Sepanjang perjalanan mereka hanya saling bercanda dengan senangnya, toh ini cukup menyenangkan untuk melihat matahari mulai tenggelam dengan jalanan yang cukup banyak orang.
Sedangkan disisi lain saat ini Arthur telah tiba di mansionnya bersama dengan Bima tentunya.
''Tuan, bagaimana dengan daerah bagian barat ? saat ini sepertinya mereka tengah membuat kekacauan di sana.'' Jelas Bima dengan sangat serius.
''Tangkap mereka semua dan jangan sisakan satu orang pun nanti malam aku akan ke markas.'' Ujar pria tersebut lalu naik ke lantai atas begitu saja.
##########
''Kakak....''
''kakak dari mana saja kenapa menghilang begitu saja ?''
''Kami sangat rindu dengan kakak ayah juga masih di rumah sakit kami sangat kesepian.''
''Kakak ada pekerjaan jadi kakak nggak bisa terus di rumah di pekerjaan kakak kali ini kami di minta untuk tinggal disana.'' Jelasnya. Tiara tau betul jika adik-adiknya tersebut pasti akan dengan cepat memahaminya.
Randi mengangguk dengan cepat mengerti dengan apa yang kakaknya maksud karena semenjak kakaknya itu hilang mereka selalu makan enak bahkan saat ini mereka memiliki uang jajan yang banyak dan juga baju, sepatu, tas yang baru. Semua bagai mimpi baginya tapi di balik semua itu ada kakaknya yang berusaha mati matian agar dia merasakan semua hal tersebut.
''Kak, kakak pasti capek kan ? tenang kak nanti kalau kami sudah besar kami akan bantu kakak untuk mencari uang kak.'' Ujar Riko kali ini.
''Iya kak kami akan bekerja untuk kakak nanti, ''' Sahut Randi.
''Ya sudah ayo kita masuk ke dalam rumah ya.'' Ujar Tiara dengan semangat dan disana sudah ada seorang pelayan yang menyambutnya.
''Anda disini nyonya.'' Ujar wanita tua tersebut yang bernama bik Mina.
''Tolong jangan panggil aku dengan sebutan nyonya ya bik, panggil saja nona jika tidak langsung saja panggil Tiara atau Ara, soalnya aku takut Randi dengan Riko jadi tau dengan kondisi kakaknya saat ini.'' Pinta Tiara.
''Baik nyonya eh maksud saya nona.'' Ujarnya.
''Terima kasih banyak bik.''
''hmm jika saya boleh tau dimana tuan muda nona ?'' Wajar saja jika mina bertanya seperti itu karena yang ia ketahui dari Husein jika menantunya itu akan beerkunjung kesini jika bersama dengan suaminya yakni Arthur.
''Hmm aku pergi sendiri bik, aku tidak bisa menahannya tadi juga aku sudah minta kepada Arthur tapi pria itu menyuruhku untuk pergi sendiri dia bilang dia yang akan bertanggung jawab jika tuan Husein bertanya mengenai hal ini.'' Jelas Tiara yang tampak diangguki dengan paham oleh Mina.
FLASHBACK ON
Hari ini Tiara sudah berencana untuk menemui adiknya jujur saja ia sangat khawatir pada dua adiknya. Ratna saja khawatir apalagi adik-adiknya yang masih kecil itu.
''Sepertinya aku harus menemui Arthur tapi bagaimana caranya ya ? ....'' Sejenak gadis itu memikirkan cara yang tepat hingga akhirnya Ratna yang muncul entah dari mana.
''Woi mikirin apa ? kreditan ya ?'' Tanya sahabatnya itu.
''Enggak tuh, lagi mikirin masa depan aja.'' Jawab Tiara dengan sangat santai.
''Sipaling masa depan.'' Ujar Ratna lalu berjalan ke arah pantri.
''Kamu mau bikin kopi ? untuk siapa ?'' Tanya Tiara dia punya firasat mengenai hal ini.
''Untuk pak bos dong.'' Tentu saja yang di maksud dengan bos disini ya Arthur tidak ada yang lain kecuali pria tersebut.
''Oh benarkah ? aku saja yang buat.'' Tawar Tiara.
''Ha tumben kamu aneh.''
''Nggak ada, intinya aku mohon padamu ya biar aku saja yang membuat dan mengantarkan kopinya ya soalnya ada yang mau kulihat.'' Ujar Tiara yang membuat Ratna mengerutkan keningnya.
''Apa yang mau kamu lihat ?''
''Tentu saja...tentu saja wajah tampan pak Arthur.''
''Hadeh, buat deh kopinya sana. Tapi ingat Ra jangan aneh-aneh pak Arthur itu sudah menikah.'' Peringat dari Ratna.
''Iya aku hanya mengaguminya saja.'' Jawab Tiara dengan santai.
Setelah itu ia membuat kopi dan berlalu pergi keruangan Arthur.
''Tok,tok,tok.'' Hanya suara ketokan pintu tapi tidak ada suara seseorang membuat Arthur segera melihat kearah pintu.
''Boleh kan aku masuk ?'' Tanya Tiara yang nyatanya dia sudah berada di dalam. Melihat sosok yang ia ketahui membuat Arthur tidak jadi mengeluarkan emosinya.
''Ini kopi buatmu Art...''Ujar gadis tersebut yang berjalan kearah pria tersebut.
''TAK.'' Tiara meletakkan cangkir kopi tersebut akan tetapi ia masih berdiri disana.
Hingga akhirnya pria tersebut kembali menatap kearah gadis tersebut seakan akan menanyakan 'ada perlu apa' tapi hanya melalui tatapan mata tanpa membuka mulutnya sedikitpun.
''Árt apakah bisa nanti sore sepulang dari kantor kita ke rumahku terlebih dahulu,aku ingin bertemu adik-adikku.'' Ujar gadis tersebut. Namun, seperti biasa tidak ada respon dari pria itu.
''Aku tidak bisa pergi sendiri, pak Husein memintaku jika ingin ke sana maka aku harus bersamamu.'' Tambah Tiara berharap jika pria tersebut mau mengerti dirinya.
''Aku sibuk.'' Hanya itu jawaban dari pria tersebut.
''Hmm jika begitu kira-kira hari apa kau tidak sibuk ? atau nanti bsok siang pada waktu istirahat, jika tidak malam hari aku akan menungg.....''
''Aku selalu sibuk.'' Jawab pria tersebut membuat Tiara hanya terdiam.
''Kenapa kau tidak punya hati ? aku berjanji akan sebentar dan itu tidak akan lama, aku sangat merindukan adik-adikku Art kumohon luangkan sedikit waktumu hanya sedikit ayolah kumohon Art....'' Gadis itu terus saja meminta pada pria tersebut namun tampaknya Arthur sama sekali tidak perduli.
''Aku sibuk, jadi jika kau ingin pergi saja sendiri.'' Ujar pria tersebut.
''BAIK AKU AKAN PERGI SENDIRI, KAU YANG BERTANGGUNG JAWAB !!.'' Ujar Tiara dengan nadanya yang sedikit tinggi lalu berlalu pergi dari ruangan tersebut.
Sesampainya diluar tanpa terasa air mata mengalir ke pipi gadis tersebut.
''Arthur bodoh.'' Umpatnya lalu berlalu begitu saja.
FLASHBACK OFF.
''Oh ya bik aku akan menginap disini karena tidak mungkin aku pulang ke mansion malam-malam sendirian.'' Jelas Tiara.
''Iya non memang lebih baik anda menginap saja, apalagi anda kan juga tidak bersama dengan tuan muda.'' Mina juga ikut menyetujui apa yang menjadi keinginan dari majikannya tersebut.
Sedangkan disisi lain tampaknya sebuah markas yang selalu saja menjadi tempat berkumpul dan rapatnya mereka ramai dengan pria-pria dengan tubuh tegap.
''Kali ini sepertinya akan banyak darah disini, kenapa mereka sangat suka mengganggu wilayah kekuasaan yang mulia, sama halnya dengan bunuh diri.'' Ujar salah satu pria yang berada di sana.
''Kau benar Jay kenapa mereka sangat suka untuk mengganggu dewa kematian sepertinya.'' Ujar pria putih itu.
''Hei Anton, Jay tidak bisakah kalian berdua untuk diam, kenapa kalian berdua selalu saja suka menggosip sepeti ibu-ibu.'' Kesal pria yang berperawakan sedikit lebih kecil dari yang lainnya.
''Iya iya kau juga sangat berisik Rey.'' Ujar Jay.
''Kau...''Geramannya tertahan saat melihat pintu besar itu akhirnya terbuka lebar menampilkan sosok pria tampan disana.
Dengan perlahan dan juga elegan pria tersebut berjalan bahkan yang mereka rasakan saat ini adalah suasana yang sangat mencekam.
''Bawa mereka semua masuk ke dalam tempat ini.'' Kali ini Bima yang berbicara saat melihat tuannya tersebut telah duduk di tempatnya.
Akhirnya di bawa masuk orang-orang yang telah di rantai dengan keadaan tubuh yang terluka.
''Saya mohon ampuni saya tuan,''
''Saya mohon tuan...''
Kata-kata tersebutlah yang keluar dari bibir orang-orang itu.
Tapi tidak ada yang berani berbicara disana karena masih menunggu bagaimana reaksi Arthur saat ini yang tampak hanya diam dengan menampilkan wajah yang merasa sangat bosan.
''Kalian minta ampun ? baiklah......''
''terima kasih tuan.''
''terima kasih tuan.''
Mereka sangat senang dengan apa yang dikatakan oleh pria tersebut hingga mereka melupakan satu fakta yakni pria tersebut adalah Arthur yang tentu saja bukan orang baik.
''Tapi tunggu di neraka.'' Tambah Arthur membuat orang-orang tersebut terdiam tanpa mengeluarkan kata-kata sedikitpun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments