Makan malam hari ini riuh dan ramai setelah Aa Jun datang dengan membawa tes peck kehamilan yang di belinya di apotik. "Ini Nona, silahkan di cek saja sekarang, kami menunggu disini!" kata Aa Jun memberikan tes peck dua pics dengan beda merk dan harga.
"Terima kasih Aa."
Dengan ragu Neng berjalan ke kamar mandi yang berada di samping dapur dengan membawa dua tes peck. Pikiranya sangat kalut dan gamang tentang yang akan dia hadapi nanti saat memiliki keturunan karena hanya menikah siri. Bahkan lebih parah lagi, suami sirinya tidak tahu tentang keadaan Neng saat ini.
Keluar dari kamar mandi dengan dua tes peck di tangannya dengan dua garis biru dan berlinang air mata. "Ini hasilnya, aku harus bagaimana?"
"Anda harus mengabari Tuan Al, Nona!" kata Paman Tono dengan tegas.
Neng hanya menggelengkan kepalanya, anak hasil pernikahan siri pasti akan banyak mengalami kesulitan. Apalagi Tuan Al tidak pernah menganggapnya ada, dia selalu memanggil nama Sinta saat bercinta. Bagaimana cara menghubungi dia juga tidak tahu, karena tidak tahu dan tidak memiliki nomor handphone nya.
"Kami akan selalu mendukung keputusan Anda, Nona," kata Aa Jun.
"Apakah ada yang memikili nomor handphone Tuan Al?" tanya salah satu sekuriti yang duduk di samping Paman Tono.
"Jangan hubungi Tuan Al, aku mohon kepada semua yang ada di sini, kalian aku anggap keluargaku, pernikahanku dengan Tuan Al tinggal dua Minggu lagi sudah berakhir, karena dari awal hanya akan berlangsung lima bulan," pinta Neng sambil berlinang air mata.
"Tetapi Nona, bagaimana jika Tuan Al datang?" tanya Bibi Minah.
"Tuan Al sudah dua Minggu ini tidak datang, aku memiliki firasat dia tidak akan datang lagi kesini, aku akan tetap di villa sampai perjanjian berakhir, jadi keputusanku jika dia datang aku akan memberitahu tentang kehamilanku, tetapi jika dia tidak datang, berarti bayi yang ku kandung hanya akan mengenal ibunya saja."
"Dan akan mengenal aku sebagai pamannya," kata Aa Jun dengan percaya diri.
"Mengenal aku sebagai neneknya," kata Bibi Minah juga tidak mau kalah.
Waktu cepat berlalu, selama dua Minggu ini Neng mabuk berat. Setiap pagi selalu muntah dan mual. Dia benar-benar menepati janjinya tidak pernah keluar villa bahkan periksa ke dokterpun tidak.
Hari ini adalah hari Jum'at rencananya Neng akan keluar dari villa karena satu bulan sudah Al tidak datang. Kabarpun juga tidak ada. Neng juga tidak berniat untuk mencari tahu kabar atau keberadaannya.
Neng sudah memakai celana jeans dan kaos miliknya sendiri saat dia datang ke villa. Dia membawa uang cesh yang memang menjadi haknya. Yang lain dia tinggal semua, masih utuh di tempatnya, baju dan semua perlengkapannya, kosmetik dan yang lainnya juga tidak di bawa olehnya. Bahkan Bibi Minah menangis tersedu-sedu saat Neng sudah siap keluar dari villa.
"Bibi, aku sudah mencatat nomor handphone kalian semua, jangan khawatir, setelah aku keluar dari sini aku akan menghubungi saat membeli handphone," kata Neng dengan memeluknya dengan erat.
"Aa tolong antar aku ke bank!" kata Neng sambil membawa tas rangsel berisi uang cesh sekitar 350 juta.
"Baik Nona, ayo aku antar," jawab Aa Jun.
Setelah berpamitan penuh drama akhinya Neng benar-benar keluar dari villa dengan perasaan yang lega tanpa beban. Ikhlas dan bertekat akan membesarkan bayi dalam kandungannya seorang diri tanpa sosok suami di sampingnya. Hanya dalam satu jam Neng sudah selasai membuka rekening atas namanya sendiri, dan masih di tunggu oleh Aa Jun.
"Anda ingin kemana lagi Nona?"
"Toko pakaian dan aksesoris, Aa."
Sampai Toko Neng membeli tiga stel baju untuk ganti, pakaian dalam, jaket dan topi, serta masker. Setelah di bayar Neng memakai jaket, topi dan masker kemudian keluar toko dan mendekati Aa Jun kembali. "Aa, antar aku pulang ke rumah ayahku saja!"
"Ee Nona, mengapa penampilannya jadi berbeda; baik Nona, pakai helmnya terlebih dahulu!"
Dalam satu jam Aa Jun dan Neng sampai di gang masuk rumahnya, masih sekitar satu kilometer lagi tetapi Neng menepuk pundak Aa Jun, "Aa, aku turun disini saja!"
"Anda yakin Nona?"
"Iya Aa, terima kasih sudah membantu aku selama ini, jangan lupa cepatlah menikah, aku tidak ingin pacar Aa mengalami seperti yang aku alami."
"Tentu Nona, aku akan mengundang Anda saat menikah, cepatlah membeli handphone dan hubungi aku!"
Neng hanya menganggukkan kepalanya. Melambaikan tangan berjalan perlahan menuju rumahnya. Bertemu dengan beberapa tetangga tetapi mereka tidak mengenalnya.
Sampai di samping rumah Neng berhenti melangkah, mendengarkan ada dua orang yang sedang berbincang. Neng hanya menduga jika suara wanita yang sedang berbincang dengan Ayah Asep adalah istri barunya, jika di hitung sekitar 1,5 bulan yang lalu mereka sudah menikah. Neng tidak jadi masuk rumah karena setelah di dengarkan lebih jelas ternyata mereka sedang membicarakan dirinya.
"Akang kapan Neng anakmu pulang?"
"Hari Minggu seharusnya dia sudah tidak terikat lagi dengan Tuan Al."
"Apa yang akan kamu lakukan setelah dia pulang, bagaimana kalau dia tanya uang yang 2 M itu?"
"Tenang saja istriku, aku sudah ada janji dengan orang yang akan menikahi dia."
"Waaah, betulkah, apakah uang maharnya sama seperti kemarin?"
"Tidak dong, kita hanya akan mendapat 100 juta dalam satu bulan."
Neng tercengang mendengar ucapan Ayah Asep. Bukannya dia menyesal karena kemarin di larang mengunjungi putrinya. Sekarang dia sudah mempersiapkan untuk menjual atau menikahkan siri putrinya lagi.
"Sudah jangan membahas Neng terus, pasti nanti dia pulang, katanya kita akan membeli mobil, ayo kita ke showroom mobil!" ajak Ayah Asep kepada istri barunya.
"Waah Akang memang yang terbaik, tunggu aku ambil tas dulu."
Setelah lima menit, mereka keluar rumah. Neng bersembunyi di samping rumah terduduk lemas karena mendengar ucapan Ayah Asep.
"Akang kuncinya aku simpan di bawah keset ya."
"Iya, biasanya aku juga menyimpan kunci disitu."
Setelah Ayah Asep dan istri barunya keluar rumah dan pergi menggunakan motor berboncengan. Neng mengambil kunci rumah dan membuka pintu, dengan pikiran yang kosong dan bingung Neng masuk rumah. Melihat seisi rumah yang dulunya semua peralatan sangat sederhana sekarang terlihat mewah dan banyak barang ekektronik modern.
Neng masuk kamarnya, setelah ada di dalam kamar ternyata semua barang juga sudah di ganti, dengan corak berwarna pink dan terlihat gerli. Hanya satu yang tidak berubah yaitu lemari kayu jati milik Neng dan semua barang-barang Neng masih terlihat rapi. Neng hanya mengambil ijasah dari SD, SMP dan SMK yang masih tersimpan di map warna coklat serta Neng mengambil foto usang dirinya bersama Ibu kandungnya saat masih SMP. Neng keluar rumah, mengembalikan kunci di bawah keset, berjalan keluar gang naik ojek pergi dari desanya tanpa tahu akan kemana tujuan yang akan dituju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus bahagia
2022-11-16
1
RATNA RACHMAN
dasar bapak bajingan😡
2022-10-23
2
botak
tuh kan,....udah biasa disana,nikah kontrak,beres kontrak nikah kg,bgtu ajaa ampe kiamat🤣
2022-09-26
1