Alfarizi berjalan dengan langkah panjang melirik mereka yang sedang berbincang, "Neng, masuk kamar sekarang!"
"Waduuuh gawat, pohon pisang datang!" kata Neng tanpa sadar.
Neng langsung berlari mendekati Alfarizi meraih tangannya dan nencium punggung tangannya serta mengambil tas kerjanya dan berjalan mengikuti Al yang berjalan naik tangga dengan wajah yang masih di tekuk. Neng hanya diam seribu bahasa karena bingung melihat Al datang dalam kondisi sadar tidak mabuk seperti biasanya. Yang di otaknya hanya teringat saat dulu Ayah Asep pulang dari kerja Ibu selalu meraih tangannya dan mencium punggung tangannya sebagai tanda bakti kepada suaminya.
Neng hanya berharap bisa berbakti kepada Al sebagai kepala rumah tangga dengan melakukan selayaknya seorang istri yang selalu menyambut suami saat pulang kerja. Setelah sampai di kamar Al duduk di sofa dan ingin membuka mulutnya ingin berbicara tetapi Neng langsung duduk berjongkok melepas sepatu pantofel dan kaos kakinya.
Masih di hadapannya, Neng segera membantu membuka jas, dasi dan kemeja dengan perlahan tetapi masih tetap terdiam serbu bahasa. Dan Al hanya tertegun karena perlakuan yang manis dari Neng.
Tetapi setelah selesai membantu Al membuka baju yang di kenakan tinggal kaos dalam dan celana panjang Al membuka suaranya, "Mengapa tidak di buka celana dan kaos dalam sekalian haa?"
Neng tidak menjawab pertanyaan Al dia berdiri dari hadapannya dan ingin meletakkan jas dan kemeja nya ingin di letakkan di tempat baju kotor. Dia langsung ditarik oleh Al dan langsung terduduk di pangkuan Al menghadap ke wajahnya dengan tatapan mata yang tidak bisa diartikan.
"Aku sudah bilang, kamu hanya milikku seorang, mengapa kamu mengobrol dengan sekuriti, apakah kamu sudah lupa dengan peraturanku!"
Neng hanya menggelengkan kepalanya, tetap belum berniat untuk menjawab setiap pertanyaan suami sirinya. Dia hanya menjawab di dalam hati tetapi itu yang membuat Al menjadi emosi seperti cemburu.
"Awas, aku mau mandi!" dengan sengaja Al berdiri, tanpa sengaja Neng yang terjatuh di depannya karena ada meja siku Neng terkena pojok meja yang terbuat dari kaca, tidak berdarah tetapi lecet dan memar.
Neng hanya meringis menahan perih di sikunya, dan mencoba untuk tidak menangis seperti biasanya. Dia hanya meniup sikunya agar tidak perih. Al tidak memperdulikan Neng sama sekali dia tetap melenggang ke kamar mandi, tetapi sebelum masuk kamar mandi dia berbalik badan.
"Neng, persiapkan makan untukku, aku lapar dari pagi belum makan, bawa ke kamar saja!"
Kembali Neng hanya menganggukkan kepalanya saja, tanpa ada suara yang keluar dari mulutnya langsung keluar kamar dan menuju lantai satu yaitu dapur. Ternyata di dapur sekuriti. Bibi Minah dan Paman Tono sedang tegang memperhatikan kamar utama takut terjadi sesuatu pada Neng, sehingga saat Melihat Neng turun dari tangga mereka langsung berdiri menghampiri Neng.
"Nona, Anda baik-baik saja?" tanya Aa Jun dengan khawatir.
"Ya Aa, aku baik-baik saja," jawab Neng sambil tersenyum, menyembunyikan luka sikunya dengan menutup menggunakan baju lengan panjang yang awalnya di gulung sampai siku.
"Apakah Tuan Al marah kepada Anda, Nona?" tanya Paman Tono juga ikut khawatir.
"Tidak Paman, sekarang orangnya sedang mandi, jangan khawatir!"
"Apa yang kamu perlukan Nona?" tanya Bibi Minah.
"Tuan Al mau makan di kamar, Bibi; apakah masih ada opor ayam yang aku buat tadi?"
"Masih Nona, ayo aku bantu mempersiapkan!"
Kebetulan siang tadi Neng membuat menu opor ayam, cah kangkung dan sambal terasi. Sehingga Neng hanya memanaskan sebentar dan dibawanya ke kamar menu makan itu menggunakan nampan.
Setelah di ketakkan diatas meja Neng menunggu Al keluar dari kamar mandi, dan dia berinisiatif mempersiapkan baju untuknya lengkap dengan baju dalamnya. Neng baru pertama kali membuka lemari milik Al.
Al yang keluar mengunakan handuk yang dililitkan di pingangnya saja, tanpa bertanya langsung menggunakan baju yang di persiapkan oleh Neng tanpa bertanya, setelah selesai duduk di sofa. Neng langsung mengambilkan satu piring nasi lengkap dengan opor ayam, cah kangkung dan sambal terasi.
"Neng, kerupuknya mana, aku paling suka makan opor ayam menggunakan kerupuk?"
"Sebentar, aku ambilkan." akhirnya Neng menjawab pertanyaan Al menggunakan suaranya.
Tidak sampai lima menit Neng datang dengan membawa toples kecil berisi kerupuk udang. "Ini Tuan kerupuknya."
"Hhmm." Al hanya menjawab deheman saja, tetap menikmati makan dengan lahap.
Entah karena lapar atau memang merasakan makanan yang enak, Al sangat nenikmati opor ayam buatan Neng. Bahkan tanpa merasa malu Al menambah satu potong opor ayam lagi walaupun tanpa menggunakan nasi. Walaupun ingin sekali memuji dan bertanya siapa yang masak opor ayam yang dia makan saat enak, tetapi Al hanya menikmatinya dengan diam, gengsinya yang tinggi membuatnya enggan berkomentar.
Selesai makan Al membuka leptopnya dan fokus sambil duduk di sofa, sedangkan Neng masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Neng masih memilih tetap diam dan tidak menganggap ada orang berada dalam satu kamar dengannya.
Sampai pukul sembilan malam Al masih fokus pada leptopnya, sedangkan Neng yang merasa canggung karena pertama kali berdua dengan suami sirinya dalam keadaan normal dan tidak mabuk seperti biasanya memilih tidur cepat tanpa memperdulikan keberadaan Al sama sekali. Ketenangan Neng terganggu setelah waktu tengah malam, tercium bau alkohol yang menyengat hidung. Saat Neng terjaga, ada dua botol minuman di meja yang sudah terlihat kosong, entah pukul berapa Al mulai menenggak minuman keras, padahal saat awal Neng mulai merasa mengantuk bisa tersenyum kecil karena mungkin malam ini dia tidak akan mengalami penyiksaan lahir dan batin seperti biasanya.
Sehingga Neng kembali harus memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri sampai pagi menjelang dalam keadaan Al mabuk alkohol, tetapi bedanya karena pagi hari adalah hari Minggu. Saat Neng terbangun pukul sepuluh pagi masih ada tangan yang melingkar di pinggangnya.
Neng mencoba memindahkan tangan kekar itu perlahan agar tidak terbangun, tetapi Neng mendengar Al mengigau dengan suara parau, "Kamu kapan pulang, jangan tinggalkan aku, kamu harus ingat kamu hanya milikku, tak seorangpun boleh memilikimu!"
Neng hanya diam sesaat sambil mendengar Al yang sedang merancu dalam tidur lelapnya, setelah melihat Al masih tertidur dengan nyenyak. Neng kembali memindahkan tangannya dari pinggang, bergeser perlahan dan di tukar dengan guling.
Setelah berhasil memindahkan tangan Al, Neng langsung berjalan jinjit ke kamar mandi, merendam badannya yang terasa remuk redam. Ada tanda kissmark yang bertebaran pada seluruh tubuhnya. Hampir satu jam Neng berendam di kamar mandi setelah merasa badannya mulai segar Neng membilas dengan shower dan memakai baju di kamar mandi.
Setelah keluar kamar mandi melihat Al masih tertidur pulas. Neng keluar kamar dan berniat mengambilkan makanan atau membuat kopi untuk suaminya, tetapi baru memegang hendel pintu ada suara arogan keluar mulut Al.
"Jangan sekali-kali kamu melangkahkan kaki keluar kamar untuk berbincang dengan orang di luar tanpa seizinku, kamu mengerti, Neng!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus semangat
2022-11-16
0
RATNA RACHMAN
suami kejam
2022-10-23
1
kay-kay
istri sah nya jarang dirumah kali ya🤔
2022-09-01
1