..."Melupakan seseorang yang telah memberimu banyak kenangan indah adalah hal yang sangat suit. Tapi, jika itu yang terbaik, relakanlah."...
disebuah rumah sakit besar tampak Tiara sedang berbicara oleh salah satu bagian administrasi disana.
"mbak apakah tidak ada keringanan"
"maaf mbak ini memang sudah ketentuannya, anda memang harus membayar biaya perawatan untuk ayah anda"
"tapi saya belum punya uang segitu mbak"
'bagaimana ini ya Allah jangankan bayar rumah sakit makanpun susah'
"memang berapa biayanya mbak?"
"semuanya berkisar 24 juta mbak sudah termasuk obat, biaya penginapan dan juga penanganan dokter"
"24 juta mbak itu nggak salah kan ya?"
"tidak mbak pak Ahmad juga melakukan operasi, jadi biayanya memang seharusnya segitu"
mendadak muka Tiara pucat sedangkan perbulan saja gajinya hanya berkisar 2 juta bagaimana mungkin ia dapat membayar biaya rumah sakit ini.
'tenang Tiara semua pasti bisa dilalui ini demi ayah'
"i...itu sudah semuanya mbak"
"iya mbak dan juga biaya ini hanya di hitung sampai hari ini"
"maksudnya bagaiman mbak?"
"biaya permalam disini sekitar 1.500.000"
Tiara membulatkan matanya terkejut mendengar perkataan dari perawat ini.
" te..terima kasih mbak"
keringat dingin muncul di dahinya menandakan bahwa ia sedang berpikir keras tentang penyelesaian dari masalahnya ini.
"kau tidak boleh menyerah kau harus bisa Tiara"
akhirnya dengan langkah yang sedikit semangat ia mulai menapaki jalanan perlahan tapi pasti ia mulai menanyai setiap toko yang ada di tepi jalan. Dalam hati Tiara sudah menanamkan pada dirinya sendiri untuk tidak pernah kalah dari kenyataan yang ada. tidak ada sama sekali waktunya untuk beristirahat bahkan hanya untuk duduk sekalipun. Tiara mulai menekuni semua pekerjaan yang ia bisa mulai dari pelan restoran, bantu mengaduk semen, hingga memikul barang barang berat semua ia lakukan.
malam semakin larut kini Tiara mulai duduk diatas kursi didekat taman dilihatnya didalam kantong kresek yang sudah ia bawa. Didalamnya terdapat berbagai macam recehan. perlahan ia mulai menghitung uang yang ada didalamnya dan setelah itu mendadak ekspresinya menggelap.
"200, 220,225,...,565 hanya segini uang yang aku bisa dapatkan dalam sehari"
setelah mengatakan itu ia mulai menyandarkan dirinya kepada kursi itu lalu meletakkan tangan kanannya menutupi matanya, terlihat tetesan air mengalir di pipinya.
"hiks aku gagal"
tangannya sudah penuh oleh banyaknya luka disana sini sedangkan penampilan lainnya jangan ditanya sudah seperti seorang gelandangan.
"apa aku harus menjual rumahku?"
perlahan ia membuka tangannya yang menutupi matanya tersebut. jika seseorang melihatnya pasti orang itu akan langsung tau jika wanita tersebut baru saja menangis.
"tapi terlalu banyak kenangan ibu disana? tapi kalau aku tidak menjualnya bagaimana dengan ayah...oh ya Tuhan"
setelah mengatakan itu Tiara lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar. jika ditanya kenapa Tiara tidak meminjam uang itu semua karena ia juga tidak mempunyai teman yang kaya raya. ia juga sudah mencoba untuk meminjam uang dikantornya akan tetapi pihak kantornya juga tidak mau meminjamkan uang kepadanya dengan alasan bahwa uang yang ingin dipinjam dengan Tiara terlalu banyak.
setelah berpikir keras akhirnya dengan berat hati ia memutuskan untuk menjual rumah mereka.
akan tetapi sesampainya di rumah ia dikejutkan dengan banyaknya laki laki berjas di sana seingatnya ia sama sekali tidak pernah berurusan dengan orang orang itu. Merasa tidak ada kesalahan yang Tiara perbuat dengan berani ia mendekati kepada para pria itu yang berada di teras rumahnya.
"maaf tuan tuan sedang apa kalian di rumah saya? sepertinya tuan tuan sekalian salah alamat"
"apakah anda bernama Tiara"
Tiara mengerutkan dahinya bingung karena ini sudah sangat malam tapi kenapa ada orang orang ini di teras rumahnya dan lagi mereka juga mengetahui namanya serta alamat nya apakah mereka penjahat.
"ya saya sendiri ada apa?"
sebenarnya Tiara agak takut untuk mengakui dirinya sendiri tapi ia sudah pasrah mau mereka orang jahat atau tidak toh kalau mereka orang jahat mereka pasti langsung menangkapnya kan? sekarang Tiara tidak mau berpikiran negatif dulu"
"nona harus ikut dengan kami"
"eh kalian kok aneh sih tiba tiba nyuruh ikut ikut aja saya kan nggak kenal dengan kalian jadi jangan berpikir aneh aneh atau saya akan teriak"
"tidak nona kami hanya diperintahkan oleh pak Husein untuk menjemput anda"
"pak Husein? kalian kenal dengannya?"
"iya nona beliau adalah bos kami saat ini beliau ingin bertemu dengan anda"
Tiara tampak berpikir sejenak ia takut nanti jika ternyata mereka memiliki niat buruk padanya apalagi ini sudah larut malam bukan.
"anda tidak perlu khawatir nona kami sama sekali tidak mempunyai niat buruk pada anda lagi pula anda tidak akan semobil dengan kami anda akan menaiki itu, supirnya juga seorang wanita jadi anda akan merasa nyaman kami hanya akan mengikuti dari belakang"
" baiklah aku akan ikut dengan kalian"
kali ini Tiara mencoba untuk mempercayai perkataan pria itu dan iapun mulai menaiki mobil yang ditunjuk oleh pria itu. hanya satu kalimat yang terlintas di kepala Tiara saat menaiki mobil mewah itu yaitu 'barang mahal'.
setelah sekian lama diperjalanan akhirnya mereka sampai di rumah sakit. sontak ia segera berpikir kenapa ia di bawa kesini.
setelah keluar dari mobil itu Tiara langsung mengikuti langkah kaki pria tersebut yang ia ketahui namanya Joko.
"maaf tuan Joko kenapa kita kesini"
"iya nona karena tuan besar sedang di rawat disini"
"owalah kupikir beliau sudah sembuh"
tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka yang ada hanya keheningan. akhirnya mereka sampai di depan ruangan itu yang tampak megah sehingga Tiara pun tidak menyangka akan ada ruangan seperti ini didalam sebuah rumah sakit.
'krek'
pintu dibuka perlahan oleh Joko memperlihatkan ada seorang pria tua yang sedang duduk di kasurnya yaitu pak husen. melihat Tiara datang Husein tersenyum lebar.
"assalamualaikum halo pak bagaimana kabar anda?"
"waalaikumussalam Tiara keadaan bapak buruk di rumah sakit ini"
"kenapa pak ?"
"yah kau tau sendiri makanan rumah sakit itu hambar tidak enak belum lagi banyak dokter yang berisik"
pak Husein menjelaskan dengan nada kesal.
"ayolah pak itu kan demi kebaikan anda hehehe"
"baiklah itu masih bisa saya terima huh"
mendadak pak Husein menghembuskan nafas dalam dalam seakan akan ingin menyampaikan sesuatu kepada Tiara.
"bapak mau ngomong apa dengan Tiara ngomong aja pak Tiara nggak akan marah kok"
" begini Tiara mau tidak menikahi anak bapak"
" hah pak? Tiara tidak salah dengar kan menikah?"
"iya menikah Tiara, bapak ingin kamu menikahi anak bapak dan menjadi bagian dari keluarga bapak"
"tapi pak..."
"Tiara saya mohon sama kamu, saya ingin diakhir hidup saya dapat melihat anak saya itu menikah dan saya percaya jika hanya kamulah orang yang tepat hiks hiks"
air mata mengalir dari kedua mata tua itu membuat Tiara semakin tidak tega tapi bagaimana lagi ia hanya mencintai satu orang apakah aku bisa mencintai orang lainnya jika menikahi anak pak Husein.
melihat Tiara yang masih ragu Husein dengan cepat mengeluarkan kartu utamanya ia yakin kali ini Tiara pasti tidak akan menolak.
"tapi pak saya tidak bisa menikahi anak bapak jika tanpa cinta"
"saya yakin cinta itu akan ada nanti dan juga Tiara dengan kamu menikahi anak saya maka saya akan menjamin untuk pengobatan ayah anda dan juga penyekolahan adik adik mu"
Tiara membulatkan matanya mendengar penuturan dari pak Husein.
"bisa beri waktu untuk saya berpikir sejenak pak?"
"boleh tentu saja"
setelah itu Tiara menuju ruangan tempat ayahnya berada dan setelah itu ia membuka hpnya yang retak di layarnya itu dilihatnya disana ada foto ia bersama ayah dan juga kedua adiknya.
'aku akan egois jika aku menolak tawaran dari pak Husein huh..biarlah kali ini aku berkorban agar mereka dapat hidup bahagia dan lagi dia telah melupakanku ada baiknya kalau aku sudah harus menghapusnya dari hatiku........maafkan aku Art ini sudah batasku untuk menunggumu'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments