Langkah kaki ini tak tahu sampai kapan bisa berpijak, tangan ini pun sampai kapan bisa meraih apa yang ada di depan mata.
Senyum ku ini akan aku bawa hingga dari ujung kepala roh ini di cabut. Aku akan bawa bahagia ini sampai maut itu datang, aku akan bawa kenangan indah ini sampai mata tertutup.
Chika pun berjalan keluar dari Bandara, rasa sakit masih dia tahan untuk tetap sampai pada rumah nya.
Terlihat sebuah motor datang tepat berhenti di depannya, Kang Bagyo menjemput Chika dengan motor tua milik peninggalan Almarhum kakeknya.
" Maaf tadi macet, nunggu lama ya? " Ucap Kang Bagyo.
" Chika belum lama kok Kang." Ucap Chika langsung duduk berbonceng di belakang.
Motor pun lalu melaju pergi meninggalkan Bandara, di dalam perjalanan tubuh Chika tak kuat lagi menahan sakit, namum Chika tetap mencoba untuk bertahan.
" Kang, apa kita bisa berhenti di suatu tempat?" Tanya Chika.
" Kamu ingin berhenti dimana?"
" Antar kan saya ke makam Ayah sama Ibu."
Kang Bagyo pun mengantarkan Chika ke makam kedua orang tuanya sebelum sampai di rumah nya.
Motor pun berhenti, di depan pintu gerbang makam, Chika dan Kang Bagyo pun berjalan menuju ke makam kedua orang tua Chika.
" Assalamu'alaikum Ayah Ibu, maaf Chika baru sempat datang kemari. Tapi doa Chika untuk Ayah dan Ibu tidak pernah berhenti."
Chika pun mengusap pusara kedua orang tuanya, air mata pun menetes membasahi kedua pipinya.
" Ayah Ibu, Chika memang merasakan sangat singkat bahagia bersama kalian, sangat singkat tertawa bersama kalian. Mungkin suatu saat kita akan bisa tertawa kembali, bila waktu itu tiba. Dan Chika pun sudah siap bila waktu itu tiba, Chika sudah merasakan lega selama ini Chika suka berbagi cerita dengan kalian. Dan perasaan Chika pun sudah Chika ungkapan dan walau bersambut kita tak mungkin bersatu." Chika mengusap air matanya, lalu memandang ke arah Kang Bagyo.
" Kang, bila suatu saat Chika meninggal Chika minta di makamkan di tengah - tengah makam Ayah dan Ibu. "
" Kamu ngomong apa Chika,jangan bikin Kang Bagyo melow."
Chika meneteskan air matanya, dan mengusap air mata yang membasahi kedua pipinya.
" Kang, Chika nggak tahu sampai kapan umur Chika ini, dan Chika pun tak tahu bulan depan atau tahun depan Chika masih bisa menatap pusara Ayah dan Ibu. Mungkin Chika sudah terbalut kain kafan dan tertutup tanah. Chika minta Kang Bagyo jangan ceritakan ini sama Nenek, mungkin keinginan Nenek tidak akan pernah terwujud. " Ucap Chika.
" Kamu bicara apa Chika? "
Hiks.. hiks... hiks..
" Chika sakit Kang, Chika kena kanker otak stadium 3,sebenarnya Chika ini sakit tapi Chika berusaha untuk kuat dan menahan rasa sakit ini. Kang Bagyo sudah lihat kan perubahan nya, kulit Chika, dan lihat rambut Chika yang sudah mulai menipis."
Hiks.. hiks.. hiks..
" Ya Allah Chika hiks.. hiks.. hiks.. kenapa kamu harus sakit seperti itu, kenapa harus kamu Chika hiks.. hiks. hiks.. " Ucap Kang Bagyo sambil terisak.
" Chika sudah tenang, Chika sudah lega bisa bertemu lagi dengan Om Tentara. Tapi dia memang tak pernah bisa Chika gapai, cinta kita bersambut namun tak pernah bisa bersatu. Tapi Chika bahagia, Chika bisa menyentuhnya kembali."
******
Setelah mendapatkan nomer ponsel dari Sarah, Rio mencoba menghubungi Chika, namun lagi - lagi nomer ponsel Chika tak menyambung.
" Kenapa nomer kamu mati Chika." Ucap Rio frustasi.
Aaaarrrrggggghhhh
" Kenapa saya jadi kayak orang stress gini sih."
Rio kembali menatap photo Chika dan dirinya, senyum terukir di wajah tampan pria tinggi berkulit sawo matang.
" Pertemuan yang menyedihkan."
******
" Kamu makan yang banyak Chika, kamu makan sedikit sekali." Ucap Nenek Utami saat makan malam bersama.
Kang Bagyo menatap Chika, dan tiba - tiba Kang Bagyo menangis dengan sambil memasukan nasi kedalam mulutnya.
" Kamu kenapa Bagyo? " Tanya Nenek Utami.
Hiks.. hiks.. hiks..
" Nggak apa - apa Nek, saya hanya ingat saudara saja." Jawab Kang Bagyo.
Chika hanya diam dan tetap melanjutkan makannya, walau sedikit merasa sangat tak nafsu makan.
******
Chika membuka ponsel nya, terlihat banyak panggilan masuk hingga 200 panggilan tak terjawab saat mengaktifkan ponsel nya.
" Nomer telepon siapa sampai banyak seperti. ini? " Ucap Chika dan mencoba menghubungi kembali.
" Nomer yang anda tuju di luar jangkauan."
Chika menaruh kembali ponsel nya, dan memilih merebahkan tubuh nya di atas tempat tidur.
******
" Monica, Papi minta kamu lepaskan Rio, dari awal papi nggak sreg sama Rio. Papi nggak suka punya menantu Tentara, sudah tugas pindah - pindah, dan kamu tahu Papi dari dulu ingin kamu menikah dengan Rully, tapi apa kamu malah tetap ingin menikah dengan Rio, dan kamu janji kalau Rio itu pensiun dari pekerjaan dan meneruskan perusahaan Papi, tapi apa jawaban Rio, dia cinta dengan pekerjaan nya, dan kamu menikah malah dengan pria yang status sosialnya nggak jelas anak dari seorang pe******ur."
" Tapi Bang Rio itu baik Pap, saya mencintai dia. Dia seperti itu karena papi selalu menyudutkan dia. Mulai dari anak seorang Pe******ur, Ayahnya koruptor, malah anak istri simpanan. Karena itu kan Papi malu sama rekan bisnis Papi, dan Papi memberikan syarat agar saya bisa menikah dengan Bang Rio asal mau berhenti jadi Tentara, itu saya yang bilang mau berhenti, kalau saya tidak bilang seperti itu saya nggak bisa menikah dengan Bang Rio." Ucap Monica.
" Monica, apa kamu nggak ada pria lain, kamu saja kenal Rio baru 1 bulan nikah, dan Papah tahu itu asal usul dia saat kamu kenal kan Rio, papi tolak tapi kamu memaksa, dan sekarang apa suami kamu saja Dinas jauh terus, untuk cuti saja tidak."
" Bagaimana mau cuti karena Papi selalu memojokkan nya, apalagi Bang Rio dimata Papi tak sederajat."
*****
" Dokter, pasien nama Chika selanjutnya." Ucap Suster
Monica diam dan menatap lurus ke arah pintu ruangannya.
" Chika ada disini sekarang, saya berhadapan dengan cinta pertama Bang Rio. Bagaimana kalau suatu saat Bang Rio tahu Chika sakit, dan pasien saya, apakah Bang Rio akan meninggalkan saya dan memilih Chika disaat rumah tangga kami yang tak jelas statusnya." Ucap Monica bergumam dalam hantinya.
" Baik suruh dia masuk." Ucap Monica.
Suster pun memanggil Chika yang sedang menunggu di luar, dan jantung Monica seakan berdetak kencang tak seperti biasanya.
******
" Rio." Sapa Nugroho.
" Hey, saya buru - buru mau kasih laporan dulu."
" Saya ingin bicara sama kamu tentang Chika."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Enung Nur Hayati
dr Monica lebih baik cerai am rio...trs rela kn buat chika 😀😀😀
2022-03-02
3
Reenyy Yuny Setianie
Selalu bikin penasaran lanjut terus.....
2022-03-02
2
Ibu yeni
kasihan cikanya ya nasib nasib lanjut
2022-03-02
2