Rio menatap lekat wajah Chika yang kini sedang menatap nya, wajah yang sangat dirinya rindukan.
" Seandainya saat itu Adek tahu perasaan apa yang Om punya, kenapa Om tak ingin membalasnya saat itu. Om tidak mau suatu saat nanti kamu kecewa, apalagi berharap menunggu Om dan kalau boleh jujur saat itu Om suka sama kamu."
" Apakah karena Chika saat itu masih kecil?"
Rio menganggukkan kepalanya, dan tersenyum ke arah Chika.
" Om nggak mau saat itu mengganggu sekolah kamu, dan nggak mau menggantung kamu, jalan kamu masih panjang masih ingin senang - senang, Om tidak ingin merampas kebahagiaan kamu saat itu. Dan itu semuanya adalah alasan Om kenapa saat itu tidak menjawab nya. "
" Perasaan Om saat ini bagaimana? "
" Jujur rasa nya sama seperti yang kamu rasakan, ingin bertemu sama seperti kamu, tapi Om tak bisa karena saat ingin menemui kamu Om selalu tak punya waktu untuk pergi jauh, karena saat itu Om dapat tugas di luar pulau belum Satgas luar negeri, dan kembali tugas di tempat lain."
" Cincin yang melingkar? " Tunjuk Chika.
Rio menatap Cincin tersebut, dan tersenyum kecut pada cincin yang melingkar di jari manis nya.
" Maaf untuk ini."
Chika berusaha tersenyum, dan menahan sesak di dada karena menahan tangis.
" Makasih Om, sudah bilang jujur dan Chika tak bertepuk sebelah tangan. Kedatangan Chika kemari pun tidak mengecewakan, sekarang Chika lega Om.
" Apa kita bisa jadi Sahabat Om? " Tanya Chika dengan mata berkaca - kaca.
Rio menatap ke arah Chika, terlihat Chika menunjukkan jari kelingking nya.
" Maaf kan Om Chika, jujur Om juga mencintai kamu dan Om minta maaf kalau sekarang Om sudah ada yang punya."
" Chika tahu Om, makannya kita Sahabatan ya."
Rio tersenyum, dan tahu melihat Chika yang sedang menahan tangis.
" Kita Sahabatan." Ucap Rio menautkan jari kelingking nya pada jari kelingking Chika.
*****
Chika memberikan jaket yang di pinjamkan oleh Rio kemarin malam, Rio pun menerima jaket itu.
" Om makasih, Chika nggak akan pernah melupakan dimana hari bersama Om. Janji Chika saya nggak akan mengejar Om lagi." Ucap Chika sambil tersenyum.
" Apa kamu akan pulang Chika?" Tanya Rio.
" Saya akan kembali Om, saat ini Chika ingin bersama orang yang Chika sayangi. Chika ingin habis kan waktu bersama Keluarga Chika." Jawab Chika.
" Beri waktu untuk bersama, walau kita salah apa bisa kita jalani kesempatan ini?"
" Kita kan sekarang Sahabat Om, kita sudah berikrar."
" Ijinkan untuk sekali saja Om peluk kamu boleh?"
Chika menganggukkan kepalanya, dan Rio pun menarik tubuh Chika dan memeluknya.
" Sebelum kamu pergi, biar Om memeluk kamu."
Chika pun mengeratkan pelukan nya, begitu pun juga Rio mengeratkan pelukan nya.
Chika mencoba melepaskan pelukan Rio, dan Rio pun melonggarkan pelukan nya.
" Maaf Ya Om, Chika nggak mau merusak rumah tangga Om. Chika hanya ingin hati ini nggak memiliki beban, dan kalau seperti ini Chika bisa tenang."
" Om yang minta maaf, selama ini tidak bisa menjaga hati."
" Kita memang tidak berjodoh Om."
*****
Rio memeluk jaket nya, di dalam kamarnya. Matanya memerah menahan tangis, dan begitu sangat sakit pertemuan kembalinya.
" Maaf kan Om Chika, cinta kamu begitu besar tapi Om tidak bisa menjaga hati ini, Maaf kan Om Chika, maaf kan. "
*****
" Kamu Serius akan langsung pulang?" Tanya Sarah.
" Iya sarah, saya akan pulang besok. Sesuai janji saya setelah tahu dia yang sekarang, saya akan pergi jauh."
" Kamu benar - benar akan melupakan Om Rio?"
" Saya akan lupakan dia, sekarang dia milik orang lain. Dan Sarah.. " Ucap Chika terpotong.
" Kenapa Chika? "
Chika menarik nafasnya panjang, dan menatap lurus ke kedua mata Sarah. Lalu tangan Sarah dia arahkan ke rambut Chika.
" Tarik rambut saya. " Perintah Chika.
" Maksudnya? "Ucap Sarah.
" Tarik rambut saya."
Sarah menarik rambut Chika, dan saat melihat tangannya terdapat rambut sebanyak yang dia tarik.
" Chi - Chika ka - kamu? "
" Saya sakit Sarah, saya sakit parah. Ini alasan saya ingin bertemu dengan Om Rio."
" Kamu sejak kapan begini Chika?" Tanya Sarah dengan mata yang berkaca - kaca.
" Beberapa bulan ini, dan kamu tahu kanker otak saya sudah stadium 3,dan lihat perubahan kulit saya. Besok mungkin saya sudah botak dan kulit terbakar atau saya tidak bisa lagi berjalan."
" Nggak Chika kamu pasti sembuh." Sarah langsung memeluk tubuh Sahabat nya.
" Kamu harus sembuh, saya selesai kontrak dari sini kamu harus sudah sembuh kita tertawa bareng, kita jalan - jalan bareng, dan kamu harus menyaksikan saya menikah." Ucap Sarah dengan berlinang air mata.
" Untuk itu saya nggak janji, tapi di setiap doa saya sampai di penghujung usia, doa terbaik untuk Sahabat saya."
******
Suara ponsel bergetar, Rio pun segera mengangkat ponsel tersebut.
" Apa kabar, kamu tidak pernah lagi menghubungi saya? "
" Baik, ada apa lagi?"
" Kapan kamu akan cuti?" Tanya seorang wanita dari seberang.
" Saya nggak akan ambil cuti." Jawab Rio.
" Kedua orang tua saya berharap kamu bisa datang di hari ulang tahun pernikahan mereka."
" Apa masih menganggap saya menantu, di saat harga diri saya di injak - injak. Saya mencintai kamu, tapi kamu tidak pernah ada di pihak saya. Saya selama ini pertahankan semuanya demi kamu, demi cinta saya sama kamu, tapi apa karena saya tidak bisa memberikan kamu apa - apa, hanya cinta yang saya punya, saya bukan orang yang untuk di atur - atur, biar saya berjalan sendiri, dan kamu pikirkan lagi, menginginkan pernikahan seperti apa."
" Meraka seperti itu tak ingin anaknya tak bahagia, meraka hanya ingin yang terbaik."
" Sudah lah, saya akan sempatkan pulang, bila kamu lebih memilih suami kamu."
Rio pun menutup panggilan telepon nya, dan memejamkan matanya.
******
" Chika, kamu saya antar." Ucap Sarah.
" Nggak usah, saya pulang sendiri saja. Saya tunggu kamu di rumah." Ucap Chika.
" Kamu strong, kamu harus sembuh."
" Makasih ya, kamu adalah Sahabat terbaik saya."
Lalu Chika mengambil sebuah gulungan kertas dan di berikan pada Sarah.
" Apa ini? " Tanya Sarah yang membuka gulungan kertas tersebut.
" Berikan itu pada Om Rio, katakan padanya saya sudah tidak dapat lagi melukis dengan sempurna, ini saya lanjutkan di rumah dan lihat warna yang keluar jalur karena mata saya tidak berfungsi normal." Ucap Chika.
" Kamu ada pesan lagi untuk Om Rio?"
" Katakan padanya, terima kasih sudah memberikan kenangan terindah di saat pertemuan kembali dan pertemuan terakhir." Ucap Chika.
" Saya akan sampaikan ini pada Om Rio." Ucap Sarah.
" Saya pamit."
Sarah dan Chika pun saling berpelukan, tangis Sarah pun membuat Chika ikut menangis.
" Sudah akh, kamu itu saya kan mau pulang, seperti kita tidak bertemu lagi saja."
" Saya sedih bukan karena berpisah, tapi sakit kamu yang membuat saya ingin menangis terus."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Maru Lita
sedih banget sampw nangua aq nih....
2023-08-29
1
Desyi Alawiyah
huaaaaa 😭😭😭😭
2023-05-07
1
Yuli Caca
di part awal aq ketawa² sendiri bacanya liat tingkah konyol chika, giliran sekarang malah nangis berlinang² air mata.
2023-02-26
1