Sepulang dari dinas di Rumah Sakit TNI, Tio bergegas masuk ke kamar mandi melakukan ritual seperti biasa. Dia pulang pukul 16.00 waktu Bandung dan lanjut melaksanakan sholat ashar. Tio pria tampan berkulit putih. Dia juga sangat rajin beribadah. Hanya itu yang bisa membuat hati selalu tenang dalam menghadapi masalah apapun, tapi tidak untuk perjodohan gila ini, batinnya.
Evi menatap putra kesayangannya, membawa baju kemeja putih dan celana bahan yang telah dipersiapkan dari tadi siang.
"Baru siap sholat kasep?" Evi meletakan hanger kemejanya di gantungan kamar Tio.
"Hmmm," Tio mengusap wajahnya, menyalami punggung tangan syurganya.
"Ambu, bisa ceritakan kenapa aku dijodohkan sama wanita itu. Aku tidak yakin bisa Ambu," jelas Tio masih menundukkan wajahnya.
"Tio, itu pesan Abah nak. Almarhum abah yang berpesan sebelum dia menutup mata pada Pak Aditya," jelas Evi mengusap lembut pipi putra kesayangannya.
"Apa Ambu punya hutang pada keluarga beliau?" tanya Tio penasaran.
"Tidak Tio, Ambu nggak pernah punya hutang. Mereka yang berhutang sama kita. Berhutang nyawa. Makanya sampai sekarang mereka tetep baik sama kita," jelas Evi.
"Kan kamu tau Abah meninggal saat konflik dulu! Jadi yaaah, janji Pak Adit sama Abah. Ambu nggak tahu persis," jelas Evi mengusap lengan putranya.
"Bagaimana kalau aku nggak bahagia Ambu?" rundung Tio.
"Berdo'a!" jawab Evi tersenyum.
"Kamu nginap disana? atau pulang kerumah? jika kamu mau dirumah ini, Ambu pulang ke Cianjur. Biar kamu rawat rumah kita sama istri kamu. Kasih Ambu cucu yang banyak, biar Abah senang. Ambu juga bisa mengurus cucu," senyum Evi pada Tio.
Tio merebahkan kepalanya dipaha Evi.
"Kenapa Abah menjodohkan aku Ambu? Kenapa nggak tunangan dulu, atau gimana gitu? malah langsung nikah, aku jadi bingung.Takut gagal, iya kalau cakep, kalau jelek sifatnya gimana?" sungut Tio mengusap paha lembut sang ibu.
"Bapaknya baik, ibunya baik, pasti anak gadisnya juga baik, yang pasti kamu harus pinter, sayangi istri kamu. Bahagiakan dia lahir dan batin. Insyaallah, orang baik dipertemukan dengan orang baik," jelas Evi mencium kening putranya.
Evi merogoh kantong bajunya mengeluarkan kotak cincin kawin dia berikan pada Tio.
"Nanti malam kamu sematkan ke jari manis istri kamu," senyum Evi.
Tio memeluk erat tubuh ibu yang selama ini membesarkannya sangat sabar hingga saat ini.
"Makasih Ambu. Aku akan membawa dia kerumah kita. Aku nggak mau tinggal sama mertua. Lebih baik aku disini," jelas Tio.
Evi mengangguk tersenyum. Mengacak kasar rambut putranya.
"Kamu udah makan?" tanya Evi.
"Hmmm belum sore ini! Siang aku makan bareng Beny," jelas Tio.
"Ya, Ambu bersiap yah. Jam 19.00 ajudannya menjemput kita," jelas Evi.
Tio mengangguk mengerti. Dia hanya membayangkan wajah istrinya.
"Seperti apa wajahnya? apakah dia cantik atau bahkan menyebalkan," batin Tio.
Tio akan membawa istrinya tinggal bersama dikediamannya. Tidak mewah sangat sederhana, tapi mampu memberikan kebahagiaan disini. Evi selalu merawat rumah peninggalan Almarhum suaminya. Dirumah sederhana ini juga Tio tumbuh menjadi seorang perawat yang selalu ditugaskan bersama pasukan elite TNI AD.
⌛Tepat pukul 19.00 waktu setempat, Tio sudah rapih menunggu ajudan sang jendral yang akan menjemput dikediamannya. Tio memiliki kendaraan roda empat hasil kerja kerasnya yang terparkir digarasi dan ditutupi selimut. Hari hari Tio hanya menggunakan motor vario. Baginya menggunakan motor akan lebih cepat sampai, daripada harus melewati kemacetan Kota Bandung yang semakin meningkat.
Tok tok tok, Tio membuka pintu.
"Assalamu'alaikum Mas. Bapak minta saya menjemput Mas Tio sama Ibu," jelas Ajudan Aditya.
"Wa'alaikumsalam, ya. Kita menunggu ibu dulu sebentar," jelas Tio.
"Apakah Mas nggak bawa travel bag?" tanya Ajudan lagi.
"Hmmm," Tio tertegun,
"Ntar aja deh, saya berencana membawa pulang putri bapak," senyum Tio pada ajudan Aditya.
Mereka bergegas menuju kediaman Pak Aditya. Lumayan jauh, karena kemacetan semakin memperlambat perjalanan menuju kediaman Aditya. Sepanjang perjalanan Tio menatap keindahan kota Bandung. Jujur saat ini perasaan Tio hanya bisa pasrah. Jika ini memang sudah menjadi takdir terbaiknya demi membahagiakan orang tua.
⏳ Setengah jam perjalanan tibalah Tio dan Evi dikediaman Pak Aditya dan Ibu Nancy. Tio disambut hangat oleh Aditya di kediamannya. Rumah lama tak begitu mewah dihadiri beberapa keluarga inti Aditya berada disana.
"Assalamu'alaikum besan," senyum Evi memeluk Nancy istri Aditya.
"Wa'alaikusalam besan," jawab Nancy dan Aditya serempak.
"Kita langsung kedalam saja," jelas Aditya membawa Tio bersamanya.
Evi sangat mengenal keluarga mereka, berbeda dengan Tio. Aditya membawa Ibu dan anak itu ke taman yang sangat sejuk dan indah memandang kota Bandung dari ketinggian.
"Bagaimana pekerjaan kamu?" tanya Aditya mempersilahkan Tio duduk menikmati keindahan malam yang sangat sejuk dan alami.
"Baik Pak," senyum Tio sungkan.
Aditya memanggil istrinya untuk segera membawa putri mereka menyambut suami dan ibu mertua putrinya.
Aditya dan Nancy memiliki dua orang buah hati. Anak pertama mereka adalah Abdi Atmaja yang bertugas di kesatuan Angkatan Udara yang tidak menetap di Bandung, melainkan di perbatasan Indonesia. Anak kedua mereka adalah seorang putri Cut Mutia yang telah dinikahkan sejak usia empat tahun disebabkan satu kecelakaan dipertempuran yang menewaskan sahabat Aditya.
Bambang Santoso adalah sahabat Aditya yang berprofesi sebagai seorang reporter. Mereka bersahabat sejak berusia 20 tahun. Meniti karier di dunia yang berbeda. Hingga akhirnya bertemu di didaerah konflik setelah beberapa tahun tidak bertemu. Ternyata pertemuan mereka kala itu menjadi pertemuan terakhir bagi keduanya. Bambang Santoso meninggal saat menolong Aditya, kemudian berpesan agar menjaga anak dan istri diakhir masa kritisnya. Aditya berjanji kala itu dihadapan Bambang akan menjodohkan kedua anak mereka. Tentu disambut senyum bahagia oleh Abah Tio sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Mata Tio berkaca kaca seketika mendengar cerita Pak Aditya walau hanya garis besar dihadapannya.
"Jangan menyesal yah. Abah kamu orang baik. Dia telah menyelamatkan saya," kenang Aditya.
Tio semakin tak kuasa menahan tangisnya, dia semakin terisak, bagaimana tidak dia kehilangan sosok seorang ayah sejak usia tiga tahun. Dibesarkan oleh seorang ibu yang hanya berkerja sebagai pengrajin daerah. Terkadang ramai pembeli, terkadang sepi. Tapi dia mampu membesarkan seorang Tio hingga menjadi putra tampan sampai usia 26 tahun.
Aditya menepuk pelan pundak Tio.
"Putriku baik, dia sangat mandiri, tapi manja. Aku yakin dia akan menjadi istri yang taat dan patuh pada mu. Kau pria yang baik Tio. Sama seperti ayahmu," senyum Aditya menghibur Tio disela sela menanti putri bungsunya.
Tio dan Aditya menikmati secangkir teh mint hangat, dan makanan berat sate kelinci yang dipesan langsung oleh keluarga ini. Tio sangat menikmati hidangan yang dipersiapkan oleh mertua terbaiknya. Jantung Tio semakin berdegub kencang perutnya terasa mules dan semakin gelisah. Pria tampan ini, merasakan perasaan bercampur aduk. Berkali kali dia menelan salivanya. Begitu banyak pikiran negatif yang menari nari dikepalanya.
"Ya Allah, kuatkan aku," batinnya mengusap pelan wajah tampannya berulang kali.
🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖
Kita visual dulu yuuuuukz Aa-nya Tia dan Ibunya Tio.
Nama: Paskhas Abdi Atmaja
Usia: 29 tahun
Pekerjaan: Pasukan Khas Angkatan Udara
Status: Single
Karakter: Tegas, penyayang, lebih friendly dan setia.
Berdarah Aceh Sunda
Hubungan dengan karakter lain: Abang Tia, Putra pertama Adtiya dan Nancy.
Nama: Almarhum Bambang Santoso.
Usia: 45 tahun sebelum meninggal
Pekerjaan: Reporter
Status: Suami Evi Kartika
Karakter: Baik, setia kawan dan penyayang.
Berdarah Sunda
Hubungan dengan karakter lain: Ayah Tio, Sahabat Aditya Atmaja.
Nama: Evi Kartika
Usia: 54 tahun
Pekerjaan: Pengrajin UMKM
Status: Istri Almarhum Bambang Santoso
Karakter: Lembut, tegas dan sabar.
Berdarah Sunda
Hubungan dengan karakter lain: Ibu Tio, Mertua Tia, Sahabat keluarga Aditya Atmaja.
_____________***********
Semoga suka yah sama visualnya...😘😘
Mohon dukungan Like dan Vote pada karya ku, jangan lupa comment yah...🙏
Setidaknya kalian penyemangatku!
Khamsiah.... Hatur nuhun....🤗🔥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Isnani Sulistiyaningsih
kak ini lanjutan dari merebut hati suami mayor pa bukan
nama2 nya sama tapi karakter Evi yg berbeda
2022-12-17
1
Ufika
😁😁😁😁😁 jadi kangen sosok ibu
2022-04-15
1
CUMAN PP YG RAMAH
agak susah dipahami tapi gasslah
2022-04-09
1