Sebelum turun dari mobil, seperti biasa Tia akan mempercantik wajah seperti gadis pada umumnya. Perlahan Tia membuka seatbelt, membuka kaca yang menempel di mobil, memoles lipstik agar bibirnya tetap basah.
"Kenapa?" tanya Tia menghentikan polesannya.
Dia menyadari Tio sedang memperhatikan gerak gerik dirinya.
"Hmmm enggak, yuuk turun," ucap Tio membuka pintu mobil.
Tak lama Tia menyusul Tio dari belakang perlahan memasuki tempat sarapan. Tio menghentikan langkahnya, hingga Tia menabrak tubuh suaminya yang tidak dia sadari tengah berhenti mencari tempat duduk atau keberadaan Beny sahabatnya.
Bhug,
Mata mereka saling tatap, Tia tersenyum manis hanya mengucapkan kata "sory" yang keluar dari bibir tipis itu.
"Makanya jangan main handphone mulu!" rungut Tio dihadapan Tia.
"Hmmm," Tia tidak menjawab, kembali memasukkan ponsel pintarnya kedalam tas kecil.
Menuju mamang penjual bubur ayam yang tengah sibuk mengambilkan pesanan. Lalu kembali ke arah Tio yang tengah berbincang dengan seseorang.
"Tio, Tio!" panggil Beny menunggu Tio mengubah tatapannya dari Tia.
Tio mendengar suara Beny langsung tersadar.
"Oogh ya," Tio menghampiri Beny dengan dua sahabat wanita. Tio tidak mengenal mereka begitu pula sebaliknya.
"Haiii bro!" peluk Beny pada Tio.
"Haii," senyum Tio, mencari keberadaan Tia.
"Kenalin, ini Uli cewek gue, calon istri," kekeh Beni.
"Ini Deny sahabat cewek gue, kita lagi nunggu sahabatnya satu lagi, ini dii..."
Beny melihat Tia yang tengah bertanya pada Tio.
"Lo makan apa?" tanya Tia belum menyadari sahabatnya.
"Sama aja, nggak pedes," ucap Tio.
Tia kembali ke mamang penjual untuk memesan menu yang sama dan mengantar ke meja mereka.
Jujur mereka bertiga menjadi ternganga butuh penjelasan saat ini juga.
"Lo kenal dia?" tanya Beny kaget.
Sementara Uli dan Deny mencoba mengingat, dimana mereka bertemu Tio pertama kali.
"Hadeeeh, gue lupa deh Den," bisik Uli.
"Hmmm mereka kok bisa saling kenal? Tia kan enggak mudah deket sama cowok!" tambah Uli berbisik ditelinga Deny.
Tak lama mereka berbisik Tia menghampiri Tio yang tengah berbincang dengan Beny. Menatap Uli dan Deny ada bersama.
"Heeeiii," sapa Tia pada Uli dan Deny.
"Hmmm lo punya cowok baru nggak ngenalin sama kita yah?" sindir Uli melirik kearah Tio dan Beny.
Tia menautkan kedua alisnya.
"Cowok? cowok mana?" tanya Tia belum menyadari pertanyaan Uli.
"Iiighs, lemot amat lo! Lo udah jadian sama cowok ini?" tunjuk Uli pada Tio menggeram menatap Tia dengan kesal.
Tia menarik nafas dalam.
"Ntahlah, nggak usah dibahas. Gue lapar!" Tia duduk di sebelah Tio, tanpa ada perasaan yang berarti. Hanya tanggung jawab, batinnya.
Saat pesanan terhidang, tanpa Tia sadari dia memberikan kecap dan perhatian kecil pada Tio di hadapan ketiga sahabat mereka. Tentu menjadi pemandangan luar biasa bagi Uli dan Deny, begitu juga Beny.
"Ti, gimana suami lo? udah ketemu?" yanya Uli sengaja agar dia tau status hibungan sahabatnya dan sahabat Beny ini.
Keduanya tersedak bersamaan, saling tatap dan mengarahkan tangan bersamaan ke kotak tisyu.
"Uuuhugh, uhuuugh," usap Tia pada dadanya.
Tio memberi Tia air putih dari gelas yang sama.
"Kamu enggak apa apa kan?" tanya Tio membuat Uli semakin yakin, jika Tio adalah suami Tia saat ini.
"Hmmm enggak, hanya kaget sama pertanya si kakak senior," senyum Tia ke arah Tio.
"Makan lagi, habisin. Nanti siang aku anterin makan siang," ucap Tio berbisik tapi dapat di dengar kembali oleh ketiga sahabat mereka.
Beny merangkul leher Tio.
"Bukannya ini cewek kemaren sore di resto itu?" tanya Beny sangat penasaran.
"Lo bilang dia tawanan Angkatan Darat!" tegas Beny.
"Hmmm dia istri gue Ben," jawab Tio lemas.
"What? istri???" teriak Beny sangat keras membuat Uli dan Deny ikut kaget mendengar status mereka berdua.
Tio dan Tia saling tatap, melihat sahabatnya yang kaget dengan status mereka berdua.
"Lo pacaran sama Tia?" tanya Uli penasaran menatap Tio.
Seketika dijawab oleh Tia.
"Enggak! baru juga di kenalin Bapak tadi malam, tapi harus nerima kenyataan. Kalau enggak di ikutin gue nggak bisa pendidikan Letkol!" geram Tia menjelaskan memajukan bibir tipisnya tanpa ada yang di tutupi.
"Haaah? jadi dia suami lo Ti?" tawa Uli kencang disambut oleh Deny.
"Iiiighs seneng banget lihat gue menderita!" rungut Tia menatap malas kearah dua sahabatnya.
"Wooow jadi istri lo militer bro?" kekeh Beny menepuk bahu sahabat baiknya itu.
"Iya, istri gue militer. Mayor!" jelas Tio benar benar malas.
Tentu saja mereka saling tertawa menggoda.
"Udah malam pertama dong!" kekeh Uli menatap wajah Tia.
"Iiiighs, enggak akan pernah!" tegas keduanya, membuat mereka saling tatap.
"Jangan terlalu benci, ntar cinta lhoo. Nikmati saja. Dari pada lo sama Dony. Ngaku ngaku pengusaha, masih aja minta jajan sama lo!" kekeh Deny menggoda Tia.
"Hmmm," Tia hanya menaikkan kedua bahunya tak menjawab.
"Cieee, cepet pulang Tio," goda Beny pada Tio.
"Nggak lah, mending gue di rumah sakit," jawab Tio dapat didengar oleh Tia.
Mereka memang tidak ingin membawa hubungan mereka lebih baik walau di hadapan sahabat. Perasaan itu belum ada sama sekali. Hanya bentuk tanggung jawab dan tidak tau sampai kapan semua akan berakhir, batin keduanya.
Selesai sarapan, Tia dan Tio berpisah. Tia memilih berjalan kaki bersama dua sahabatnya Uli dan Deny. Tentu di beri pertanyaan yang sangat mengerikan dari kedua sahabatnya.
"Habis ngapain lo tadi malam?" goda Uli mencubit kecil perut Tia yang masih padat terawat.
"Iighs!" wajah Tia mendengus kesal.
"Gue lagi datang bulan. Jangan pikir dia bisa nyentuh gue. Itu sakit banget, karena gue baca di beberapa artikel kalau nggak pakai cinta nggak akan baik untuk kesehatan. Gue nggak cinta," jelas Tia enteng.
Deny mengalihkan pembicaraan dewasa mereka.
"Hmmmm itu yang nolongin gue kan Ti? perawat waktu di lokasi?" tanya Deny mengingat wajah Tio.
"Iya, kan malam itu gue todongin pistol. Masak dia nggak mau nolongin lo. Ngamuk gue, langsung di kerjainnya. Sampe sekarang dia jadi trauma deket deket gue. Cowok aneh, tapi dia baik seeh. Cuma nggak ada feling aja!" jelas Tia.
Uli merangkul bahu sahabatnya.
"Lo kan nggak pernah jatuh cinta karena kesibukan. Lebih baik lo honeymoon, coba pendekatan. Dia pria baik," tambah Uli lagi.
"Hmmm," Tia mendengus kesal.
"Bapak ngambil keputusan terlalu cepat nikahin gue. Gue masih mau nerusin pendidikan. Jika gue nggak nerima perjodohan ini, gue terancam gagal ikut tahun ini," curhat Tia pada Uli dan Deny.
"Pantes berkas lo masih di meja Komandan!" tawa Uli.
"Udah, nanti sore kita hangout yah? sama Beny juga," ajak Uli.
Tia mengangguk setuju.
"Gue?" tunjuk Deny pada dirinya sendiri.
Kedua sahabatnya menatap kearah Deny.
"Ajak komandan aja, kan single," kekeh keduanya serempak membuat Deny semakin kesal.
"Iiiighs enggak ada pilihan lain apa?" kesal Deny berlalu meninggalkan kedua sahabatnya.
"Heeeiii jangan cemberut atuh. Nanti cantiknya hilang," goda Uli semakin keras membuat beberapa mata melihat aneh pada tiga dara Siliwangi itu.
To be co n ti nue...
🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖
Mohon dukungan Like dan Vote pada karya ku, jangan lupa comment yah...🙏
Setidaknya kalian penyemangatku!
Khamsiah.... Hatur nuhun....🤗🔥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Ig : @smiling_srn27 🎀
Mampir kak thor, lagi agak pusing nih. Sibuk beut, langsung aku boom aja lah. 😅😅😅
2022-03-04
2
DEBU KAKI
tetap semangat kak
2022-03-03
2
Pemenang YAWW 9 😴🤕
kok jadi tertawa geli aqoh...🤭🤭😀
2022-03-03
4