Suara Adzan Subuh berkumandang. Perlahan Tio membuka mata, melihat sekeliling kamar seperti biasa. Tio terlonjak kaget melihat gadis cantik meringkuk disofa kamar miliknya.
"Ngapain dia dikamar ku?" batin Tio dalam hati.
Tio bergegas masuk ke kamar mandi, sambil bertanya tanya dalam hati.
"Apa dia ikut Ambu? aaagh, Ambu sengaja buat aku kesal!" batin Tio menggeram.
Setelah menghabiskan waktu lebih kurang 15 menit, Tio keluar dari kamar melihat gadis keras kepala yang egois dan garang itu masih terlelap nyenyak.
"Emang dia enggak Sholat apa?" batin Tio, berusaha membangunkan Tia masih mendengkur kecil.
"Heeeii, Sholat Subuh! mau perang ni!" ejek Tio.
"Hmmm lagi mens gue," ucapnya tanpa sadar.
Tio mengangguk mengerti.
"Datang bulan, pantas enggak mau bangun," bisik Tio melanjutkan Sholat Shubuhnya.
Tio memanjatkan doa pada Allah, jika memang Tia jodohnya tunjukkan jalan agar di lembutkan hati keduanya bisa menerima kenyataan dengan perjodohan ini. Tio sejujurnya bukan benci, tapi trauma ditodong senjata. Selama dia hidup hingga usia 26 tahun baru kali itu dia di todongkan pistol oleh seseorang gadis ternyata istrinya pula.
Gimana enggak lemeeez lutut Tio, hehehe.
Tio memandangi wajah istrinya dengan seksama.
"Walau sedang tertidur pulas, dia masih saja cantik! enggak putih tapi menarik," batin Tio tersenyum sendiri.
"Hmmm cewek emang sulit ditebak," kekeh Tio membatin.
Tio melihat jam dinakas, pukul 05.30 waktu kota Bandung.
"Masih gelap, tapi ntar lagi terang,"
Tio memberanikan diri membangunkan Tia, karena pasti jam dinas militer itu pukul 06.00 pagi.
"Assalamua'alaikum istri," sapa Tio dengan suara pelan.
"Waalaikumsalam suami," jawab Tia dengan manja.
Deg,
"Ini becanda! nggak mungkin dia tiba tiba baik begini," batin Tio.
"Bagun, Lo dinas jam berapa? emang nggak olah raga?" tanya Tio masih duduk berjarak 2 meter dari Tia.
"Gue masuk jam 09.00. Lagi males lari. Ilfil buat pendidikan," rungutnya.
Tio tersenyum.
"Kok? gue juga nggak mau begini, tapi kenapa kita nggak coba baik baik dulu. Kali aja kita klik," ucap Tio pelan penuh lemah lembut.
"Gue mana bisa lembut. Orang lembut dikerasin mulu. Gue belum siap jadi istri, tapi malah dinikahkan. Gue mau pendidikan. Gagal gue jadi Letkol. Bapak enggak mau tanda tangan berkas gue," sungutnya menangis tanpa malu di hadapan Tio.
"Katanya Kowad, ngadapin Bapak aja koid," bisik Tio dapat di dengar oleh Tia.
"Apa? Lo ngeledekin gue? Lo enak, nggak ada mimpi, hidup lo nggak ada beban. Gue ngerintis ini udah lama tau. Lo pikir gampang jadi Kowad," rengek Tia meracau semakin nggak jelas.
Tentu Tio mengurut dada atas ucapan Tia.
"Dari pada lo ngerepet nggak jelas, sakit hati sama Bapak ngomel ke gue, mending lo mandi. Gue buatin lo sarapan. Jangan ngomel pagi pagi. Pamali neng!" tegas Tio berlalu menuju dapur mencari sang ibu.
"Ambu, Ambu!" teriak Tio.
"Am...!" mata Tio melihat secarik kertas diatas meja makan.
...'Nak Tio, Ambu ke Cianjur dulu. Selesai subuh Ambu berangkat. Dikulkas nggak ada apa apa. Nanti kamu belanja aja yah? jagain istrinya. Jangan marah marah. Ambu.'...
Tio meremas kertas dari sang ibu, merobek kesal surat itu, memasukkan ke mulutnya.
"Kesal, orang lapar," batin Tio membuka kulkas melihat hanya ada telor dan kecap.
"Kebiasaan. Nunggu bubur ayam aja deh,"
Tio membuka pintu depan rumah, membuka jendela menikmati udara sejuk masuk kepori porinya.
"Alhamdulillah ya Allah," batinnya.
Tio kembali menuju dapur, menyeduh teh untuk dirinya dan Tia. Setelah membuat teh dicangkir, Tio membawa teh ke kamar, rencana untuk Tia.
Cekreeek,
Mata Tio dan Tia saling tatap melihat sang istri tengah tela*njang bulat tanpa sehelai benangpun membuat Tio menelan salivanya, jakunnya turun naik, ada perasaan yang tak biasa menatap tubuh wanita yang indah dihadapannya. Jujur dibawah sana ada yang bergejolak, tapi tiba tiba.
"Aaaaaaaaaa!"
Tia mengambil handuk membalut tubuhnya reflek mengambil senjatanya.
Dor dor dor...
Praaaank,
Cangkir di tangan Tio seketika terlepas, dia meringgkukkan tubuhnya merayap menuju teras rumah dengan perasaan berkecamuk penuh emosi.
"Anjiiiing, tega bener tu bocah. Kalau begini gmana mau baikkan. Nggak punya istri nggak apa apa deh. Dari pada gue mati mendadak," rungutnya.
Meraba handphone, ternyata tidak ada di dalam kantong baju atau celana.
"Shiiiit!" kesal Tio.
"Kowad sialan!" kesalnya semakin mengumpat.
⏳Lebih 30 menit tubuh Tio gemeteran diteras rumah, tiba tiba melihat Tia keluar dengan wajah tanpa dosa mencari keberadaan Tio.
"Lo kenapa nggak gedor dulu seeeh! seharusnya lo gedor! biar gue nggak kaget!" bentak Tia membuat Tio semakin menggeram.
"Eeegh Neng geulis, lo pikir ini rumah lo! Lo tau ini rumah gue, seharusnya lo kunci tu kamar! biar gue nggak masuk! itu kan kamar gue! suka suka gue dong! beresin tuh serpihan kaca! bukannya minta maaf, malah marah marah," kesal Tio berlalu meninggalkan Tia sendiri di teras depan, menuju kamar.
"Dasar perempuan egois, aneh. Dia yang salah malah gue yang di bentak. Ilfil gue, ilfiiiiiiil!" kesal Tio mencari baju seragam.
"Mending gue kerja deh, dari pada serumah dengan militer arogan iighs!"
Tio semakin meracau.
Tio keluar dari kamar menatap kusen yang bolong, melihat Tia sedang memainkan ponsel di hadapannya.
"Lo ulangi sekali lagi ngerusakin rumah Ambu, gue hukum lo yah!" ancam Tio masih dengan nada kesal.
Tia tak menjawab, menatap malas kearah Tio, "gue lapar!" rengeknya terdengar manja.
"Iiiighs, cari aja sendiri," jawab Tio berlalu menuju garasi.
"Gue masuk jam 09.00, trus gue kerja gimana?" tanya Tia mengikuti langkah Tio.
Tio membalikkan tubuhnya, deg. Wajah mereka hanya berjarak satu jengkal. Mata mereka saling tatap. Pelan Tio menelan salivanya,
"T E R S E R A H!" tegas Tio.
Padahal di dalam hati, ingin sekali dia mencium bibir gadis yang sudah resmi menjadi istrinya itu.
Tio menyalakan mobilnya, kembali ke rumah menutup pintu belakang dan depan.
"Lo mau gue antar nggak? katanya lapar. Hayuuk cepetan. Nanti dibilang gue suami nggak tanggung jawab," rungut Tio pada Tia.
Tia sudah menggunakan pakaian dinasnya, mendekati Tio akan memasuki mobil, tapi....
"Neng, kunci pintu garasinya!" geram Tio menatap kesal pada Tia.
"Masak semua mesti di kasih tau seeeh!" geram Tio masih menatap sang istri yang kesulitan mengunci.
Tak lama dia menoleh ke belakan berharap Tio keluar dari mobil mendekatinya.
Tapi bukan Tia lah namanya, jika tidak bisa melakukan apapun.
"Gue ganti aja gemboknya," bisik Tia merogoh gembok dari dalam tas mencantolkan di pintu garasi rumah Tio.
"Iiighs, kenapa di gantinya?" batin Tio.
"Emang wanita pemalas. Enggak mau berusaha," batin Tio kesal.
Tia menuju mobil, masuk duduk di jok penumpang.
"Udah, ni kunci yang baru. Biar enggak susah gue gantinya," kekeh Tia.
Tio hanya melirik malas pada Tia, melajukan kecepatan menuju tempat dinas Tia.
"Sarapan dulu. Gue lapar," terdengar lagi rengek manja Tia yang lucu menurut Tio.
"Ini Kowad tapi kok cengeng?" batin Tio.
"Jangan jangan, dia masuk Kowad karena Bapak," tambah Tio dalam hati terkekeh remeh.
"Mau sarapan apa?" tanya Tio dengan nada pelan.
"Hmm kita makan bubur ayam dekat kantor aja yah?" pinta Tia.
Tio mengangguk setuju. Menambah kecepatan menuju kantor Tia. Perlahan Tio memarkirkan kendaraannya. Melihat ada mobil Beny.
"Ngapain dia sarapan disini?" batin Tio.
"Enggak usah berfikir dulu Tio... pikirkan perut Tia yang sudah lapar.
To be co n ti nue...
🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖
Mohon dukungan Like dan Vote pada karya ku, jangan lupa comment yah...🙏
Setidaknya kalian penyemangatku!
Khamsiah.... Hatur nuhun....🤗🔥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Susi Ana
lucu....
2023-01-24
0
DEBU KAKI
mantap kak
2022-03-03
2
Pemenang YAWW 9 😴🤕
hahaha.... puyeng🤭🤣
2022-03-02
2