Di bulan ketiga pernikahan Perawat dan Mayor. Setelah mengadakan resepsi sederhana kedua keluarga, hubungan Tia dan Tio semakin memburuk, bahkan semakin tidak nyaman bagi keduanya. Mereka jarang menghabiskan waktu bersama. Tia di sibukkan dengan kegiatannya begitu juga dengan Tio.
Tia mengambil foto pernikahan di atas meja kerja. Menatap foto yang kaku tidak ada manis manisnya sebagai pasangan pengantin bahagia.
"Kenapa mesti nikah sih," batin Tia menunduk lesu.
Dia melihat map biru terletak di meja bertuliskan namanya. Tia melirik ke kiri dan ke kanan membuka map berisikan surat perintah dinas.
Segera Tia menghubungi Uli.
Nada panggilan tersambung,
📞"Ya Tia," Uli.
📞"Lo yang naroh surat dinas di atas meja gue?" tanya Tia.
📞"Hmmm," Uli.
📞"Serius gue, nggak mau aaaagh!" tolak Tia.
📞"Lah kenapa emang? kan enak Lo dinas bareng suami, ini kesempatan Lo sayang. Nggak akan datang dua kali," kekeh Uli.
Tia mendengus kesal,
📞"Hubungan gue lagi nggak baik!" jelas Tia.
📞"Emang gue pikirin! Lo aja yang jahat, nggak peka. Masak tiga bulan bareng, Lo ngasih punggung! suami tuh yah, butuh belaian, manja manja, jangan tiap malam Lo tidur bareng sempi neng geulis! Lo bego apa tolol seeh? pangkat aja Mayor, tapi begok," kekeh Uli.
📞"Lo tau dari mana?" kesal Tia.
📞"Hmmmm semua juga tau Tia, hubungan Lo sama Tio kayak gimana. Dosa neng, dosa!" nasehat Uli.
📞"Udah aaagh! yang penting gue nggak mau berangkat, titik!" tegas Tia.
Menutup telfon, meletakkan di meja.
Tia mencari nomor Tio mengirim pesan melalui whatsApp.
📨"Pulang jam berapa Aa?" Tia.
Tia meletakkan kembali handphone di atas meja, menatap lekat foto pernikahannya. Melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan menunjukkan pukul 16.00 waktu Bandung.
Sejenak terfikir untuk lari sore menjaga stamina, tapi di urungkan.
"Nembak aja deh," batin Tia.
Bergegas dia mengganti pakaian, merapikan seisi ruangan, mengambil kunci mobil di dalam laci, tiba tiba...
Tok tok tok,
Tia melihat sosok suaminya berdiri di depan pintu,
"Aa," sapa Tia sedikit kaget.
Tio menatap lekat wajah cantik alami milik istrinya, mencoba mendekat.
"Neng mau kemana? mau Aa antar?" tanya Tio.
Tia tertegun,
"Tumben," jawab Tia.
"Bukannya Aa sibuk?" tambah Tia.
Tio menarik nafas panjang, perlahan dia menatap wajah cantik itu kembali,
"Aa berharap, tapi..." ucapan Tio terhenti karena Komandan Juan memasuki ruangan Tia tanpa permisi.
"Siap Ndan," hormat Tia.
"Kamu besok nggak usah berangkat, karena ada tugas penyusunan strategi malam ini jam 20.00. Tolong tepat waktu, kita akan kedatangan tamu," tegas Juan.
"Siap Ndan," hormat Tia mengerti, melirik ke arah Tio.
Juan berlalu meninggalkan pasutri tampak kebingungan bahkan lebih dingin dari es batu. Mereka tidak lebih dari pasangan teraneh sejagad raya.
"Hmmmm kita makan aja yuuk, tadinya mau latihan," jelas Tia.
Tio mengangguk, menerima kunci mobil dari tangan Tia.
Mereka meninggalkan kesatuan menuju salah satu lesehan tidak jauh dari kantor.
Sebelum turun Tia menahan lengan Tio.
"Tadi mau ngobrol apa? kenapa nggak di lanjutkan?" tanya Tia sedikit penasaran.
Tio mengacak rambut Tia, mengajak istri yang masih gadis itu keluar.
Mereka memilih salah satu tempat untuk mojok lebih tepatnya.
Tia memesan beberapa menu makanan kesukaannya dan segelas ice lemon tea hangat.
Tio lebih memilih makanan sedikit ringan, karena dia baru selesai makan bersama Beny dan teman lainnya.
"Neng, Aa antar ke rumah Bapak dulu yah?" ucap Tio pelan.
Deg,
Sheeeer,
Tia tertegun, bagaikan petir di siang bolong yang siap menyambar rambut hingga membuat mati mendadak hangus terbakar.
"Kenapa?" tanya Tia kaget.
"Neng salah apa?" Tia semakin penasaran, hatinya tiba tiba terasa perih sedikit ada perasaan kehilangan. Takut akan status janda yang akan dia sandang sebentar lagi.
"Nggak lucu, gue janda rasa perawan," batin Tia.
Tio tersenyum, mengusap lembut punggung tangan Tia.
"Maafin Aa, besok jam 10.00 mesti berangkat dinas ke daerah konflik di bagian timur tengah bersama Dokter Rudi dan Beny. Jadi biar neng aman, neng nginap di rumah Bapak dulu," jelas Tio pelan.
Entah kenapa air mata Tia berlinang di pelupuk mata, menatap lekat wajah pria tampan di hadapannya.
"Berapa lama?" tanya Tia penasaran.
"Satu bulan, nanti rolling sama team kedua. Kami ke pelosok, nggak ada sinyal. Awalnya Aa nolak, karena mikirin neng. Kayaknya nggak bisa, makanya Aa berangkat dulu. Bulan depan udah di sini lagi," jelas Tio panjang lebar.
Tia mengusap pelan sudut matanya, membendung air mata yang akan meluncur bebas membasahi pipi mulus itu. Dia mengangguk mengerti, karena map di meja berisikan keberangkatan ke bagian timur tengah yang di batalkan oleh Juan.
"Neng nggak apa apa kan? Aa pergi dulu," tanya Tio meyakinkan.
Tia mengangguk.
"Malam ini neng masih tidur di rumah Aa kan? besok pulang kerja neng ke rumah Bapak," jelas Tia.
Tio mengangguk setuju, kembali tersenyum saat pesanan mereka telah terhidang.
Ada perasaan bersalah di hati Tia, teringat kembali nasehat Uli sahabatnya menyatakan selama tiga bulan Tia hanya fokus pada diri sendiri tanpa memikirkan Tio.
Pria baik di hadapannya selalu sabar menghadapi emosi dan kesalnya setiap ada masalah. Bahkan dia mau mengalah demi Tia bahagia.
"Apa aku terlalu egois? nggak pernah memikirkan perasaan suami ku sendiri," batinnya.
"Aa, boleh neng peluk nggak?" tanya Tia pelan.
Tio tertawa, memilih duduk di samping istrinya.
"Kenapa? kok tiba tiba minta peluk? biasanya menjauh, sekarang aneh," goda Tio.
Tia menepuk manja lengan Tio,
"Aa," Tia memeluk Tio tanpa malu atau jaga image siapa lebih dulu yang memulai. Baginya kabar keberangkatan Tio kali ini membuat hatinya merasa kehilangan.
"Sebulan itu lama lhoo. Kita udah sama sama selama tiga bulan, neng sedih," rengeknya di bahu Tio.
Tio mengusap lembut punggung istrinya, tersenyum senang. Ada perasaan lega, walau tidak pernah mengungkapkan perasaan cinta, tapi sudah mengetahui Tia sangat membutuhkan dirinya sebagai suami.
"Sabar yah? namanya juga dinas," bisik Tio pelan.
Tia mengangguk.
"Besok neng anterin atau gimana?" tanya Tia melepas pelukannya.
"Hmmmm kumaha engke wee lah. Biasanya di jemput ke rumah," jelas Tio.
"Oooogh,"
"Tungguin neng yah malam ini,"
Tia memberanikan diri menggenggam jemari tangan Tio yang berada di meja.
"Iya, udah makan. Nanti telat di marahin komandan," goda Tio kembali mengusap lembut kepala Tia.
"Bungkus aja, neng kenyang," rungut Tia manja.
Tio semakin tertawa, mendengar celotehan Tia semakin lucu baginya.
"Alhamdulillah, ternyata dia sudah mulai membuka hatinya untukku, walau belum sepenuhnya, yang penting dia butuh aku," batin Tio.
"Hmmmm,"
To be co n ti nue...
Mohon dukungan Like dan Vote pada karya ku, jangan lupa comment yah...🙏
Setidaknya kalian penyemangatku!
Khamsiah.... Hatur nuhun....🤗🔥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Senajudifa
kutukan cinta hadir...maaf baru bisa mampir
2022-05-31
0
Pemenang YAWW 9 😴🤕
takut juga di ceraiin🤭🤭
2022-03-14
1