''Kau jangan kepedean aku menyuruhmu menjaga kesehatanmu bukan karena peduli padamu akan tetapi aku tidak mau memilki istri yang penyakitan,'' ucapan Arthur berhasil menusuk ke dalam lubuk hati Tiara.
''Ehm ... baiklah aku mengerti aku tidak akan melakukan apa yang akan membuatmu di rugikan, baiklah aku mau tidur kamu bisa keluar dan pergi ke kantor.'' Pria tersebut terdiam sejenak menatap punggung istrinya yang telah membelakanginya. Dan setelah itu, pria tampan itu pergi meninggalkan wanita tersebut.
###########
Di rumah sakit yang sangat sepi tersebut Tiara hanya sendirian setelah pria itu meninggalkannya begitu saja.
''Kau harus bersyukur Tiara aku yakin dia masih perduli padamu walaupun dia tidak bisa mengingat dirimu.'' Ujar Gadis tersebut untuk menyemangati dirinya sendiri.
Dua hari berjalan dengan cepat sedangkan saat ini Tiara sedang bersiap-siap untuk segera pergi dari rumah sakit tersebut karena merasa tubuhnya sudah cukup baik untuk beberapa hari ini. Lagi pula ia merasa sangat kesepian jika terus berada di tempat tersebut.
''Kret.'' Suara pintu yang di buka perlahan dan tak lama kemudian sosok yang cukup familiar ada disana.
''Nyonya apakah anda telah siap jika sudah saya di perintahkan oleh tuan untuk mengantar anda.'' Ujar Bima dengan sopan. Laki-laki itu tau betul bagaimana cara memperlakukan perempuan terutama yang menjadi nyonyanya saat ini walaupun tuannya itu tidak perduli pada istrinya ini.
''Aku sudah siap jadi...kita bisa pergi sekarang itupun jika tidak merepotkan anda tuan.'' Tiara berkata dengan hormat mau bagaimana pun pria yang berada di depannya ini memiliki jabatan yang cukup tinggi di perusahaan tempatnya bekerja.
''Jangan panggil saya dengan sebutan tuan nyonya karena disini posisi anda jauh lebih tinggi dari pada saya, jika berkenan anda bisa memanggil saya dengan Bima saja.'' Jelas Bima.
''Tapi kau lebih tua dariku apa boleh jika aku memanggilmu kak Bima ?'' Tanya Tiara.
Bima tampak berpikir sejenak lalu kemudian mengangguk pelan.
''Saya pikir itu boleh saja nyonya.'' Ujar pria tersebut dengan tersenyum.
''Jika begitu maka kak Bima jangan memanggilku nyonya, panggil saja aku Tiara atau Ara bagaimana ?'' Ujar gadis itu dengan antusias.
''Itu saya tidak bisa nyonya.'' Ujar Bima.
''Baiklah tidak masalah, lagi pula itu hanya panggilan saja. Aku juga tidak ingin memaksa kak Bima tapi cobalah memanggilku dengan panggilan itu jika kita hanya berdua seperti ini kumohon kak...'' Bujuk Tiara.
''Jika hanya berdua saya pikir bisa nyonya, eh maksud saya Ara.'' Ujar pria tersebut dengan senyum kecilnya, Ternyata nyonya kecilnya ini cukup menarik dan berbeda dengan kebanyakan wanita yang akan langsung sombong jika memiliki posisi seperti gadis yang berada di depannya tepat saat ini.
''Terima kasih kak.'' Ujar gadis tersebut dengan senyuman manisnya.
''Ayo kita segera pergi kak, aku mulai bosan jika terlalu lama berada di rumah sakit ini.'' Lanjut Tiara, bagaimana tidak bosan jika setiap hari gadis itu hanya berbaring diatas tempat tidurnya setelah itu makan kemudian tertidur lagi.
''Ayo...'' Ujar Bima.
Mereka bersama-sama pergi menuju kearah parkiran mobil dan tampak dengan jelas mobil mewah terparkir disana.
''CEKLEK.''
''EH, anda ?'' Tanya Tiara yang cukup terkejut saat melihat sosok pria yang telah lama tidak mengunjunginya di rumah sakit setelah malam itu.
''Ya aku, kenapa kau duduk di depan ?'' tanya Arthur dengan tatapan dinginnya.
''Ha ?''
''Kenapa otakmu itu sangat lelet ya,kebelakang sekarang !.''Pintanya,
''I-iya.'' Tiara hanya mematuhi perintah dari pria yang berstatus suaminya itu.
Dengan perlahan gadis itu mendudukkan bokongnya tepat disamping pria tersebut akan tetapi masih memberikan jarak yang cukup bagi mereka.
Sepanjang perjalanan Tiara hanya terus memainkan jemarinya, ia sangat gugup dan bingung harus apa yang ia katakan pada pria tersebut apakah ia hanya perlu diam saja atau harus memulai pembicaraan pada pria yang saat ini tengah sibuk dengan benda pipih yang masih berada di tangannya.
''Ehm..anu Tuan..'' Panggil Tiara dengan suara yang sangat pelan bahkan sangat susah jika orang biasa untuk mendengar namun berbeda dengan Arthur dan juga Bima yang sudah terlatih untuk hal tersebut.
''Sa-saya benar-benar berterima kasih atas semua yang anda lakukan untuk saya jadi saya berjanji akan men...''
''Diamlah kau terlalu berisik.'' Potong Arthur membuat Tiara kembali merasakan sakit di hatinya. Apakah segitu tidak berartinya dia di depan pria tersebut.
Setelah mendengar ucapan Arthur yang tampak sangat tidak menyukainya gadis itu memutuskan untuk tidak mengatakan apapun lagi dan hanya diam menatap keluar jendela sepanjang jalan. Hingga beberapa saat akhirnya mereka telah sampai pada mansion besar milik pria tersebut.
Dengan cepat Bima membukakan pintu mobil untuk Arthur tapi pada saat ia ingin membuka pintu untuk Tiara gadis tersebut sudah membuka sendiri pintunya.
''Kembali ke kamarmu dan jangan mengikutiku.'' Ujar Arthur karena dari tadi gadis itu hanya terus terusan mengikuti langkah kaki milik ria tersebut.
''Baiklah saya mengerti.'' Dengan langkah pelan gadis itu perlahan menuju kamar yang ia tempati bersama dengan pria itu. Setidaknya Tiara masih ada harapan toh pria itu tidak memintanya untuk pindah kamar meskipun ia harus tidur di atas sofa yang berada di dalam kamar tersebut. Tapi sofa itu bahkan lebih empuk dari pada kasurnya yang ada di rumahnya dulu.
Karena lelah gadis itu memutuskan untuk berbaring diatas sofa yang memang sudah berada disana. Kan tidak mungkin jika sofa itu berpindah tempat.
''Kira-kira bagaimana keadaan ayah dan juga adik-adikku ya ?'' Gumamnya. Jujur saja ia merasa khawatir dengan keluarganya itu tapi kontraknya bersama dengan pak Husein melarangnya untuk menemui keluarganya jika tanpa Arthur. Tidak mungkin kan pria es batu itu akan mau mengantarnya dan menemaninya untuk pergi menemui keluarganya.
Hingga tanpa gadis itu sadari matanya perlahan mulai terpejam, dan pergi ke alam mimpi. Seperti biasa gadis itu tampak bermimpi buruk bahkan saat ini tubuhnya telah mengeluarkan keringat yang cukup banyak.
''Tidak.!!.'' Teriaknya dengan cepat.
Gadis itu dengan cepat membuka matanya dengan nafas yang memburu seakan-akan dia baru saja berlari dengan cepat dari suatu tempat. Tapi tanpa gadis itu sadari sepasang mata terus memperhatikannya dari atas kasur dengan tatapan mata dingin dan juga tajam.
"Kenapa tidurpun kau masih sangat berisik ha!" Ujar pria itu yang tampak kesal.
"Ya namanya mimpi mana bisa ku pilih." Jawab gadis tersebut yang entah kemana rasa takutnya saat ini.
"Kau.." Ujar pria tersebut yang tampak marah tapi masih berusaha untuk di tahannya.
"Iya kenapa denganku ?" Jawab Tiara lagi.
"Gadis gila" Padahal pada saat pulang dari rumah sakit gadis itu masih sangat takut dengannya tapi kenapa sekarang sangat berani padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments