Menjelang subuh seperti biasa Tio terjaga lebih dulu, sedikit terkejut karena mendapati tubuh keduanya hanya di tutupi selimut.
Sheeeer,
Jantung Tio kembali memacu, saat menyadari paha istrinya menyentuh bagian keris yang terjaga di pagi hari seperti ayam jago akan berkokok, menyambut hangatnya sang mentari.
Tio mengusap punggung telanjang istrinya, sentuhan sempurna yang Tia rasakan sangat nyaman saat Tio semakin mendekap.
Sengaja Tio menggesekkan keris pamungkas di bawah sana, agar Tia terjaga.
"Hmmmm Aa," rengekan manja putri Aditya kembali terdengar.
Perlahan pria berwajah tampan itu me n a iki Tia yang masih te ng kur ap, mengarahkan kerisnya sambil mencari titik empunya sarang.
Seperti cerita Beny, "jika diminta nggak akan di kasih, lebih baik hajar weeeh kapan mau,"
Tio menemukan titik itu mengecup lembut tu buh istri yang sangat me ng ga i rah kan, perlahan tapi pasti walau sulit menerobos akhirnya Tia terjaga mengizinkan semua terjadi dengan ikhlas dan indah.
Rengekan tiap rengekan membuat perasaan keduanya semakin kuat, rasa cinta yang tak pernah terucap akhirnya keluar saling bersahutan saat permainan di pagi buta membangkitkan semangat baru untuk mereka menjalani pernikahan sesuai rencana keluarga.
Tia ikhlas menerima Tio sebagain suami yang berprofesi sebagai perawat, begitu juga sebaliknya.
Tio menerima ikhlas Tia sebagai istri berprofesi sebagai Mayor AD Koppasus sewaktu waktu akan menjalankan tugas meninggalkannya.
"Masih sakit?" tanya Tio saat pertempuran kedua selesai lumayan lama.
"Hmmmm sedikit seeeh, perih aja yang tersisa," jelas Tia.
"Di kamar mandi udah Aa tarok antiseptik, nanti berendam saja di bathtub, udah Aa campuri air hangat," jelas Tio.
"Biar cepat hilang rasa perihnya, nanti malam Aa obati lagi," kekehnya mendekati Tia masih meringkuk di balik selimut.
Perlahan Tia, mencoba berjalan walau sangat perih, Tio bergegas menggendong istrinya agar tetap nyaman di dekatnya menuju kamar mandi. Meletakkan perlahan tubuh indah itu kedalam bathtub secara perlahan.
"Aa nggak usah kerja yah? izin sakit aja, nanti kita minta surat dokter barengan," jelas Tia.
Deg,
"Bakal sering sering berkunjung ni," kekeh Tio dalam hati tersenyum bahagia.
"Hmmm rencana, Aa pengen pulang. Rumah ada di bersihin nggak?"
Tio masih membantu Tia membersihkan bagian ehem menggunakan antiseptik sesuai yang dia pelajari. Agar rasa perih saat setelah berhubungan berkurang, hingga memberikan kenyamanan bagi pemilik empunya ehem.
"Ada, 2 hari lalu," jelas Tia.
"Kami bersihin kulkas, sekalian belanja aja. Buat stok, kemaren neng beli cemilan. Neng nggak nyangka Aa pulang lebih cepat! Neng pikir 2 hari lagi karena komandan Juan bilang lumayan alot masalahnya. Makanya Neng lemes, rupanya Aa udah disini," wajah Tia tersipu malu menerima sentuhan kecil dari tangan Tio sangat telaten merawatnya.
"Iya, tapi Aa nggak bawa uang pulang sekarang," jujur Tio dengan wajah sedih.
"Hmmmm nggak apa apa! toh uang neng ada kok, kemaren tunjangan profesi baru masuk. Cukuplah, buat makan lumpia," kekehnya.
"Oooogh ya? mau beli sama mamangnya sekalian?" goda Tio.
"Iya, biar Aa yang jual,"
Canda tawa keduanya semakin terdengar keluar kamar.
Membuat Aditya dan Nancy tersenyum lega, saat mendengar sayup sayup anak menantu ada di kamar mandi yang sama.
"Iiiighs bener kata Bapak kan Bu? anak anak itu kalau di biarin berdua di kamar 3 bulan saja, udah deh, pasti jadi. Nggak ada yang nggak jadi. Tuh buktinya, mereka udah di dalam kamar mandi berdua," jelas Aditya.
"Iya, sama kayak Bapak dulu. Di kurung baru mau nyentuh, kalau nggak! jangankan nyentuh, ngelihat saja nggak mau," kenang Nancy.
"Yaaah gimana mau nyentuh, kegiatan Bapak banyak Bu. Ibu tau sendiri, kita di jodohkan, nggak ada perasaan, tiba tiba mesti satu kamar. Tapi kan cuma 1 bulan, bukan kayak anak gadis mu, udah 4 bulan mereka nikah, malah belum di apa apain Nak Tio, dosa!" goda Aditya di puncak hidung Nancy.
Mereka berpelukan mesra, setidaknya perjodohan tidak seburuk yang mereka bayangkan. Toh jika kita mampu menjalani dengan ikhlas, semua akan bahagia dengan tumbuhnya rasa sayang dan cinta secara bersamaan.
🌹🌹🌹
Matahari mulai bersinar cerah, menyinari Kota Paris Van Java dengan sinarnya. Tio menemani Tia lari pagi di depan rumah Aditya setelah menunaikan kewajiban keduanya.
Jam menunjukkan pukul 06.10 waktu setempat, cuaca masih sangat dingin. Tia menghitung kecepatan untuk lari 800 meter. Lumayan melelahkan bagi Tio karena dilakukan 5 kali bolak balik.
"Neng aja yah, Aa tunggu di sini," ucap Tio memilih duduk di pinggir jalan sambil melihat Tia berlari maraton.
Tia hanya mengacungkan jempol tanpa bersuara.
Teng teng teng,
Bubur ayam pagi melewati kediaman Aditya.
Tio masih melihat bibik tengah sibuk menjemur pakaian, sesekali melirik ke arah menantu Aditya.
"Bi, mau bubur ayam ngga?" tanya Tio.
"Mau Nak Tio, sebentar bibik ambilin mangkok dulu," ucap bibik berlalu mengambil beberapa mangkok untuk sarapan pagi mereka.
Dari kejauhan mobil Angkatan Udara memasuki perkarangan Aditya.
Bibik yang tengah berjalan keluar berpapasan dengan Abdi putra tampan Keluarga Aditya yang enggan memiliki istri.
"Eeeh Aa Abdi," sapa bibik lembut, menerima tangan sang putra majikan yang selalu mencium punggung tangan bibik.
"Bagaimana Tia? udah sembuh? aku khawatir," jelas Abdi melihat adiknya sudah semakin mendekat ke arah seorang pria di luar perkarangan, kemudian berlalu masuk ke dalam rumah.
"Aa, siapa?" tanya Tia pada Tio.
"Nggak tahu, Angkatan Udara," jelas Tio.
"Oooogh Aa Abdi, hayuuuk neng kenalin," ajak Tia masuk ke dalam.
"Ni bubur ayam?" tanya Tio menunjuk ke arah gerobak yang menunggu sejak tadi.
"Tuh bibik," tunjuk Tia.
Tio memberi uang pada bibik, mengikuti langkah Tia masuk ke rumah, untuk berkenalan dengan sang abang ipar.
Abdi masih sibuk dengan kegiatannya, hingga belum pernah bertemu dengan adik bungsu setelah dia menikah. Bahkan saat resepsi 2 bulan lalu dia belum sempat pulang karena sesuatu hal. Ini kali pertama dia bertemu dengan adik ipar pilihan Bapak dan Ibunya.
"Assalamualaikum,"
Tio dan Tia masuk bersamaan, melihat keluarga menyambut hangat Abdi pulang ke rumah.
"Aa Abdi," sapa Tia.
Abdi menoleh, "Mutia!"
Abdi memeluk tubuh adiknya menatap Tio dengan sangat ramah.
"Maaf, Aa belum bisa pulang kemaren. Baru sekarang di kasih cuti," jelasnya.
"Haiii," sapa Abdi ramah mengulurkan tangan kekarnya pada Tio.
"Ya Aa, Tio!" ucapnya memperkenalkan diri.
Mereka saling bercengkrama penuh kerinduan, tak ayal Tio hanya menjadi pendengar, sesekali Tia melirik ke arah suaminya dengan tersipu-sipu.
Bibik mengantarkan bubur ayam, ke hadapan keluarga majikan dengan hati bahagia.
"Kalau Nak Abdi pulang udah bisa nikah ni," goda bibik.
"Gimana mau nikah bik, jodohnya belum ketemu!" kekeh Abdi merangkul Tia.
"Udah, sama Deny aja. Dari dulu dia kesengsem sama Aa. Aa aja yang ogah ogahan, dia baik lhoo," jelas Tia.
"Nggak ada gitu, dokter, model atau artis geulis," kekeh Abdi lagi.
"Nggak, Ibu nggak suka artis yah Abdi!" tolak Nancy.
"Lah kenapa Bu? kalau artis kan enak kita masuk televisi terus, jadi bapak nggak perlu cari chanel lain, hanya melihat berita aku aja," goda Abdi membuat Aditya terkekeh geli.
Mereka menghabiskan waktu lebih kurang 2 jam bersama, hingga kembali ke rutinitas awal.
To be co n ti nue...
Mohon dukungan Like dan Vote pada karya ku, jangan lupa comment yah...🙏
Khamsiah.... Hatur nuhun....🤗🔥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Pemenang YAWW 9 😴🤕
di kurung dulu dalam sangkar...😂😂😂🔥🔥🔥
2022-03-19
1