Perjalanan dinas..

Pukul 03.30 dini hari kediaman Tio tampak sepi, sepasang suami istri masih terlelap di kamar mereka dengan posisi Tia berada di atas perut Tio pakaian sedikit terbuka. Tangan kiri Tia berada di dada Tio, sementara kepalanya di perut pria berstatus kan suami.

Terdengar sayup sayup suara wanita yang memanggil nama Tia dari arah luar, tapi belum ada jawaban yang berarti.

Sudah 10 menit Uli berada di depan rumah Tia dan Tio di temani Beny yang kini telah sah menjadi suami satu bulan lalu tanpa resepsi.

"Telepon deh sayang takut telat," bisik Uli agar tidak menggangu tetangga.

Beny masih ragu untuk menghubungi sahabatnya, karena keberangkatan mereka pukul 07.00 pagi waktu Bandung.

Tok tok tok,

"Tia," panggi Uli sedikit keras.

Tio meraba bantal di samping, mencari keberadaan Tia, ternyata badannya sulit untuk bergerak karena di tindih oleh tubuh wanita yang menangis tadi malam, karena belum bisa menjalani tugasnya sebagai istri sempurna.

"Tia, Mutia," terdengar suara Uli semakin jelas di telinga Tio.

"Ya," jawab Tio.

Tio mengusap lembut punggung Tia setengah terbuka. Ada desiran aneh saat dia menyentuh punggung lembut berwarna sawo matang mengusap penuh perasaan.

"Neng," kejut Tio masih melihat wajah cantik Tia.

"Hmmm," perlahan Tia membuka matanya, menatap Tio tengah meliriknya.

"Jam berapa Aa?" rengek Tia masih enggan membuka mata.

"Setengah empat, kayaknya Mba Uli sama Beny udah di depan," jelas Tio.

"Mandi gih," tambahnya.

Bergegas Tia terlonjak dari ranjang milik Tio, mendengar Uli sudah di depan pintu rumah mereka.

"Mati gue, janji jam 04.00,"

Tia membuka semua pakaiannya tanpa dia sadari kemudian masuk ke kamar mandi dengan tergesa-gesa.

Tio menatap keindahan tubuh itu. Sangat sempurna untuk di cicipi, tapi kapaaaan? batin Tio memberontak. Tio memperbaiki boxer dan baju kaosnya, berlalu menuju pintu ruang tamu.

Cekreeek,

Pintu terbuka lebar, terlihat Uli berpakaian dinas lengkap bersama Beny masih berpakaian rumah dan berwajah bantal.

"Sory, telat. Tadi malam tidur udah telat," cerita Tio mengucek matanya.

"Masuk Mba, Ben," ucap Tio berlalu ke dapur.

Tio membuatkan teh, mengolesi roti tawar untuk bekal Tia selama di perjalanan. Meletakkan ke dalam lunch box yang sengaja mereka beli beberapa waktu lalu.

Tio membawa beberapa potong roti dan dua cangkir teh untuk Uli dan Beny.

"Silahkan, sebentar yah? aku temuin Tia dulu," jelas Tio meninggalkan Beny masih meringkuk di paha Uli karena masih mengantuk.

"Lanjut, gue numpang tidur," ucap Beny mencium perut Uli tengah meneguk teh buatan Tio.

Uli menikmati teh buatan Tio dengan perasaan kagum. Sesekali dia memperhatikan Tio sudah menghilang dari hadapannya.

"Sebaik gini suami, malah di cuekin. Dasar teman begok," rungut Uli mengusap lembut kepala Beny masih meringkuk di perut tipisnya.

"Temen bebeb aja yang susah, masak tiga bulan nikah di cuekin. Ntar kalau Tio nemu cewek yang agresif baru nangis darah melas minta di ewek," kekeh Beny.

"Huuush, Tia tu masih takut sayang, dia takut sakit! kan emang sakit? berapa kali kita mencoba tetep aja aku teriak kamu malah nutup wajah aku pakai bantal biar nggak teriak lebih keras," cerita Uli.

"Tapi aku berhasil bebeb. Naaah mereka, ciuman aja kayaknya nggak berani deh," tawa Beny duduk menatap wajah Uli sang istri tercinta.

"Iiiiighs beda dong! mereka nggak pacaran, naaah kitah, pacaran dua tahun, putus enam bulan, baru nyambung lagi langsung nikah. Mereka? pacaran kagak langsung nikah! untung nggak setahun Tio di anggurin," kekeh Uli menyuapkan roti ke dalam mulut Beny.

"Hmmmm belain aja terus sahabat arogan kamu itu sampai kamu merasa senang," goda Beny.

"Iiiighs siapa yang bela sayang, aku juga sering nasehatin," jelas Uli.

"Hmmmm,"

Beny menikmati teh buatan sahabatnya, sesekali menggoda Uli tentu dengan sangat nakal.

.

.

Di dalam kamar Tio tengah melaksanakan sholat tahajud berjamaah. Setelah menunaikan kewajiban, Tia memeluk erat suaminya, bagaimanapun ada sedikit kerinduan yang akan dia rasakan saat mereka harus menjalani perjalanan dinas dalam kurun waktu yang lumayan lama.

"Maafin Neng, Aa," kecup Tia di pipi Tio.

Tio mengacak lembut rambut Tia, membalas dengan kecupan bibir untuk kesekian kalinya.

"Neng berangkat yah? Aa hati hati, kalau ada urgent hubungi Neng," jelas Tia beranjak untuk melipat mukenah.

"Iya, Aa udah masukin ATM dan kunci mobil di tas, kalau bisa bersihin rumah yah? kalau santai aja, minta bantu bibik," jelas Tio.

Tia mengangguk, mendekati tubuh suaminya. Jika di tanya perasaan, jujur belum tumbuh benih cinta, tapi rasa nyaman membuat perasaan ingin memiliki sudah semakin tinggi. Hanya saja rasa sakit yang dia dengar dari para sahabat sangat mengganggu pikirannya. Bahkan menghantui setiap waktu.

"Neng pulang kapan?" tanya Tio membantu Tia menyiapkan peluru sniper yang dililitkan di pinggang.

"Hmmm kayaknya di Cijantung dulu, Bapak masih di sana sampai acara selesai. Pokoknya Aa harus hubungi Neng," peluk Tia pada tubuh Tio.

Tio mengecup kening Tia, mengusap lembut punggung langsing itu menemani menuju ruang tamu.

Terlihat pasangan suami istri tengah beradegan panas, entah di sengaja atau tidak yang pasti perbuatan yang merusak iman, hehehe.

Tentu Tia menatap kesal pada Uli dan Beny, "maksudnya apa coba," batinnya.

Uli merapikan pakaian dinasnya, tersenyum tipis ke arah Tia dan Tio.

"Sory," hanya kata itu yang keluar dari bibir kedua sahabatnya itu.

Tio geleng geleng kepala atas perlakuan Beny pada istrinya, "hmmm, gue kapan yah?" tanya dalam hati.

Uli berangkat menuju Jakarta menggunakan mobil suaminya membawa Tia bersama. Sementara Beny mengambil tas miliknya dari dalam mobil melepas kepergian istri tercinta sebagai abdi negara. Kalau di tanya hati kedua pria itu, tentu sangat berat menerima kenyataan, tapi tugas negara lebih penting dari tugas ranjang.

Beny kembali masuk ke kediaman Tio menatap lekat punggung pria yang masih berdiri tegap di teras rumah.

"Masuk, kesambet lhoo," sindir Beny.

"****** Lo," kesal Tio.

"Nape Lo? semput yah?" tawa Beny semakin pecah meledek nasib sahabatnya.

"Hmmm gagal gue. Padahal udah hampir, malah di gampar. Sakit banget pipi gue," racau Tio membuat Beny terkekeh bahagia.

"Gue doain bulan depan bisa maksimal," jelas Beny.

"Kelamaan, keburu meninggal," ucap Tio kesal.

"Husssgh nggak baik, meninggal dalam keadaan perjaka lhoo. Kan nggak lucu Tia jadi janda perawan,"

Tawa keduanya semakin pecah tanpa menghiraukan tetangga yang terganggu sejak tadi. Secara, rumah mereka lumayan berdekatan walau halaman cukup luas.

Tio mengambil bantal untuk Beny, melanjutkan istirahat mereka sebelum perjalanan dinas menuju Timur Tengah.

"Ngapain Dokter Rudi bawa kita yah? padahal kita cuma perawat biasa, bisa di bawa jalan jalan ke daerah konflik. Maksudnya apa coba," gerutu keduanya.

"Ternyata pikiran kita sama yah? dasar Dokter aneh," kekeh Beny.

"Hmmm,"

Tio memejamkan mata walau sesaat melupakan wajah Tia yang terus membayang di kepalanya.

To be co n ti nue...

Mohon dukungan Like dan Vote pada karya ku, jangan lupa comment yah...🙏

Setidaknya kalian penyemangatku!

Khamsiah.... Hatur nuhun....🤗🔥

Terpopuler

Comments

Pemenang YAWW 9 😴🤕

Pemenang YAWW 9 😴🤕

hahaha... modus

2022-03-15

4

lihat semua
Episodes
1 Kenalan dulu.
2 Statusnya sudah menikah.
3 Aurel Atta.
4 Mengenang.
5 Militer yang arogan.
6 T E R S E R A H
7 Nggak cinta.
8 Ngedate...
9 Ngedate 2
10 Pertemuan...
11 Pulang...
12 Berharap tapi...
13 Gagal menu utama...
14 Perjalanan dinas..
15 Kerinduan berbeda..
16 Tak ingin pulang
17 Pulang lebih cepat
18 Sakit rindu..
19 Enggan berucap... 21+
20 Rengekan manja..
21 Kemesraan tak biasa...
22 Menyesakkan... 21+
23 Undangan mendadak....
24 Mayor Cantik
25 Menuju sakral..
26 Cuti ditolak, peluru bersarang..
27 Aku disini...
28 Bahagia sederhana...
29 Cinta lama bersemi kembali..
30 Reward kehamilan...
31 Merindukan mu...
32 Tidak terduga...
33 Bermain api..
34 Siapa dia?
35 Kekhawatiran saat dinas..
36 My wife is a military..
37 Perjodohan..
38 Gunakan feeling..
39 Back to feeling..
40 Genit Sang Jenderal...
41 Sesi ketiga..
42 Sesi ketiga 2...
43 Baik baik yah...
44 Memelukmu...
45 Jaga kesehatan..
46 Melepaskan...
47 Karier...
48 Do'a...
49 Pasrah..
50 Pencarian...
51 Saya hamil ?
52 Kembali ceria..
53 Akan kehilangan...
54 Keputusan militer dinegaranya,
55 Aku mencintaimu...
56 Aku menyukainya..
57 Sebelum kedatangan.
58 Cinta keduaku.
59 Terimakasih.
60 Salah menilai.
61 Aku harus jujur.
62 Why?
63 Melepas kerinduan.
64 Kebenaran yang menyakitkan.
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Kenalan dulu.
2
Statusnya sudah menikah.
3
Aurel Atta.
4
Mengenang.
5
Militer yang arogan.
6
T E R S E R A H
7
Nggak cinta.
8
Ngedate...
9
Ngedate 2
10
Pertemuan...
11
Pulang...
12
Berharap tapi...
13
Gagal menu utama...
14
Perjalanan dinas..
15
Kerinduan berbeda..
16
Tak ingin pulang
17
Pulang lebih cepat
18
Sakit rindu..
19
Enggan berucap... 21+
20
Rengekan manja..
21
Kemesraan tak biasa...
22
Menyesakkan... 21+
23
Undangan mendadak....
24
Mayor Cantik
25
Menuju sakral..
26
Cuti ditolak, peluru bersarang..
27
Aku disini...
28
Bahagia sederhana...
29
Cinta lama bersemi kembali..
30
Reward kehamilan...
31
Merindukan mu...
32
Tidak terduga...
33
Bermain api..
34
Siapa dia?
35
Kekhawatiran saat dinas..
36
My wife is a military..
37
Perjodohan..
38
Gunakan feeling..
39
Back to feeling..
40
Genit Sang Jenderal...
41
Sesi ketiga..
42
Sesi ketiga 2...
43
Baik baik yah...
44
Memelukmu...
45
Jaga kesehatan..
46
Melepaskan...
47
Karier...
48
Do'a...
49
Pasrah..
50
Pencarian...
51
Saya hamil ?
52
Kembali ceria..
53
Akan kehilangan...
54
Keputusan militer dinegaranya,
55
Aku mencintaimu...
56
Aku menyukainya..
57
Sebelum kedatangan.
58
Cinta keduaku.
59
Terimakasih.
60
Salah menilai.
61
Aku harus jujur.
62
Why?
63
Melepas kerinduan.
64
Kebenaran yang menyakitkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!