..." meskipun aku diam dan tak perduli percayalah bahwa ada hati yang ikut tersakiti "...
suara hujan kembali terdengar deras dan juga tubuh wanita itu semakin dingin seakan akan kehidupan mulai menjauhi dirinya.
"BIMA TIDAK BISAKAH KAU MENYETIR DENGAN LEBIH CEPAT !!!"
Arthur terus menatap kesal kearah bima yang sedang menyetir sedangkan tangannya menggenggam dengan erat tubuh gadis itu untuk memberikan kehangatan. Mata Arthur kembali melirik ke arah Tiara.
"Kau tidak ku perbolehkan untuk mati camkan itu!!"
flashback on
langkah kaki pria itu terhenti saat akan ingin melangkah lagi dadanya terasa sesak. Ia merasa ada sesuatu yang sangat penting di belakang. Hujan perlahan mulai kembali datang dengan derasnya.
'ada apa dengan ku?'
"tuan hujannya semakin deras kita harus segera ke mobil jika tidak anda akan kehujanan"
ia mencoba berjalan pelan kemudian angin menerpa tubuhnya seketika pria itu langsung menoleh kearah belakang merasa ada sesuatu yang telah menunggunya.
ketika ia melihat kebelakang bola matanya membesar yang ada di belangnya seorang wanita yang sudah terbaring dilantai dengan hujan yang terus menerpanya akan tetapi wanita itu sama sekali tidak bergeming.
'deg'
dengan cepat pria itu berjalan kemudian berlari kearah wanita itu tanpa memperdulikan hujan yang menerpa tubuhnya.
segera ia menggenggam tangan wanita itu dengan erat. Tampak raut khawatir di wajahnya.
"heiii..bangunn!! ini perintah buka matamu!!"
ia terus berteriak kepada wanita itu akan tetapi wanita itu sama sekali tidak merespon.
perlahan ia menggendong wanita itu dan membawa kedalam mobilnya dengan cepat.
"BIMA KE RUMAH SAKIT SEKARANG!!!"
FLASHBACK OF
"hei kau harus bertahan...."
Arthur menggenggam erat tangan Tiara seakan akan tidak ingin untuk melepaskannya. sedangkan Bima ia merasa terkejut baru kali ini ia melihat tuannya seperti ini.
sesampainya di rumah sakit para dokter telah menunggunya karena Bima sudah menghubungi pihak rumah sakit sebelumnya.
"AKU TIDAK MAU TAU , DIA HARUS SELAMAT ATAU KALIAN YANG AKAN KU BUAT HANCUR!!"
Arthur mengancam dokter dokter yang akan menangani Tiara
semua alat di pasang pada Tiara terutama alat bantu pernafasan. Setelah sekian lama akhirnya pria itu keluar dari ruangan itu.
"bagaimana keadaannya?"
"syukurlah tuan untuk saat ini keadaannya sudah mulai stabil, kita hanya tinggal menunggu untuk wanita itu sadar"
"kalau tidak sadar bagaimana?"
"maka kami tidak bisa menjamin keselamatannya tuan karena dia akan mengalami fase kritis"
"SIALAN!! APA GUNA KALIAN HAH?"
Arthur memegang erat kerah baju dokter tersebut.
"sudah tuan anda tidak boleh terbawa emosi"
Arthur menatap tajam kearah bima seakan akan memberi tau untuk tidak ikut campur dalam urusannya.
"sa..saya mengerti tuan, tapi jika kita membuat keributan disini maka nyonya pasti akan merasa terganggu"
Arthur melepaskan kerah baju dokter itu secara kasar kemudian mengusap wajahnya mencoba untuk berpikiran jernih.
sedangkan bisa yang berdiri disampingnya merasa bingung dengan tingkah dari tuannya itu.
'ada apa dengannya ? selama aku menjadi asistennya baru kali ini aku melihat raut wajahnya dan juga prilakunya seperti ini'
Bima merasa bingung karena tuannya itu bukanlah jenis manusia yang akan menghawatirkan orang lain bahkan pada saat Husein terkena serangan jantung pun ekspresi pria ini tidak berubah sedangkan dengan seorang wanita yang baru saja menjadi istrinya itu ia tampak sangat perduli. Tidak mungkinkan jika seorang Arthur Alexander langsung jatuh cinta pada pandangan pertama itu mustahil bukan?.
tanpa.disadari senja telah berganti malam dan malam telah menjadi fajar itulah waktu yang telah berlalu akan tetapi belum ada tanda tanda bahwa wanita yang terbaring itu membuka matanya.
"tuan..bukankah sebaiknya nada beristirahat dulu"
Bima memberanikan diri untuk berbicara kepada Arthur yang saat ini hanya terus berdiri memperhatikan seorang yang masih terbaring itu dengan kaca sebagai pembatasnya.
tidak ada jawaban dari pria itu ia masih saja diam seribu bahasa.
'ting'
sebuah notif dari benda pipih yang dipegang oleh Bima membuat ekspresi terkejut dari pria blasteran Amerika itu.
"tuan ada sedikit masalah"
perlahan ia mendekati Arthur lalu membisikkan sesuatu setelah mendengar apa yang disampaikan Bima ekspresi Arthur sama sekali tidak berubah ia masih memperhatikan wanita itu. Setelah beberapa saat ia membalikkan badannya menjauh dari ruangan tersebut diikuti oleh Bima dibelakangnya.
"letakkan 10 pengawal untuk berjaga jaga disekitar kamarnya"
ucap Arthur sambil melirik kearah ruangan tempat Tiara di rawat.
"baik tuan"
setelah itu mereka berlalu begitu saja dari rumah sakit tersebut.
sedangkan di tempat lain...
"kumohon art buka matamu...art tidak aku mohon hiks jangan seperti ini hiks kumohon sadarlah"
seorang gadis tengah memangku pria yang bersimbah darah terutama bagian kepalanya.
gadis itu terus menangis menggoyang tubuh pria itu namun sama sekali tidak ada respon dari pria tersebut.
"hahaha semua ini kesalahan mu Tiara...kau terlalu lemah untuk melindunginya dan dia bukanlah ditakdirkan untukmu ..kau seharusnya tau itu"
ucap seorang wanita dengan pukulan bisbol ditangannya yang sudah dilumuri darah.
"TIDAK KAU PENIPU!! KAU PENGHIANAT!! KENAPA KAU SANGAT JAHAT ? AKU MEMBENCIMU!!"
Tiara berteriak kearah gadis tersebut sambil memeluk lelaki yang sudah bersimbah darah itu dan hujan mulai turun dengan lebatnya dapat ia rasakan tempatnya saat ini duduk sedang bergetar perlahan tebing yang ia tempati runtuh dan akan menjatuhkan mereka kelaut yang dingin jika mereka tidak segera pindah dari sana.
walaupun begitu Tiara tidak langsung pergi namun dengan sekuat tenaga ia memeluk erat pria itu. Sedangkan, wanita tadi sudah melarikan diri bersama anak buahnya setelah tertawa puas melihat bahkan alam pun menginginkan agar tiara dan pria itu terjatuh kedalam air laut.
dengan segala usaha Tiara mencoba membawa pria itu dan dirinya untuk menjauh hingga tinggal sedikit lagi ia dapat melangkahkan kakinya di tempat yang aman akan tetapi tanah yang dipijaknya mendadak ambruk. Tiara tampak sangat panik dan akhirnya ia sudah mengikhlaskan bahwa dirinya dan pria itu akan jatuh ke dalam dinginnya laut.
'mungkin hanya sampai sini..'
'plak'
ia merasakan dorongan dari belakang tubuhnya dan membuatnya dapat sampai ke tempat aman dengan panik ia menoleh kearah yang mendorong nya seorang pria dengan senyuman di bibirnya serta darah di sekitar tubuhnya mulai terjatuh kedalam dinginnya air laut.
"aku mencintaimu titik kecilku"
'byuur'
ucapan pria itu sebelum jatuh dan hilang didalam lautan.
"TIDAKK....HIKS HIKS"
Tiara terbangun dari komanya dengan nafas yang tercekat ingatan lama itu selalu menghantuinya. Air matanya mulai mengalir saat mengingat kenangan bersama pria itu.
"hiks hiks ibu..."
"hei kau kenapa menangis titik?"
tanya pria dengan kasarnya.
"hiks ibu..i..bu ku te..telah pergi hiks"
tanpa aba aba pria itu langsung memeluk gadis tersebut.
"huwa....."
bukannya diam akan tetapi gadis cantik itu malah semakin menangis sedangkan pria itu mulai panik melihat tingkah gadis tersebut. akan tetapi, ia hanya membiarkannya sampai gadis dipelukannya itu dapat menenangkan dirinya.
"sudah puas jadi berhentilah menangis kau terlihat jelek"
"hiks, hiks, hiks"
"astaga"
pria itu memegang kedua pipi gadis tersebut lalu mendekatkan wajahnya.
"kau hanya boleh menangis untuk hari ini besok kau harus kembali bahagia"
"ti..tidak mau hiks itu sulit hiks"
"aku tidak butuh pendapatmu, ini perintah!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sasa Snack
mulai tersentuh nich artur..
2024-03-10
1
Surtinah Tina
masih bingung....
2024-02-28
2