Hampir senja Neng tiba di kota Bogor, naik beberapa angkutan kota tanpa tujuan membuatnya lelah. Hanya membawa tas rangsel dengan beberapa stel baju, buku tabungan, ijazah dan uang kes di dompet akhirnya Neng memutuskan untuk menginap di hotel di kota Bogor. Cek-in untuk tiga hari membayar dengan uang cesh dan memesan makan di restoran yang ada di hotel dengan menggunakan telepon, untungnya seharian ini dia tidak merasakan mual dan muntah sama sekali.
Setelah mandi dan menikmati hidangan makan malam yang di pesannya yaitu nasi goreng sea food dan jus alpokat. Neng bemonolog sendiri sambil mengusap perutnya, "Maafkan Mami ya Nak, mulai sekarang kita akan berjuang berdua, kita akan bahagia berdua, Mami akan berjuang untuk kita berdua, jangan menyusahkan Mami, ok!"
Pagi harinya Neng mulai merencanakan langkah selanjutnya. Yang pertama Neng lakukan adalah mengunjungi mall yang ada di kota Bogor. Membeli handphone, baju, pulsa, paket data internet, makanan, camilan, kosmetik dan perlengkapan sehari-hari.
Neng menikmati hari kesendiriannya tanpa beban, ikhlas, melepas semua masa lalunya dan bertekat menyongsong masa depan bersama janin yang masih ada di perutnya. Tengah hari Neng kembali ke hotel dimana dia menginap, setelah makan dan beristirahat sejenak. Dia mulai mengaktifkan handphonenya, berniat ingin menghubungi Bibi Minah dan Aa Jun, mencari kertas catatan nomor handphone mereka di tas rangselnya.
Tetapi sayangnya kertas itu hilang, sudah di bongkarnya tas rangsel itu tetapi tetap tidak di temukan. Neng hanya bisa menarik napas panjang dan bermonolog sendiri, hanya bisa mengajak bicara dengan janin yang ada di perutnya, "Sekarang kita benar-benar hanya burdua Nak, tidak ada Paman Jun, Nenek Minah dan yang lainnya."
Neng mulai berselancar mencari tempat yang cocok untuk dirinya tinggal, berniat mencari pekerjaan yang sesuai pendidikan terakhirnya, karena Neng berniat akan melanjutkan cita-citanya setelah melahirkan. Di tandai daerah sekitar Jakarta dan sekitarnya yang banyak terdapat perusahaan konfeksi. Mencari informasi perusahaan konfeksi yang bekerjasama dengan masyarakat sekitar, mengerjakan jahitan bisa di kerjakan di rumah dan tidak terikat dengan waktu atau kontrak kerja.
Neng sudah menandai empat tempat yang cocok untuk dia tinggal dan bekerja sesuai rencananya. Setelah itu Neng juga mencari universitas yang sesuai cita-citanya. Berharap suatu saat nanti bisa kuliah setelah melahirkan.
Hari terakhir menginap di hotel sebelum cek-out Neng pergi ke klinik untuk memeriksakan kehamilannya. Saat awal pendaftaran Neng bingung harus mengisi formulirnya karena harus menyertakan nama suami. Akhirnya Neng mengisi nama asli dari ayah bayinya tetapi tanpa nama belakangnya yaitu Alfarizi tanpa menggunakan Zulkarnain.
Banyak ibu hamil yang sedang memeriksakan kehamilannya di dampingi oleh suaminya. Ada juga yang di dampingi ibunya, hanya Neng yang tidak di dampingi oleh siapapun. Setelah menunggu beberapa saat nama Neng di panggil oleh suster.
"Nyonya Ningtiyas Paramhita!"
"Ya saya Suster."
Neng berjalan masuk ruang dokter kandungan seorang diri, banyak yang memandang dengan rasa heran termasuk suster yang baru saja memanggilnya. "Selamat pagi Dokter," kata Neng dengan sopan.
"Selamat pagi, Anda sendiri, dimana suaminya?" tanya Dokter Obgyn sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman,
"Suami saya sudah berangkat kerja, Dok," jawab Neng sekenanya.
"Baiklah, Nyonya ...?" kata Dokter belum sempat melanjutkan ucapannya di potong langsung oleh Neng.
"Panggil saya Mitha Dok!"
"Ooo Nyonya Mitha, di periksa dari awal ya, karena baru pertama kali datang ke klinik kami."
"Iya Dok."
Di bantu oleh suster, pemeriksaan di awali mengecek tensi darah, berat badan, tinggi badan dan tanya jawab tentang alergi atau penyakit yang lain sekitar kehamilan.
"Nyonya Mitha, di periksa denga USG ya, untuk mengetahui janin yang ada dalam kandungan, silahkan berbaring di brankar tempat tidur di bantu oleh Suster!"
"Baik Dok."
Neng naik di brankar tempat tidur. Berbaring di bantu oleh suster dan membuka aera perutnya. Di oleskan jel di perutnya oleh suster.
"Baiklah kita mulai ya, Anda bisa sambil melihat di layar monitor, ok!" kata Dokter Obgyn wanita itu sambil menggerakkan alat di perutnya.
Neng mengangguk dan tersenyum. Konsentrasi melihat layar monitor tanpa berkedip. Walaupun layar hanya berwarna hitam putih tetapi terlihat jelas ada gumpalan kecil di tengah rahimnya.
"Ini dia janinnya sudah mulai tumbuh, Anda bisa melihatnya, waah umurnya sudah 8 Minggu," kata Dokter Obgyn lagi.
Neng meneteskan air matanya melihat janin yang tumbuh di rahimnya. Hanya hidup sendirian sekarang ini membuat dia seolah-olah tidak merasa sendiri sekarang setelah melihat janin itu bergerak di rahimnya. Apalagi Dokter Obgyn mulai mengeraskan volume dan di perdengarkan suara detak jantungnya yang kuat.
"Mengapa menangis Nyonya, seharusnya ini membuat Anda bahagia?" tanya Suster penasaran.
"Saya menangis karena bahagia, Sus," jawab Neng sambil mengusap air matanya.
"Baiklah, saya cetak foto USG nya, bisa di tunjukkan kepada suaminya setelah pulang kerja."
Neng turun dari brankar tempat tidur setelah di bersihkan sisa jel yang ada di perutnya. Duduk kembali di kursi yang berada di depan Dokter Obgyn. "Apakah ada keluhan selama ini Nyonya?"
"Hanya mual dan muntah saat pagi hari Dok, tetapi dua hari ini sudah mulai berkurang."
"Ok, saya buatkan resep untuk mengurangi rasa mual, vitamin dan jangan lupa untuk kontrol setiap bulan untuk memantau perkembangan janinnya."
"Iya Dok, terima kasih."
Keluar dari ruang Dokter Obgyn menuju apotik untuk menebus obat yang sudah di resepkan. Dan langsung kembali ke hotel menggunakan mobil yang di pesan melalui aplikasi online.
Sampai di hotel Neng merebahkan badannya sambil terus memandangi foto USG berwarna hitam putih sambil berlinang air mata, mengusap perutnya berkali-kali dan berbincang dengan janin yang ada di rahimnya, "Nak, Mami sangat menyayangi kamu, hanya kamu yang Mami miliki, maafkan Mami kita hanya akan hidup berdua saja, tetapi Mami janji akan memberikan limpahan kasih sayang yang banyak walaupun tanpa ada Papi yang mendampingi kita, Mami berharap kamu akan mengerti dengan keadaan kita."
Sambil berbaring di tempat tidur Neng melihat tayangan televisi ada ibu muda yang sedang hamil sedang minum susu hamil yang di buatkan oleh suaminya dengan penuh kasih sayang. Neng hanya tersenyum kecut sambil mengusap perutnya, "Tidak usah ngiri ya Nak, nanti Mami belikan susu seperti di televisi itu, maunya rasa apa?"
Neng duduk dan turun dari tempat tidur dan kembali menjawab sendiri pertanyaan yang dia ucapkan tadi, "Ok, rasa vanilla dan coklat, baiklah kita beli sekalian cek-out dari hotel."
Waktu menunjukkan pukul tiga sore, Neng mulai berkemas karena waktunya untuk cek-aut dari hotel. Dan menuju target pertama yang akan dia tuju untuk mencari kontrakan dan pekerjaan yang sesuai untuknya sesuai informasi yang di dapatnya di internet.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sejahtera
2022-11-16
0
fayya_naz
mirip kisah nyata cerita nya.
2022-09-11
2
Rosmawati Intan
alahai calon nenek n paman hilang nmor nya ..sedij nya hidup ada bpk kandung pun tiada guna..lebih baik menjauh n.biang diri..dri pada.dj jual lahi dhn lelaki.lain..
2022-08-26
1