment yang terkenal disana.
Menempuh perjalanan jauh menggunakan tranportasi umum dalam keadaan hamil muda membuat Neng merasa mual, apalagi ada berbagai macam orang yang memiliki perofesi yang berbeda-beda, ini adalah pengalaman Neng pertama kali jauh dari desa dan jauh dari Ayah Asep.
Hanya mengandalkan goegle map akhirnya Neng menelusuri daerah pabrik garment yang banyak di daerah Tanggerang dan masuk di daerah perkampungan sekitar pabrik untuk mencari penginapan atau hotel kaerna waktu sudah mulai senja.
Menginap di hotel kecil di samping salah satu perusahaan konfeksi yang terkenal, Neng melakukan cek-in dengan menggunakan uang cesh yang masih ada di dompetnya untuk tiga hari ke depan, berisirahat dengan merebahkan tubuhnya yang terasa lelah seharian berada di perjalanan.
Hanya bermomolog sendiri sambil mengusap perutnya yang masih rata mengajak ngobrol janinnya yang ada dalam kandungan adalah hiburan Neng saat ini, menguatkan hatinya, memotifasi untuk dirinya sendiri agar kuat menjalani cobaan hidup yang bertubi-tubi, "Semoga kamu selalu sehat ya Nak, jangan nakal Mami akan selalu berusaha untuk yang terbaik untuk kita berdua, semoga di daerah ini kita bisa mencari rejeki halal dan tempat tinggal yang nyaman."
Keesokan harinya setelah membersihkan diri keluar pagi pagi selain mencari udara segar berjalan munyusuri jalan yang ramai lalu lalang para pegawai perusahaan yang akan masuk kerja, keceriaan mereka membuat Neng ikut tersenyum bahagia.
Melihat kedai bubur ayam Bandung sangat ramai rasanya ingin juga menikmatinya, air liur rasanya ingin menetes mencium bau harum masakan itu.
setelah mulai berkurang pengunjungnya Neng memesan satu mangkuk dengan menu bubur ayam Bandung lengkap dan jeruk hangat, Neng sangat menikmati kesendiriannya saat ini, ternyata dengan menerima takdir sangat ikhlas hati terasa damai, tenang tanpa beban.
Belum selesai menikmati bubur itu datang pasangan suami istri yang musuk berbincang tetapi seperti sedang berdebat sambil memesan bubur.
"Bagaimana Bang, kita usir saja dia?" tanya Sang istri.
"Tapi sayang menjual rumah itu tidak secepat kita menjual kacang,"
"Itu biar aku yang mengaturnya, yang penting sertifikat rumahnya Abang yang memegangnya!"
"Iya, aku sudah mengambilnya kemarin, akan laku berapa jika di jual?"
"Sekitar 3,5 M,"
"Dia akan tinggal dengan siapa nanti jika diusir, sayang?"
"Kalau Abang mikir itu, kapan kita akan mendapatkan uang itu?"
Neng hanya mendengarkan percapakapan itu tanpa memahami maksudnya, sampai bubur yang di mangkuk habis, ternyata pasangan suami istri itu juga sudah selesai makan buburnya bahkan mereka meninggalkan kedai terlebih dahulu setelah membayar ke pemilik kedai.
Neng kembali ke hotel setelah membayar buburnya, kembali menyusuri jalan yang dia lalui walaupun hujan rintik-rintik mulai turun, sambil berlari kecil menuju hotel, tetapi baru sampai pertengahan perjalanan hujan semakin deras, ada seorang ibu setengah baya yang terjatuh karena di dorong dari dalam rumah bersamaan dengan tas warna merah yang sudah lusuh berisi bajunya.
"Ibu pergi dari sini, rumah ini sudah aku jual!" kata seorang laki-laki yang ternyata orang yang sama saat makan bubur tadi.
Ibu paruh baya itu bajunya mulai basah kuyup sambil menangis tersedu-sedu, "Doni, aku tinggal dimana kalau rumah ini kamu jual?"
"Terserah Ibu, yang jelas jangan tinggal disini, karena sebentar lagi pemilik rumah barunya akan segera sampai disini!" kata istri dari Doni.
"Titin, tolong jangan lakukan ini padaku, aku sudah tua aku akan tinggal dimana?" kata Ibu paruh baya itu memelas.
"Terserah Ibu aku tidak perduli, ayo Bang kita masuk dan bersiap pergi dari rumah ini karena sebentar lagi pemilik rumah ini akan segera datang!" kata wanita yang di panggil Titin oleh Ibu paruh baya itu.
Sesaat setelah pasangan suami istri itu masuk ke rumah, Neng mendekati Ibu paruh baya yang masih terduduk di aspal sambil menangis, "Bu, Anda baik-baik saja, ayo bangunlah!"
Neng membantu Ibu berdiri, mengambil tas merah yang sudah basah kuyup dan mengajaknya pergi dari tempat itu karena hujan semakin deras.
"Neng Geulis, kamu mau mengajak aku kemana?" tanya Ibu paruh baya itu.
"Ke hotel yang ada di depan itu Bu, aku tinggal disitu untuk sementara,"
"Tetapi Neng Geulis, kamu tidak mengenalku, mengapa kamu mau membantuku?"
"Namaku Mitha, Ibu; sesama manusia sudah sewajarnya saling membantu Bu, Ibu namanya siapa?"
"Nama saya Ani, Neng Mitha, terima kasih,"
"Sama-sama Bu."
Sambil berlari kecil mereka berdua masuk ke area hotel, dan Neng mengajak Ibu Ani ke kamar yang disewanya.
"Ayo silahkan masuk Bu, sebaiknya Ibu berganti baju takut nanti masuk angin!"
Sambil menganggukkan kepalanya Ibu Ani membuka tas merah untuk mengambil baju ganti tetapi sayangnya isinya juga basah kuyup.
"Pakai baju tidurku ya Bu, untuk sementara, sampai baju ibu kering,"
Neng mengambil baju tidurnya dan di berikan kepada Ibu Ani, walaupun terlihat sempit karena Ibu Ani memiliki badan yang sedikit gemuk tetapi masih bisa di pakai.
Setelah Neng juga berganti baju, mereka duduk di pinggir tempat tidur mengajak Ibu Ani berbincang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus semangat
2022-11-16
1
RATNA RACHMAN
lanjut author
2022-10-23
1
kay-kay
al pulanglah ke vila ada kejutN untukmu😁😁😁
2022-09-01
1