Bab 19. Menentukan Arah

Wanita berusia senja itu nampak terbaring lemah di atas hospital bed yang berada di salah satu bangsal kelas dua rumah sakit Sayap Rajawali. Berbagai macam peralatan medis nampak menghias tubuh lemah wanita ini. Matanya terpejam seperti tengah menyelami lautan mimpi. Tubuhnya juga tergolek lemah, terlihat lelah sekali. Mungkin memang benar, lelah menghadapi pahit getirnya dunia ini.

Wanita yang seharusnya menjalani masa-masa senjanya dengan penuh kebahagiaan, ini justru sebaliknya. Wanita itu nampak begitu tersiksa menjalani hari-harinya. Dan pada akhirnya, ia dibuang tanpa seorang pun yang tahu apa alasannya.

Tap .... tap .... tap ....

Suara derap langkah kaki terdengar memenuhi lorong-lorong rumah sakit Sayap Rajawali. Sepasang kaki milik seorang laki-laki memasuki ruangan di mana merupakan tempat terbaring wanita berusia senja ini. Ia menajamkan indera penglihatannya, untuk memastikan bahwa wanita berusia senja inilah yang ia cari.

Seorang dokter dan beberapa perawat yang mendampingi lelaki itu menundukkan kepala. Jantung mereka berdegup kencang tiada beraturan. Dari raut wajah yang ditampakkan, mereka seperti orang yang tengah ketakutan.

"Apakah kalian tahu apa kesalahan yang kalian lakukan?"

Tanpa basa-basi lelaki dengan perawakan tinggi tegap itu langsung menjejali dokter dan perawat yang ada di hadapannya dengan pertanyaan yang sukses semakin membuat jantung mereka berdegup kencang. Dari pertanyaan yang terlontar, dapat dipastikan jika ada kesalahan yang telah mereka lakukan.

Dokter itu menggelengkan kepala. "Saya tidak tahu Tuan. Saya benar-benar tidak tahu. Saya merasa sudah melakukan tugas saya dengan baik dan sesuai prosedur rumah sakit."

Lelaki dengan postur tubuh tegap itu hanya bisa memijit pelipis. Mendengar sang dokter berbicara, membuat rasa pening tiba-tiba datang tanpa bisa ditepis.

"Aku percaya bahwa kamu sudah melakukan yang terbaik dan sesuai dengan prosedur rumah sakit. Tapi apakah kalian tahu siapa orang ini?"

Sang dokter dan perawat hanya bisa saling melempar pandangan. Mereka sama-sama menggelengkan kepala bersamaan.

"Beliau ini adalah Nyonya Kartika Dewi. Istri dari pendiri rumah sakit ini."

Sepasang netra dokter dan perawat itu seketika terbelalak dan membulat sempurna. Mereka tidak menyangka bahwa wanita berusia senja yang sedang tergolek lemah di atas hospital bed ini merupakan orang nomor satu di rumah sakit tempat mereka bekerja. Seketika bulu kuduk mereka meremang dan surat peringatan ataupun pemecatan tiba-tiba saja datang membayang.

"B-benarkah itu Tuan? Saya sungguh tidak mengetahui perihal itu."

Meski tergagap dan diliputi oleh perasaan takut yang menyergap, namun dokter itu tetap berupaya untuk tetap tenang. Ia tidak ingin jika sampai kegugupan yang ia rasakan justru hanya membuatnya semakin berbuat kekeliruan.

"Kamu tidak tahu bahwa beliau ini istri dari pendiri rumah sakit Sayap Rajawali? Memang sudah berapa lama kamu bertugas di rumah sakit ini?"

"Maaf Tuan, baru tiga bulan saya praktek di rumah sakit ini. Sehingga saya tidak tahu siapa ibu Kartika Dewi ini."

Lelaki berpawakan tegap dan tinggi itu hanya bisa berdecak lirih sembari menggeleng-gelengkan kepala. Saat ini, ingin rasanya ia meluapkan amarahnya atas keteledoran doker ini. Karena membiarkan istri dari pendiri rumah sakit ini menempati ruang perawatan biasa dan bukan VVIP. Namun bisa apa dia mengingat dokter ini adalah dokter baru yang baru tiga bulan bertugas di rumah sakit ini.

"Baiklah, untuk kali ini aku maafkan kesalahan kamu. Namun ingat, untuk lain kali kamu harus paham siapa saja yang menjadi anggota keluarga pendiri rumah sakit ini."

"Baik, Tuan. Saya akan mengingatnya baik-baik."

"Sekarang, lekas pindahkan Nyonya Kartika ke ruang VVIP dan berikan pelayanan yang terbaik."

"Baik Tuan."

Dewi yang sedari tadi berdiri di depan pintu, mencoba untuk mencerna setiap kata yang terucap dari lelaki dengan perawakan tinggi tegap itu. Ia baru paham jika sang nenek yang ia temukan merupakan pemilik rumah sakit Sayap Rajawali ini dan sekarang sudah bertemu dengan salah satu anggota keluarnya. Pada akhirnya, Dewi memutar tumit, mengayunkan tungkainya untuk bersegera meninggalkan ruang rawat sang nenek.

"Syukurlah, nenek sudah bertemu dengan anggota keluarganya. Aku rasa cukup sampai di sini kewajibanku untuk memberikan pertolongan untuk nenek itu. Semoga lekas sembuh ya Nek."

Dewi bermonolog lirih sembari menatap lekat wajah Kartika dari depan pintu. Ia letakkan parcel buah yang berada di dalam genggaman yang sebelumnya ia beli sesaat setelah keluar dari pegadaian. Gegas, Dewi mengambil langkah kaki lebar untuk keluar dari area rumah sakit ini.

Lelaki tegap yang sebelumnya berada di dalam ruang inap, tiba-tiba berdiri terpaku kala manik matanya menangkap seonggok parcel yang tergeletak di depan pintu. Ia ambil parcel itu dengan sesekali mengedarkan pandangannya ke arah kiri kanan. Ia berpikir parcel ini milik salah satu pengunjung rumah sakit ini.

Dahi lelaki itu mengerut dengan kedua alis yang saling bertaut. Ia teramat heran dengan keberadaan parcel buah yang tiba-tiba ini.

Milik siapa parcel ini? Apakah ada seseorang yang mengetahui keberadaan Nyonya Sepuh di rumah sakit ini? Ah ... astaga, mengapa aku melupakan satu hal? Siapa yang telah membawa Nyonya sepuh ke rumah sakit ini? Ayo Hans segera cari tahu siapa orang itu.

***

Angin yang berhembus kencang menerpa wajah Dewi yang tengah melangkahkan kaki menyusuri ruas jalan di sudut kota Jakarta. Setelah kepergiannya dari rumah sakit, ia memutuskan untuk kembali ke tempat semula. Tempat di mana ia menemukan wanita berusia senja itu dibuang oleh sekelompok orang yang tidak dikenal. Ia merasa bahwa tempat inilah yang cocok untuk ia jadikan sebagai tempat tinggal.

Di samping sebuah tempat tinggal yang terbuat dari triplek, ia mendaratkan bokongnya. Perlahan, ia membuka sebuah bungkusan yang berisikan nasi, telur dadar dan sayur daun pepaya. Ia makan begitu lahap saat rasa lapar itu kian merayap.

Suapan demi suapan nasi bungkus itu masuk ke dalam indera pengecapnya. Tidak ada perasaan lain yang ia rasakan selain rasa lega karena bisa mengisi perut kosongnya. Tatapannya pun seketika menerawang, teringat akan sang adik dan Ibunda tercinta.

Ibu, maafkan Dewi karena belum sempat memberi kabar. Dewi benar-benar belum bisa untuk menberikan kabar. Dewi juga tidak ingin membuat ibu cemas jika sampai mengetahui bahwa Dewi mengalami ujian yang bertubi-tubi di kota ini. Tapi Dewi berjanji tidak akan menyerah. Dewi akan berusaha keras untuk bisa bertahan hidup di kota ini.

Rasa sesak tiba-tiba menyeruak di dalam dada. Tanpa terasa, setetes bulir bening dari pelupuk mata Dewi menetes begitu saja. Gegas, ia menyeka bulir bening itu, menghirup napas dalam-dalam, ia hembuskan perlahan dan membusungkan bahu untuk lebih tegar dalam melangkah.

Manik mata Dewi, tertuju pada segerombolan anak kecil yang mencoba mengais rezeki di pinggir jalan. Mereka mengamen untuk mendapatkan uang.

Apakah aku harus ikut mengamen juga untuk bisa bertahan hidup di Jakarta?

Terpopuler

Comments

Nofi Kahza

Nofi Kahza

waah.. tidak disangka, ternyata nenek yang dtolong Dewi adalah orang nomor 1 di rumah sakit. Hans, kau harus menemulan Dewi untuk membalas budi..

Gpp Dewi..mending jd pengamen daripada jadi pengemis.. kali aja pas kamu ngamen, suaramu emasmu bs viral🥰

2022-03-13

2

noviaryani5

noviaryani5

gpp wi ngamn jg yg penting halal dr ngamen lah kelak km bs naik menjadi seorang diva

2022-03-11

0

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽKᵝ⃟ᴸMak buaya𒈒⃟ʟʙᴄ

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽKᵝ⃟ᴸMak buaya𒈒⃟ʟʙᴄ

yg sabar ya dew semua akan indah pada waktunya tinggal bilang ke kak rasti ajh jgn kejam² gt sm dewinya😁😁

2022-03-07

8

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Hinaan
2 Bab 2. Beban Diri
3 Bab 3. Hengkang
4 Bab 4. Rencana Licik
5 Bab 5. Bergabung Kembali
6 Bab 6. Rasa yang Terpendam?
7 Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka
8 Bab 8. Kekacauan Di Atas Panggung
9 Bab 9. Tak Terduga
10 Bab 10. Luka Tak Kasat Mata
11 Bab 11. Kembali Diuji
12 Bab 12. Mulut Tetangga
13 Bab 13. Meminta Izin
14 Bab 14. Kedatangan Langit
15 Bab 15. Berangkat
16 Bab 16. Sambutan Kota Metropolitan
17 Bab 17. Wanita Berusia Senja
18 Bab 18. Berkorban
19 Bab 19. Menentukan Arah
20 Bab 20. Potret Ibu Kota
21 Bab 21. Bhumi
22 Bab 22. Memberi Kabar
23 Bab 23. Nyonya Kartika
24 Bab 24. Bang Bhumi, Tunggu!
25 Bab 25. Perdana di Ibu Kota
26 Bab 26. Semuanya Untukmu!
27 Bab 27. Job Baru
28 Bab 28. Istana
29 Bab 29. Svarga Bhumi
30 Bab 30. Jodoh Masa Kecil?
31 Bab 31. Sebuah Rencana
32 Bab 32. Terkesima
33 Bab 33. Kafe
34 Bab 34. Untuk Pertama Kali
35 Bab 35. Kalah Cepat
36 Bab 36. Memulai
37 Bab 37. Se-Simpel Ini?
38 Bab 38. Manis
39 Bab 39. Viral
40 Bab 40. Bisik-Bisik Tetangga
41 Bab 41. Menyusul?
42 Bab 42. Undangan
43 Bab 43. Persiapan
44 Bab 44. Show
45 Bab 45. Bertemu
46 Bab 46. Akhirnya
47 Bab 47. Benar-Benar Jodoh
48 Bab 48. Kecelakaan?
49 Bab 49. Pindah
50 Bab 50. Singa Betina
51 Bab 51. Rekaman
52 Bab 52. Rencana Melamar
53 Bab 53. Di Ruang Keluarga
54 Bab 54. Diary
55 Bab 55. Pingsan
56 Bab 56. Diundur
57 Bab 57. Magatra Tiba di Ibu Kota
58 Bab 58. Mereka?
59 Bab 59. Murka
60 Bab 60
61 Bab 61. Pembalasan
62 Bab 62. Dipermalukan
63 Bab 63. Tersadar
64 Bab 64. Masa Lalu
65 Bab 65. Rencana Jahat
66 Bab 66. Berdamai
67 Bab 67. Sedikit Firasat Kartika
68 Bab 68. Menjalankan Rencana
69 Bab 69. Tragedi
70 Bab 70. Kabar
71 Bab 71. Terbongkar
72 Bab 72. Dijemput ke Penjara
73 Bab 73. Segera Menikah
74 Bab 74. Yang Sebenarnya
75 Bab 75. Bercerai
76 Bab 76. Terima Kasih
77 Bab 77. Sadar
78 Bab 78. Pulang
79 Bab 79. Menikah
80 Bab 80. Sang Dewi -End-
81 Ucapan Terimakasih & Promo Novel Baru
82 Rilis novel baru
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Hinaan
2
Bab 2. Beban Diri
3
Bab 3. Hengkang
4
Bab 4. Rencana Licik
5
Bab 5. Bergabung Kembali
6
Bab 6. Rasa yang Terpendam?
7
Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka
8
Bab 8. Kekacauan Di Atas Panggung
9
Bab 9. Tak Terduga
10
Bab 10. Luka Tak Kasat Mata
11
Bab 11. Kembali Diuji
12
Bab 12. Mulut Tetangga
13
Bab 13. Meminta Izin
14
Bab 14. Kedatangan Langit
15
Bab 15. Berangkat
16
Bab 16. Sambutan Kota Metropolitan
17
Bab 17. Wanita Berusia Senja
18
Bab 18. Berkorban
19
Bab 19. Menentukan Arah
20
Bab 20. Potret Ibu Kota
21
Bab 21. Bhumi
22
Bab 22. Memberi Kabar
23
Bab 23. Nyonya Kartika
24
Bab 24. Bang Bhumi, Tunggu!
25
Bab 25. Perdana di Ibu Kota
26
Bab 26. Semuanya Untukmu!
27
Bab 27. Job Baru
28
Bab 28. Istana
29
Bab 29. Svarga Bhumi
30
Bab 30. Jodoh Masa Kecil?
31
Bab 31. Sebuah Rencana
32
Bab 32. Terkesima
33
Bab 33. Kafe
34
Bab 34. Untuk Pertama Kali
35
Bab 35. Kalah Cepat
36
Bab 36. Memulai
37
Bab 37. Se-Simpel Ini?
38
Bab 38. Manis
39
Bab 39. Viral
40
Bab 40. Bisik-Bisik Tetangga
41
Bab 41. Menyusul?
42
Bab 42. Undangan
43
Bab 43. Persiapan
44
Bab 44. Show
45
Bab 45. Bertemu
46
Bab 46. Akhirnya
47
Bab 47. Benar-Benar Jodoh
48
Bab 48. Kecelakaan?
49
Bab 49. Pindah
50
Bab 50. Singa Betina
51
Bab 51. Rekaman
52
Bab 52. Rencana Melamar
53
Bab 53. Di Ruang Keluarga
54
Bab 54. Diary
55
Bab 55. Pingsan
56
Bab 56. Diundur
57
Bab 57. Magatra Tiba di Ibu Kota
58
Bab 58. Mereka?
59
Bab 59. Murka
60
Bab 60
61
Bab 61. Pembalasan
62
Bab 62. Dipermalukan
63
Bab 63. Tersadar
64
Bab 64. Masa Lalu
65
Bab 65. Rencana Jahat
66
Bab 66. Berdamai
67
Bab 67. Sedikit Firasat Kartika
68
Bab 68. Menjalankan Rencana
69
Bab 69. Tragedi
70
Bab 70. Kabar
71
Bab 71. Terbongkar
72
Bab 72. Dijemput ke Penjara
73
Bab 73. Segera Menikah
74
Bab 74. Yang Sebenarnya
75
Bab 75. Bercerai
76
Bab 76. Terima Kasih
77
Bab 77. Sadar
78
Bab 78. Pulang
79
Bab 79. Menikah
80
Bab 80. Sang Dewi -End-
81
Ucapan Terimakasih & Promo Novel Baru
82
Rilis novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!