Tio mengacak asal rambut Tia.
"Sambil nunggu Mba Uli kita belanja aja yuuk? kamu bisa masak nggak?" tanya Tio mulai menekan pedal gas melajukan kecepatan meninggalkan kantor Tia.
Tia mendengus kesal karena rambut pendeknya di acak oleh Tio.
"Iiigsh, enggak! bisanya cuma buat sayur toge sama goreng ceplok kasih kecap." jawab Tia jujur merapihkan rambut kembali.
Tio terkekeh.
"Kelihatan anak Jendral jadi manja," ucap Tio.
"Iiighs aku bisa masak kali!" rengek Tia menepuk lengan Tio.
Tio hanya tersenyum tipis, sesekali melirik Tia yang berada di sampingnya.
"Hmm, mendingan kita ngomongnya Neng sama Aa kayak tadi, dari pada aku kamu," goda Tio.
"Ck jangan berharap lebih. Neng nggak bisa ada perasaan sama Aa," tegas Tia.
"Hmmm, wait and see," senyum Tio melirik lirih.
Mereka menikmati kemacetan Bandung sore hari sangat menyenangkan. Setidaknya sudah merasa nyaman lebih baik di banding harus jutek mulu, batin keduanya.
"Aa, kita nggak usah nikah deh! Kita temenan aja," rungut Tia.
Tio menghentikan mobilnya di pinggir jalan, kemudian menatap Tia lekat dengan wajah serius.
"Kamu beneran mau mengakhiri pernikahan ini? kenapa kamu nggak ngomong sama Bapak dan Ambu malam itu? kenapa kamu mesti ikut pulang terus nginap di rumah Aa?" tanya Tio.
Tia terdiam, bibirnya terasa terkunci. Tak ingin membayangkan kedua orang tuanya murka, Tia berusaha melunak kembali.
"Neng takut kita gagal Aa, Neng takut nggak bisa jadi istri yang baik buat Aa. Kita kan nggak saling cinta, nggak punya feeling. Tiba tiba kita nikah. Neng takut jadi janda," ucap Tia menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Kenapa kita nggak mencoba? kita baru berusaha deket, Aa nyaman sama Neng. Setidaknya kita coba jalani dulu. Aa juga takut gagal Neng. Tapi jika niat kita baik, pasti jalannya akan mudah," ucap Tio lembut.
Tia terdiam, mencerna semua ucapan Tio.
"Aa yakin nyaman? Neng biasa aja!" ucap Tia jujur.
Tio tersenyum, "setidaknya kita mencoba, jika sudah kita coba baru kita evaluasi lagi dan ambil keputusan," tegas Tio.
"Berapa lama?" tanya Tia ragu.
"Yaaah, selama ingin mencoba. Kita berusaha dan berdoa!" jelas Tio.
"Neng setuju nggak? Satu lagi, Aa takut sama sempi Neng. Kalau bisa tarok jauh jauh yah, trauma Neng," jujurnya mencoba tersenyum.
Tia mengangguk.
"Berarti Aa yang ngomong sama Bapak, tentang tadi pagi?" tanya Tia melirik Tio.
Tio menarik nafas dalam, menelan salivanya.
"Ya, Bapak datang tadi ke rumah sakit jam 10.00. Nanyain Neng gimana. Aa cerita, maaf yah," ucap Tio tulus.
Tia mengangguk kembali.
"Besok Neng kegiatan nembak yah. Pagi jam 07.00," jelas Tia di angguki oleh Tio.
"Neng bisa nyetir?" tanya Tio.
"Bisa, kenapa?" Tia kembali bertanya.
"Neng aja yang bawa mobil, Aa ke rumah sakit pake motor aja," jelas Tio.
Deg,
Tia berfikir ulang.
"Hmmm enggak aagh! Neng takut bawa mobil orang lain. Ntar kenapa napa Neng di marahin!" rungut Tia.
"Aneh, mobil suami sendiri di bilang orang lain. Gimana mau dapat chemistry!" kesal Tio menambah kecepatan memarkirkan mobil di salah satu supermarket.
Tia hanya tersenyum tipis, setidaknya dia berhasil membuat Tio kesal, senangnya dalam hati.
Tio mencabut kunci berencana keluar dari mobil, tapi Tia menahan lengannya.
"Jangan di sini Aa, kita cari tempat lain yah, please!" ucapnya memohon saat melihat Dony bersama kekasihnya.
Tio menyalakan kembali mobilnya, melihat arah mata Tia.
"Kenapa?" tanya Tio penasaran.
"Hmmm enggak pengen cari tempat lain aja." senyumnya masih menatap ke arah luar.
"Jujur, siapa?" tanya Tio semakin kesal.
Tia menatap lekat mata Tio, sheeer....
"Nggak jelek, tampan bahkan wajahnya sangat menawan." batin Tia menelan saliva, dengan tatapan yang tak berkedip.
Tio mendekatkan wajahnya, ada hasrat tak terbendung. Tio memberanikan diri mencium bibir Tia yang ada di hadapannya, cup.
"Huuufgh!"
Tia menyambut ciuman Tio yang sangat lembut.
Sheeer,
Ada perasaan yang berbeda bagi Tia menikmati ciuman dari Tio. Pelan Tio menahan tengkuk Tia memperdalam ciuman mereka.
"Aa!" ucap Tia pelan dengan suara pelan keluar dari bibir tipisnya.
Perasaan keduanya tiba tiba gugup tak karuan, timbul rasa penasaran bagi keduanya. Tio menyatukan keningnya.
"Maaf!" ucap Tio menelan kembali salivanya, mengusap lembut bibir Tia yang masih basah.
Tia menggigit bibir bawahnya pelan.
"Maaf Aa, ini bukan ciuman pertama Neng," bisiknya jujur.
Tio tersenyum, mengusap kepala Tia yang sudah sah menjadi istrinya.
"Setidaknya kita sudah mencoba," ucap Tio melajukan kecepatan mobilnya kembali menuju supermaket deket rumah.
Tia hanya diam sepanjang perjalanan tak ingin bicara, dia merasa ciuman kali ini sangat berbeda. Sangat lembut dan terasa nik*mat.
"Apa karena sudah halal yah?" batin Tia tersenyum sendiri tersipu malu. Wajahnya masih terasa panas.
"Benar, setidaknya sudah mencoba," tambah Tia membatin.
Tio menghentikan mobilnya.
"Disini ada mantan lagi nggak?" kekeh Tio menggoda Tia.
"Iiighs, sok tau!" kesal Tia berlalu keluar dari mobil menghindari tatapan Tio membuat jantungnya berdegup kencang 2 kali lipat. Melebihi latihan lari dan menembak.
"Mati aku, besok jadi nggak fokus ni!" kekehnya dalam hati.
Tio mengetahui Tia salah tingkah, mencoba menghampiri Tia, merangkul pinggang Tia.
Sheeer,
"Anjiiiis... kenapa aku jadi salting gini!" batin Tia menahan nafasnya.
"Kata orang kalau udah ciuman pasti pegang dad*a, habis itu akan terasa sakit membuat menjerit. Iiiighs ya Allah Gusti aku takut!" batinnya menjerit jerit tapi ada rasa penasaran.
"Salah nggak yah aku pengen ngelakuin itu? dosa nggak yah? gimana kalau aku jadi ketagihan seperti kata mereka yang minta lagi minta lagi. Ooogh tidaaaaak!" tambah Tia mengusap wajahnya asal.
Tio melirik ke arah Tia.
"Neng kunaon? masih mau ciuman lagi?" goda Tio kembali melirik.
"Iiighs apaan seeh? omes banget!" kesal Tia melepas rangkulan Tio pada pinggulnya, tapi Tio menahan tanpa peduli dengan Tia yang semakin menggeram.
"Jangan ngelawan kalau nggak mau jadi istri durhaka!" ucap Tio tapi nancep ke lubuk hati Tia.
Bagaimanapun Tio dan Tia sudah sama sama berhak atas keduanya. Tergantung mereka menjalaninya seperti apa jika tidak ingin di kutuk oleh kedua orang tua.
Tio akhirnya melepas rangkulannya, mengambil troli memasuki swalayan menyisiri tiap tiap rak.
"Neng mau beli apa? ambil aja," ucap Tio memilih beberapa makanan kesukaannya.
"Hmmm ini Neng lagi memilih," senyum Tia masih tersipu malu merasa terbang di awan.
Lama mereka berkeliling swalayan, tapi tidak ada tanda tanda panggilan telfon dari Uli ataupun Deny.
"Kemana mereka?" batin Tia.
Tio mengambil telor, kecap, mie instan dan beberapa minuman kaleng dan sayuran.
"Aa kayak anak kos," kekeh Tia.
"Ambu nggak ada, jadi nggak ada yang masakin," sindir Tio.
"Iiighs Neng bisa masak Aa," geram Tia menatap kesal ke arah Tio.
Tio hanya terkekeh.
Tiba tiba seorang pria beradu tatap dengan Tia.
"Mutia?" sapanya.
Tia terlonjak kaget, mendekat ke arah Tio mencoba menghindar.
To be co n ti nue...
Mohon dukungan Like dan Vote pada karya ku, jangan lupa comment yah...🙏
Setidaknya kalian penyemangatku!
Khamsiah.... Hatur nuhun....🤗🔥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Pemenang YAWW 9 😴🤕
siapose....🤔😌
2022-03-08
2